Demam yang sempat menyerangnya membuat Hikaru berubah menjadi anak yang pendiam. Selama sakit anak itu sama sekali tidak mau keluar dari kamar. Hikaru hanya bisa berbaring seraya menonton televisi atau tab bersama Abang atau Kakak yang menjaganya. Demamnya kemarin cukup membuat Abang dan Kakak Hikaru khawatir bukan main. Bagaimana tidak? Hikaru hanya bisa berbaring tanpa melakukan aktivitas lain selain menonton. Tubuhnya terlihat lemas sekali, belum lagi wajahnya yang pucat benar-benar membuat Hariz dan yang lain kalang kabut. Joe dan James sampai tidak berani menganggu atau menjahilinya seperti biasa saat melihat Hikaru yang lemah tidak berdaya. Mereka justru menemani Hikaru dari pulang sekolah sampai malam hari.
Untungnya demam yang sempat naik turun itu tidak berlangsung lama. Setelah 2 hari mendapat pengobatan Hikaru sudah membaik. Anak kecil paling bungsu itu sudah mau keluar kamar dan diajak bermain. Rona kemerahan di pipinya sudah muncul kembali. Itu tandanya Hikaru sudah kembali sehat seperti sedia kala meskipun masih harus mendapat perawatan dari Julian. Rumah pun kembali hidup karena suara cempreng miliknya sudah terdengar di setiap sudut. Hariz dan yang lain tentu merasa lega sekali saat melihat Hikaru sibuk bernyanyi di depan televisi. Daripada terbaring lemah seperti kemarin, mereka lebih baik mendengar suara cempreng sang Adik yang setiap detik selalu memenuhi isi rumah.
"Blum bluummm... pelmisi pelmisiii... petugas pemadam kebakalan akan lewat, pelmisiiiii. Ihh mobil yang walna gleen pelmisi mau aku tablak kamuuu!!!!"
"Tabrak aja, saya gak takut."
Matanya menatap tajam Joe yang sedang memegang mobil-mobilan warna hijau, niatnya sih agar Kakaknya takut. Tapi alih-alih terlihat galak, wajahnya malah terlihat lucu sekali. Ceritanya mereka sekarang sedang bermain pemadam kebakaran. Tadi Hikaru meminta Joe mengeluarkan semua mobil-mobilan yang dia punya. Hikaru sudah menjejerkan mobil mainan miliknya seolah-olah jalanan sedang macet. Namun bukan Joe namanya jika dia tidak berbuat jahil. Alih-alih menyingkir seperti Jovan yang juga ikut menemani mereka bermain, dia malah sengaja menghalangi mobil kebakaran milik sang Adik.
"Di tablak sakit loh. Ayoo pelmisiiii dulu nanti apinya enggak padam."
"Tidak mau. Ini kan jalan raya, saya bebas dong mau ngapain aja."
"Ninu ninu ninuuuu.... Polisi datang!!!" Jovan segera mengambil alih situasi, "Ada apa ini kenapa ribut sekali?"
"Ini loh Pak Pulici, olang ini beldosa kalna tidak mau menyingkil. Saya lagi bulu-bulu mau matiin api. Bandel Bapak, di tangkap aja masukin ke pe— pel... peee... pelaja... eh... Kakak apa namanya buat olang jahat tinggal itu?" Di akhir kalimatnya Hikaru berbisik pada Jovan.
"Penjara." Jawab Jovan menahan tawanya.
"Masukin aja dia ke penjala Pak!"
Joe tiba-tiba menabrakan mobilnya ke arah mobil kebakaran Hikaru. "Enak aja! Gak mau."
"Kamu benal-benal yaaa... lasakan iniii!!!!"
Keributan pun tidak bisa dihindari. Mobil yang semula anteng berjejer rapih sekarang sudah tidak berbentuk. Jovan, Joe dan Hikaru terus menabrakan mobil milik masing-masing seolah mereka sedang berkelahi. Cerita yang semula penuh perjuangan pun berubah genre menjadi kekerasaan. Jovan dan Joe juga tidak mau mengalah sehingga Hikaru harus menambah kekuatannya untuk melawan ke-dua Kakaknya.
"Belhentiiiiiii!!!!" Tangan Hikaru terentang di depan wajah Kakaknya, "Jangan kelas-kelas nanti lusak. Udah ah jangan di banting-banting mobil Dedenya. Kan belinya pake uang. Sayang kalo di lusak."
Jovan dan Joe menurut, keduanya langsung menyimpan mobil-mobilan milik sang Adik ke tempat semula. Hikaru masih dalam masa penyembuhan, keduanya khawatir Hikaru akan menangis dan membuat panasnya kembali naik, jika sampai itu terjadi maka Julian pasti akan mengamuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIKARU
FanfictionUmurnya masih 5 tahun, namun dia sudah terjebak bersama laki-laki dewasa yang setiap hari mencubit pipi bulatnya.