"Kantin penuh banget!"Zoro menatap antrean panjang di depan kasir kantin dengan wajah muram. "Apa ini hari pembagian sembako gratis?"
Nami yang berdiri di belakangnya mendengus. "Zoro, ini jam makan siang. Wajar kalau ramai. Kamu nggak pernah makan tepat waktu, sih."
"Karena aku punya prinsip: 'Makanlah saat kantin sepi.' Tapi kenapa hari ini semua orang melanggar prinsip itu?"
"Zoro, itu prinsip kamu, bukan prinsip dunia."
Zoro melirik Nami dengan serius. "Kalau aku nggak makan dalam lima menit, kemungkinan besar aku akan... mati kelaparan."
"Kamu lebay."
"Ini fakta, Nami! Perutku sudah berteriak-teriak sejak tadi. Dengarkan ini..." Zoro mendekatkan perutnya ke arah Nami.
Nami mundur sambil tertawa geli. "Zoro, kamu itu... kalau lapar, malah makin aneh."
Zoro menunjuk kursi kosong di pojokan. "Oke, gini aja. Kamu antre makanan, aku jaga kursi."
Nami melipat tangan. "Kenapa aku yang antre?"
"Karena kamu lebih gesit, lebih kecil, dan lebih... intimidating kalau berhadapan sama mbak kantin."
"Zoro, aku bukan alat intimidasi!"
"Ya ampun, Nami, demi kemanusiaan! Kalau aku antre, mungkin aku bakal pingsan sebelum sampai kasir!"
Nami memutar mata, tapi akhirnya setuju. "Baiklah. Tapi kalau aku antre, kamu jangan macam-macam di sini."
Zoro memberi hormat seperti tentara. "Siap, kapten!"
Lima menit kemudian, Nami kembali dengan dua piring penuh.
"Nih, Zoro. Ayam geprek kesukaanmu."
Zoro menyambar piring itu dengan semangat. "Kamu adalah pahlawan kantin sejati, Nami. Aku harus kasih kamu penghargaan."
"Penghargaan apa?"
Zoro mengangkat sendok seperti sedang berpidato. "Penghargaan atas jasa-jasamu dalam memperjuangkan hak makan rakyat kecil seperti aku. Tanpamu, aku mungkin tinggal nama."
Nami tertawa sambil menggeleng. "Kamu drama banget, sih. Udah makan aja."
Zoro mulai menyuap makanannya, lalu berhenti tiba-tiba. "Eh, ini pedes banget. Apa mbak kantin dendam sama aku?"
"Ya salahmu sendiri. Kamu selalu pesan 'pedes level neraka' kayak mau unjuk nyali."
"Tapi kali ini pedasnya beda. Ini kayak... cabai dicampur lava gunung berapi."
Nami mencicipi sedikit dari piring Zoro. "Zoro, ini pedes biasa. Lidah kamu aja yang nggak sanggup."
Zoro mendengus sambil minum air. "Lidahku kuat, Nami. Tapi ini... ini bukan makanan, ini penyiksaan!"
"Dramatik lagi."
Tiba-tiba, Luffy muncul entah dari mana dan duduk di sebelah Zoro. "Eh, Zoro, Nami! Kalian beli apa?"
Zoro menunjuk piringnya. "Ayam geprek maut. Mau coba?"
Luffy tanpa ragu mengambil satu potong ayam dan langsung memakannya.
"Enak banget!" seru Luffy sambil mengunyah.
Zoro menatap Luffy dengan kaget. "Kamu nggak merasa pedas?"
"Pedas? Ini mah biasa aja. Kamu lemah banget, Zoro!"
Luffy menghabiskan ayam di piring Zoro. "Kalau kamu nggak kuat, kasih aku aja. Jangan disia-siakan makanan enak gini!"
"Hei! Itu makananku!" Zoro mencoba merebut kembali piringnya, tapi sudah terlambat. Luffy telah menyapu bersih semuanya.
Nami hanya bisa tertawa melihat kekacauan kecil di kantin itu.
"Zoro, kamu harus belajar satu hal," kata Nami sambil mengangkat gelas minumnya.
"Apa?"
"Kalau kamu nggak makan cepat-cepat, makananmu bakal habis dimakan Luffy."
Zoro menghela napas panjang. "Pelajaran ini terlalu menyakitkan."
Luffy menepuk bahu Zoro sambil tersenyum lebar. "Tenang aja, bro. Besok aku traktir kamu mie goreng."
Kira-kira Luffy beneran bakal Teraktir zoro atau gak?

KAMU SEDANG MEMBACA
Zoro x Nami
Historia CortaOneshot Kisah asmara Zoro dan Nami! Ooc ya, ingat ini karanganku Daddy Oda, pinjam karakternnya yah <3