19: Bermain Bersama Justin

1.1K 183 163
                                    

"Thank you fol todaaayyy Misss..."

Salam penutup sebagai akhir pembelajaran terdengar menggema. Hikaru menggendong tas barunya lagi dengan semangat. Kali ini bukan tas dinonya yang menghiasi punggungnya, melainkan tas smiggle berwarna biru dengan banyaknya mobil tampak mencolok di antara teman-temannya yang lain. Miss Sarah yang melihatnya tadi pagi sampai menghela nafas, ini sudah kali ke-3 Hikaru mengganti tasnya pada bulan ini. Sebenarnya dia tidak mempermasalahkan hal tersebut karena dia tau Abang atau Kakaknya tentu mampu membelikan apapun untuk Adik mereka. Hanya saja, apa tidak terlalu berlebihan mengganti tas setiap 1 minggu sekali?

"Miss babayyooo... Hikalu yang tampan mau pulang dulu."

Miss Sarah tertawa. Akhir-akhir ini kepercayaan diri Hikaru memang meningkat. Jadi dia sudah tidak heran saat anak didiknya itu menyebut dirinya tampan, lucu atau gemoy. "Okee tampan. Sampai bertemu hari Senin."

Kaki kecilnya berlari keluar kelas. Di ruang tunggu pasti Abang atau Kakaknya sudah menunggu. Benar saja, Dylan berdiri bersama Javin di tempat penjemputan siswa. Senyum lebarnya merekah begitu dia melihat tangan Dylan yang terbuka seolah menyambutnya. Hikaru semakin mempercepat laju larinya lalu memeluk sang Kakak begitu dia sudah sampai di depan Dylan.

"Mau jadi atlet kah Dede? Lari-lari terus."

"Seluuuu... bisa cepeettt soalnya Kak Javin."

"Tapi hati-hati ya?" Dylan mengusap rambut Hikaru yang lepek.

"Okaayy..."

"Ayo pulang." Javin menggandeng tangan sang Adik.

"Permisi..."

Javin, Dylan dan Hikaru tidak jadi melangkahkan kakinya begitu seseorang menyapa. Jika ke-dua Kakaknya tengah kebingungan, berbeda dengan Hikaru yang tersenyum saat melihat seseorang yang sangat dia kenal sedang di gandeng oleh Ibunya. Tangannya bahkan melambai bersama wajahnya yang berseri-seri.

"Maaf sebelumnya. Saya Joana Ibunya Justin."

Dylan tersenyum seraya menerima uluran tangan Joana. "Saya Dylan Kakak Hikaru."

"Saya Javin..." Senyum tampannya terlihat menawan begitu dia memperkenalkan diri, "Ada yang bisa kami bantu Ibu?"

"Ah begini Mas... besok saya dan seluruh keluarga ada acara yang harus di hadiri, jadi begini... Justin tidak mau di titip bersama saudaranya yang lain. Dia bilang ingin bermain bersama Hikaru saja. Tadinya saya akan membicarakan ini bersama Mas Hariz tapi karena hari ini beliau tidak datang jadi saya membicarakannya bersama kalian. Itu pun jika Abang beserta Kakaknya mengizinkan. Maaf sebelumnya jika saya lancang."

Javin berlutut mensejajarkan tingginya dengan Justin. "Mau bermain bersama Hikaru?"

"Iya. Ibu besok lama perginya. Gak mau sama Uncle."

"Boleh Ibu." Dylan segera menjawab, "Kebetulan kami semua sedang tidak ada kegiatan besok. Saya rasa Abang dan Kakaknya yang lain juga tidak akan keberatan."

"Benar tidak apa-apa Mas?"

"Tidak apa-apa Ibu. Kami malah senang Hikaru ada teman bermain."

"Syukurlah... maaf saya jadi merepotkan. Kalau begitu boleh saya meminta alamat rumah kalian?"

Javin mengeluarkan sebuah kartu dari dalam tasnya. "Ini Ibu... jika masih bingung bisa menghubungi nomor yang tertera."

"Terima kasih banyak yaaa... terima kasih sekali."

"Sama-sama Ibu..." Dylan tersenyum sopan.

Ke-tiganya pulang setelah Joana dan Justin pamit. Hikaru melompat kecil saat Ibu dari temannya itu berkata bahwa besok Justin akan bermain seharian bersamanya. Wanita yang sudah beberapa kali Hikaru temui itu juga berkata akan membawakan pudding kesukaannya. Justin beberapa kali memang sering di bekali pudding karena Hikaru sangat menyukainya dan sang Ibu pun tidak keberatan ketika putranya selalu meminta dibuatkan salah satu makanan manis itu.

HIKARUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang