Pagi yang sibuk kembali pada rutinitas seperti biasa. Namun ada hal yang berbeda hari ini. Dimulai dari Hariz sampai James, mereka terlihat lebih bersemangat dari biasanya. Bahkan manusia-manusia yang tidak memiliki jadwal pun turut andil bersama semangat pagi yang tidak biasa ini. Raut wajah mereka cerah sekali, se-cerah matahari pagi yang bersinar diluar sana, tidak seperti pagi biasanya, suram dan penuh tekanan. Itu karena hari ini si kecil mungil satu-satunya penghuni disana akan pergi sekolah. Setelah kemarin Julian dan Yose mengurus segala syarat dan keperluan Hikaru untuk sekolah, pagi ini anak itu sudah bisa bersekolah di TK dekat rumah.
Seragam TK yang sempat di rombak agar pas di tubuh Hikaru sudah di pakai rapih. Rambut yang semula sedikit panjang sudah di rapihkan oleh Jovan, tas bergambar dino pun sudah di gendong dengan keren. Itu semua hasil jerih payah 9 laki-laki yang senang melihat Hikaru akhirnya bisa sekolah lagi. Sedangkan bocah yang di dandani sejak pagi tadi terlihat anteng dan menurut. Sampai dia duduk di meja makan pun Abang dan Kakaknya sibuk menyediakan nasi serta lauk-pauknya. Termasuk bekal yang harus anak itu bawa, Afif dan Dylan yang memasak tadi.
"Dede nanti di anter sama Abang Hariz, Bang Yose sama Bang Julian ya? Pulangnya di jemput Kak Jovan, Kak Javin sama Kak Afif." Ucap Hariz yang sedang membersihkan sekitaran bibir Hikaru.
"Licik banget. Kan kita juga mau nganter atau jemput, iya kan Kak Joe?"
Joe mengangguk menanggapi ucapan James. "Sehari izin emang gak bisa?"
"Gak bisa. Mana ada izin-izin gitu." Julian menatap Adiknya galak, "Nanti juga bisa kapan-kapan."
Memang sejak semalam Dylan, Joe dan James terus merengek ingin ikut mengantar Hikaru ke sekolah. Tapi Hariz langsung melarang ke-tiganya, mereka harus sekolah sehingga tidak memungkinkan untuk Dylan, Joe dan James ikut mengantar atau menjemput Hikaru. Mereka bertiga harus berangkat pukul setengah 7 pagi, sedangkan Hikaru baru berangkat pukul setengah 8 nanti. Begitu juga saat pulang, Hikaru pulang pukul 11 nanti, sementara untuk jenjang SMA, mereka pulang pukul 3 atau 4 sore. Amat sangat tidak memungkinkan untuk mereka mengantar jemput Hikaru.
Ke-3 siswa SMA yang masih merengut itu mau tidak mau akhirnya berangkat juga. Menyisakan 3 Kakak tertua dan Kakak tengah di rumah. Mereka sekarang sedang sibuk memotret Hikaru dari berbagai sisi. Sedangkan Hikaru sudah cemberut, belum juga dia pergi ke sekolah tapi sekarang dia sudah berkeringat.
"Kapan selesainya?" Hikaru merengek, "Dede pegel."
"Aduh maaf-maaf." Yose terkekeh, "Ini udah kok. Sebentar lagi kita berangkat ya gemes."
"Dede inget gak nanti pas perkenalan bicaranya gimana?" Afif bertanya seraya merapihkan rambut Hikaru.
"Halo nama aku Hikalu Hasnain Palvez Shankala, di panggil sama Abang sama Kakak Dede, panggil Hikalu boleh, di panggil Alu boleh juga. Maaf ya teman-teman De—eh Hikalu belum bisa bilang el. Mohon bantuannya ya semua." Hikaru membungkuk, "Begitu kan?"
"Pinterrr!!" Jovan mengacungkan 2 jempolnya, "Udah siap sekolah?"
"Uhm! Siap!" Jawabnya yakin.
Atau tidak... Hikaru berangkat tepat pukul 07.30 bersama ke-3 Abangnya. Selama dijalan anak itu terlihat baik-baik saja, bernyanyi dengan ceria dan cerewet seperti biasa. Namun begitu dia sampai di sekolah, Hikaru tiba-tiba merengut. Anak itu mendadak tidak mau bersekolah, tangannya malah melingkari betis Julian bersama teriakan cemprengnya yang menggelegar.
"Pulaaanggg!!! Dede mau pulaanggg!!!"
"Dede katanya mau sekolah? Kok sekarang malah marah-marah hmm?" Hariz mengusap rambut Hikaru.
"Kenapa tiba-tiba gak mau sekolah? Kasih tau Abang Yose sini."
"Maluuu gak mau takuttt!!!"
Julian yang di gelantungi seperti monyet berusaha melepas cengkraman tangan Hikaru. "Abang-abang temani Hikaru dulu. Kenapa harus takut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HIKARU
FanfictionUmurnya masih 5 tahun, namun dia sudah terjebak bersama laki-laki dewasa yang setiap hari mencubit pipi bulatnya.