06: Tantrum

1.3K 147 75
                                    

"Kalaawww kau suka hati injak bumi... BOOM BOOM... uwaahh belgetaalll. Kalau kau suka hati mali kita belsama, kalau kau suka hati injak bumiiii BOOM BOOM!!!"

Taman belakang rumah tampak telihat meriah begitu Hikaru bernyanyi seraya menghentakan kakinya menginjak tanah. Satu hari yang lalu, tepatnya kemarin, penghuni paling bungsu kosan sudah keluar dari rumah sakit. Abang dan Kakaknya kira Hikaru masih butuh proses penyembuhan dengan mendekam diri dikamar atau di dalam rumah, tapi ternyata anak itu sudah berlarian kesana kemarin saat dia menginjakan kaki di teras kosan.

Hariz sampai James tidak ada yang melarang semua yang dilakukan sang Adik. Havian juga berkata bahwa Hikaru sudah pulih dan boleh melakukan aktivitas seperti biasa namun harus tetap dalam pengawasan Abang serta Kakaknya, jadi saat Hikaru sudah sibuk bermain dan berjalan kesana kemarin Hariz serta yang lain tidak akan banyak mengeluarkan larangan karena Hikaru selalu mereka awasi kemanapun anak itu pergi.

"Liat biduan kita lagi gual geol." Dylan menunjuk Hikaru yang sekarang sudah mengganti nyanyiannya.

"Energinya udah kembali 1000 persen itu. Kemarin masuk rumah sakit buat recharger energy doang." Jovan terkekeh, "Bener-bener biduan, setiap menit nyanyiiii terus."

"If you'le happy and you know it, clap youl—ihh apa itu belgelak-gelak lucu sekaliiii." Hikaru tiba-tiba berjongkok di dekat pot bunga milik Joe, "Halooo, kamu apa kok ada disini? Lucu banget walnanya yellow."

Tangan bantet Hikaru meraih ranting pohon yang sudah kering. Dia sibuk membulak balikan hewan melata yang datang entah darimana. Di sisi lain, Dylan dan Jovan yang sedang menjaga Hikaru tidak memperhatikan apa yang sedang dilakukan sang Adik. Keduanya sibuk mengobrol di kursi dekat kolam, sedangkan Hikaru sudah pergi lumayan jauh dari jangkauan ke-dua Kakaknya.

Masih anteng dengan posisi semula, Hikaru mulai penasaran dengan hewan yang tadi dia lihat. Awalnya karena masih takut,anak kecil berusia 5 tahun itu hanya berani memegang dengan ranting sebagai alat perantara, namun karena jiwa ingin taunya sangat tinggi, Hikaru pun mencoba memegang hewan tersebut menggunakan tangannya. Sensasi geli langsung bisa dia rasakan begitu ulat bulu yang Hikaru temukan bergerak ditangannya. Ternyata hewan yang menarik perhatiannya tadi adalah seekor ulat bulut berwarna kuning yang entah datang darimana.

Suara tawa Hikaru akhirnya mengalihkan perhatian Dylan dan Jovan. Keduanya melirik Hikaru denga alis yang mengkerut dalam, tidak ada yang aneh dengan suara tawa bahagianya, tapi entah kenapa perasaan Dylan dan Jovan mendadak tidak enak. Jovan pun segera berdiri, dia akan memastikan apa yang sedang dilakukan Adik bungsunya itu sampai anteng tertawa sendiri.

"HIKARU!!! LEPASSSS!! YA TUHAN DEDEEEEE!!!!"

Tubuh Hikaru tersentak, dia benar-benar terkejut saat mendengar suara teriakan Jovan. Karena takut, instingnya sebagai anak kecil langsung bekerja. Alih-alih langsung membuang si ulat, dia malah mengenggam hewan berbulu tersebut lalu menyembunyikannya di belakang tubuh.

"Kenapa Kak?" Dylan datang terpogoh-pogoh.

"Itu ditangannya ada ulet bulu. Dede buang! Mau gatel-gatel itu badannya?"

Dylan yang paham situasi ikut berjongkok di depan Adiknya. "Dede, dibuang ya hewannya? Itu ulet bulu. Tangan Dede gatel nanti kalo kena bulunya."

Tanpa menunggu lama lagi, Hikaru melepas ulat bulut yang terlihat sudah tidak berdaya di tangannya. Benar saja, telapak tangan mungil itu sudah di penuhi bulu-bulu dari ulat yang dia pegang. Dylan dan Jovan membulatkan matanya, ke-2 Kakaknya panik saat melihat banyaknya bulu yang mereka lihat. Jovan langsung mengangkat Hikaru ke dalam gendongannya lalu membawanya masuk ke dalam.

"Eh kenapa itu?" Joe yang sedang memotong bawang di dapur tampak kebingungan saat Jovan menggeser tubuhnya begitu saja.

"Minggir dulu Joe, ini Dede megang ulat bulu. Mau gue cuci dulu."

HIKARUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang