20

754 78 1
                                    

Korea, 2024













"Aku akan pergi bersama ibumu, dan kamu tidak perlu pergi ke mana-mana lagi, termasuk ke apartemenmu," ujar Tuan Kim sambil menatap Minjeong dan mengatur jam tangannya. "Kakakmu mungkin juga akan pergi ke Amerika sore nanti. Jika kamu merasa bosan, kamu bisa mencoba hal baru di perusahaan."

Minjeong tidak merespon. Dia hanya berusaha mencari cara untuk keluar dari situasi tersebut.

"Minjeong, jika kamu menginginkan sesuatu, katakan saja padaku. Aku akan membelikannya," kata Nyonya Seolhyun dengan nada ramah.

"Iya, nanti aku hubungi," jawab Minjeong singkat.

Tak lama kemudian, pasangan baru itu pergi dengan mobil limusin, bergegas menuju bandara.

Minjeong merasa lega karena dalam seminggu ke depan tidak akan ada masalah di rumah. Hal ini memungkinkan dia untuk berpikir dengan lebih tenang, meskipun bayangan Karina terus menghantuinya. Satu jam yang lalu, Minjeong menerima pesan dari Karina yang meminta untuk bertemu, dan dia tidak tahu apa masalahnya.

Dengan penuh pertanyaan di benaknya, Minjeong menuju garasi.













***














Sesampainya di tempat tujuan, Minjeong keluar dari mobilnya dan melihat bahwa mobil Karina sudah terparkir di samping mobilnya. Rumah kecil sederhana yang penuh kenangan saat hubungan mereka masih baik terlihat masih terawat. Meskipun warna cat dindingnya sudah berubah, semuanya tampak sama. Minjeong merasa hatinya sedikit hangat, tetapi perasaan itu segera sirna saat dia melihat Karina keluar dari pintu utama sambil memegang kantung kresek yang tampaknya berisi sampah.

Minjeong berusaha menenangkan diri dan membuka pintu pagar kecil hingga akhirnya berdiri di depan Karina. "Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanyanya langsung.

Karina tidak menjawab. Dia hanya melewati Minjeong, meletakkan kantung kresek tersebut ke dalam tong sampah, dan kemudian kembali masuk ke rumah.

Minjeong menghela napas, mengikuti Karina masuk, dan menutup pintu di belakangnya. Dia melihat ruang tengah yang sudah mulai bersih, tanpa debu. Minjeong tahu Karina pasti telah membersihkannya, mengingat rumah ini sudah lama ditinggalkan Karina dan Irene.

Namun, Minjeong segera menepis pikirannya dan menarik tangan Karina yang hendak mengambil sapu. "Kamu ingin aku ke sini untuk membicarakan apa, Karina? Aku tidak punya banyak waktu."

Minjeong terkejut melihat Karina menatapnya dengan mata merah dan sedikit berair. Karina bahkan tidak mengeluarkan suara, tampaknya meredam tangisannya.

"Karina..."

"Aku lelah, Minjeong. Aku benar-benar tidak kuat lagi," akhirnya Karina runtuh, duduk lesu di bawah Minjeong yang masih memegang pergelangan tangannya. Tangisan Karina mulai terdengar jelas di telinga Minjeong. "Aku tahu kamu mungkin tidak mau menerimaku lagi, tapi apakah ini pantas aku dapatkan, padahal aku hanya berusaha menjaga kita berdua."

Minjeong terdiam di tempatnya, hanya menatap Karina dengan kepala tertunduk. Hatinya bergejolak mendengar semua yang Karina katakan, tapi ia memilih untuk tetap diam.

Karina! Enough | Winrina ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang