07: Supelhelonya Dede

1.4K 148 88
                                    

Sekolah tempat Hikaru belajar mendadak di hebohkan oleh kedatangan Hariz, Julian dan Yose. Tadinya Joe memaksa ikut, tapi Hariz tidak memberinya izin. Jika Joe ikut sudah dipastikan dia akan mengacau nanti. Alih-alih membereskan masalah, Joe pasti akan mengamuk dan dia akan menimbulkan masalah baru. Jelas Hariz tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Selain itu jika Joe di izinkan ikut, maka semua penghuni pun pasti akan meminta ikut. Bukannya membereskan masalah, sekolah Hikaru akan hancur karena di datangi 9 manusia yang sedang emosi.

Hikaru sendiri hari ini menolak untuk berangkat ke sekolah. Katanya dia masih takut bertemu Brandon. Julian dan yang lain juga tidak akan memaksa. Kali ini mereka akan membiarkan Hikaru istirahat setelah berhari-hari selalu mendapat tekanan dari temannya di sekolah. Javin bilang beberapa hari ke belakang pasti Hikaru merasa tidak nyaman. Harus memendam rasa marahnya tanpa tau harus melakukan apa pasti membuat fisiknya lelah.

"Selamat pagi Miss Sarah." Hariz menyapa.

"Oh pagi Mas. Ada yang bisa saya bantu?"

"Ada beberapa hal yang ingin kami sampaikan."

Miss Sarah mengangguk mengerti. Dia pun menitipkan siswanya kepada rekannya yang lain lalu meminta Kakak Hikaru agar mengikutinya. Sesampainya di ruangan khusus staff pengajar, Julian menjelaskan apa yang terjadi kepada Hikaru. Miss Sarah tentu terkejut dia sama sekali tidak mengetahui perundungan yang di alami salah satu siswanya. Untuk memperkuat aduan Hikaru, Miss Sarah pun meminta rekaman CCTV selama 4 hari ke belakang sebagai bukti yang akan dia berikan kepada orang tua Brandon nanti.

"Saya mohon maaf ya Mas. Sepertinya selama ini saya kurang teliti memperhatikan anak-anak. Saya pikir Hikaru memang membagi makanannya dengan suka rela. Saya akan secepatnya menghubungi orang tua Brandon."

"Selama siswa yang bernama Brandon itu tidak berada disini kami akan melupakan kejadian yang menimpa Adik kami." Ucap Yose, "Hikaru tidak mau berangkat sekolah karena takut."

Sejujurnya Miss Sarah tengah kebingungan sekarang. Dia tidak mungkin mengeluarkan atau memindahkan Brandon begitu saja. Tapi dia juga tidak bisa mengabaikan Kakak-kakak Hikaru ini. Apalagi Hariz, siapa yang tidak mengenal Pengusaha muda itu? Jelas Sarah tidak berani berbuat masalah dengannya.

"Untung urusan orang tua Brandon sudah di urus oleh salah satu Adik kami. Anda hanya tinggal membuatkan surat pemindahan atau pengeluaran Brandon. Sisanya biar kami yang urus." Seolah mengerti raut wajah Sarah, Julian mencoba memberinya pertolongan.

"Baik. Saya akan buatkan surat pemindahan untuk Brandon, mungkin saya akan memindahkannya ke cabang lain."

Hariz mengangguk. "Terima kasih sebelumnya Miss."

"Sama-sama Mas."

Urusan di sekolah Hikaru sudah selesai. Jika Hariz, Julian dan Yose pergi ke TK untuk menemui Miss Sarah, lain lagi dengan 3 manusia yang sekarang sedang duduk di sebuah ruangan di salah satu Perusahaan. Jovan, Afif dan Joe sedang berkunjung ke Perusahaan milik Ayah Brandon. Kemarin Joe sudah menghubungi Papihnya lalu beliau berkata Joe boleh melakukan apa yang dia mau. Anak Tunggal kaya raya itu memang mudah mendapatkan apa yang dia mau. Papih dan Mamih nya pun sudah sangat memaklumi keinginan Putra satu-satunya itu. Termasuk membatalkan kerja sama 2 Perusahaan yang sebenarnya tidak bisa di anggap sepele. Apalagi hanya karena perundungan antar bocah TK. Tapi sekali lagi itu Joe, si anak tunggal kaya raya kesayangan Mamih dan Papih.

"Maaf menunggu lama."

Joe menoleh saat mendengar suara seseorang. "Selamat siang Om."

"Siang Joe. Ada yang bisa Om bantu? Semalam Papih kamu tiba-tiba menghubungi."

"Ada. Joe enggak tau kalo anak Om sekolah di tempat Adik aku sekolah juga."

"Adik?"

"Oh Papih belum cerita kayaknya ya? Joe sekarang punya Adik. Namanya Hikaru. Empat hari yang lalu anak Om selalu ganggu Adik Joe. Pundaknya sekarang memar kepalanya juga benjol karena di pukul Brandon. Jadi aku dateng kesini sebagai perwakilan Papih. Kami memutuskan untuk menghentikan kerja sama kami terhadap Perusahaan milik Om."

HIKARUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang