05: Sekuat Dinolulus

1.5K 149 73
                                    

Hey Dino...
Attention!
Kapten gagah belani si Lex
Yang bijaksana ya si Tomo Tomo
Dan yang disayang itu Viki Viki
Yang suka ngebut si Little Ping

"Dinosaurus gak ada harga dirinya Rex jadi Lex. Macem pereman pasar depan aja."

Javin tertawa saat dia mendengar ucapan Afif. Siang ini mereka berdua mendapat tugas untuk menjaga Hikaru di rumah sakit setelah kemarin Julian, Hariz, Yose dan Jovan yang menemani sang Adik. Ini hari ke-2 Hikaru di rawat, anak itu sudah tidak muntah-muntah lagi. Namun masih terlihat pucat juga lemas. Meskipun kondisinya tidak separah kemarin, tapi Hikaru masih terlihat tidak bertenaga. Sekarang pun dia hanya bisa menonton kartun favoritnya sambil di pangku Afif.

Selama sakit ini, Hikaru memang lumayan rewel. Tidur harus dipeluk dan tidak boleh ada yang meninggalkannya sendirian, duduk harus ada yang memangku, dan saat tubuhnya mulai kembali merasa tidak nyaman Hikaru harus di gendong sambil di timang-timang. Abang serta Kakaknya tentu memaklumi, tidak sedikitpun mereka merasa keberatan saat menghadapi tingkah Hikaru. Justru Hariz dan yang lain jadi tau sisi lain dari Adik bungsu mereka. Ternyata dia masih anak berusia 5 tahun yang saat sakit terus merengek sampai rewel. Mereka bersyukur setidaknya Hikaru bisa menunjukan apa yang dia rasakan setelah lama dia pendam sendiri.

"Dino nya lali, lunn luunnn.... (run run)" Hikaru menunjuk layar iPadnya, "Kak Afif look!!!"

"Wahh iyaaa. Dia lagi menyerang musuh itu."

"Dede mau selang musuh juga."

"Kalo udah sembuh nanti bisa serang musuh." Ucap Javin, "Makanya Dede harus cepet sembuh ya?"

"Huum... Dede mau sekolah telus selang musuh."

"Tumben mau sekolah, biasanya Dede suka gak mau sekolah."

"Kan sekalang lagi mau." Hikaru mencolek kaus Afif, "Haus, mau minum susu."

"Dede duduk dulu disini, Kak Afif buatin susunya."

"Gak mau. Jangan tulunin Dede."

"Sama Kak Javin sini."

Hikaru menurut, dia sekarang duduk diatas paha Javin. "Dede mau kelual. Mau main."

"Abis minum susu nanti kalo Suster ngasih izin kita ke taman ya?"

"Okeeeyyy."

Javin menepati ucapannya. Setelah Hikaru di pakaikan jaket dan kaus kaki, dia dan Afif membawa sang Adik ke taman rumah sakit. Suster memberi izin karena kondisi Hikaru sudah berangsur-angsur membaik. Walaupun anak itu hanya bisa duduk di atas kursi roda, tapi Hikaru senang karena dia bisa berjalan-jalan sebentar ke luar. Taman terlihat lumayan sepi begitu Hikaru sampai disana. Hanya ada beberapa anak-anak yang sama seperti dirinya sedang dirawat juga. Hikaru duduk menghadap ke arah danau buatan ditemani Javin dan Afif.

Mata Hikaru menatap seorang anak perempuan di sebrang sana. Sepertinya usianya sama dengannya atau lebih tua sedikit. Namun bukan itu yang menjadi fokus Hikaru, dia melihat si anak perempuan itu sedang bersama orang tuanya. Bohong jika selama ini Hikaru tidak merasa sedih. Dia benar-benar sedih saat orang tuanya tidak pernah kembali. Meskipun hanya orang tua angkat dan Hikaru sering mendapat kekerasan, tapi dia masih anak-anak yang belum bisa membenci manusia lainnya. Bagi Hikaru, Ayah dan Bunda masih tetap orang tua yang menyayanginya meskipun dengan cara yang salah.

Hikaru kerap merindukan Ayah dan Bunda. Kadang perasaan sedih dan sakit yang belum dia mengerti sering datang secara tiba-tiba. Seperti sekarang misalnya, Hikaru total abai dengan suara Afif dan Javin yang sedang membicarakan seisi taman. Hikaru masih menatap 3 orang manusia yang terlihat penuh kasih sayang disana. Hikaru iri, dia ingin seperti mereka yang disayang oleh orang tuanya.

HIKARUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang