"Laliiiii hahahahahaha."
"HIKARRRRUUU!!!!"
Hari masih pagi. Tapi makhluk kecil itu sudah sibuk mengelilingi ruang tengah bersama Kakaknya yang menenteng baju seragam milik sang Adik. Sama seperti pagi biasanya, Hikaru kembali menolak untuk sekolah. Kali ini dia menolak memakai seragam padahal Jovan sudah memandikannya sampai wangi. Alih-alih menuruti sang Kakak untuk di pakaikan baju, anak itu malah berlari dari luar kamar. Wajahnya cemong karena Jovan belum sempat meratakan bedaknya, belum lagi Hikaru yang hanya memakai celana dalam dan kaus singlet membuatnya terlihat seperti tuyul lepas kendang.
Sebenarnya dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Jovan bersyukur Hikaru tidak larut dalam kesedihannya. Meskipun sempat seharian murung dan menolak untuk turun dari pangkuan Kakak dan Abangnya, tapi ke-esokan harinya Hikaru tetap bersikap seperti biasa. Hikaru juga sudah bisa membuat gebrakan baru dengan menjahili Abang juga Kakaknya. Seperti pagi ini misalnya, Hikaru menjahili Jovan dengan cara kabur saat akan di pakaikan seragam.
"Haayolohhh mau kemana kamu anak tuyul!!"
"Wuaahhh lepas lepass lepass!!!! Tolonggg help meee!!!" Hikaru berontak saat James tiba-tiba mengangkatnya.
"Help me help me. Dede belum di baju mau di gigit tawon raksasa?"
"Tawon laksasa emangnya ada?" Hikaru menatap mata James.
"Ada. Khusus ngegigit anak yang gak mau pake baju." Jovan yang menjawab, "Turunin James. Mau di pakein baju dulu."
Hikaru akhirnya mau memakai seragam meskipun James dan Jovan harus memegangi anak itu agar tidak kabur lagi. Setelah pakaiannya terpasang dengan sempurna, Jovan menuntun sang Adik ke meja makan untuk sarapan. Hikaru sesekali melompat kecil membuat James harus menahan tubuhnya agar tidak terjatuh. James pun tersenyum saat melihat tingkah Hikaru yang kembali seperti biasa. Jika boleh, James ingin terus melihat Hikaru yang ceria seperti sekarang daripada melihat Hikaru yang seperti kemarin. Rasanya dia tidak tega jika harus melihat sang Adik menangis, kecuali menangis karena dirinya.
"Selamat pagi saudala-suadala sekalian..."
"Ulangi. Yang betul ngucapin selamat paginya." Julian menatap Adiknya malas, semakin hari ada saja tingkahnya yang membuat dia tidak habis pikir.
"Hehehe... selamat pagi Abang dan Kakak."
"Pagi juga Dede." Yose mengangkat Hikaru lalu mendudukan Adiknya di kursi.
Layaknya kegiatan yang biasa dilakukan, begitu selesai sarapan semua penghuni sudah pergi meninggalkan rumah. Termasuk Hikaru, hari ini dia harus berangkat lebih pagi. Ada kegiatan yang harus dilakukan disekolah katanya. Jadi sekarang Hikaru berangkat bersama Dylan, James dan Joe menaiki mobil milik Dylan. Tentu ke-3 Kakak Hikaru itu senang bukan main. Akhirnya setelah penantian yang panjang mereka bisa mengantar Adiknya berangkat ke sekolah. Agak berlebihan memang, tapi mereka benar-benar senang saat Julian meminta mereka mengantar Adiknya ke sekolah. Kan lumayan, James dan Joe bisa memelototi anak-anak lain agar mereka tidak berani mengganggu Hikaru.
Hikaru turun dari mobil dengan melompat kecil. Sejujurnya jantung Joe yang melihatnya hampir saja pindah ke lutut, bagaimana jika tiba-tiba anak itu terjungkal? Bisa habis dia ditangan Hariz. Tapi dia tidak mempermasalahkan hal tersebut, selama Hikaru tidak apa-apa Joe tidak akan menegur. Dia sekarang justru sedang sibuk menatap banyaknya manusia-manusia kecil yang sedang berlarian kesana kemari. Terlihat ramai dan memusingkan. Kepala Joe rasanya pening saat melihatnya.
TUK!
"Aduhh..." Joe meringis saat kakinya mendapat tendangan.
"Ih pamit!! Malah bengong." Hikaru si pelaku penendangan kaki sang Kakak sudah merengut kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIKARU
FanfictionUmurnya masih 5 tahun, namun dia sudah terjebak bersama laki-laki dewasa yang setiap hari mencubit pipi bulatnya.