3

1.1K 103 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








.
.
.
.
.
.
.
.
.
.









"Kamu mau minum apa?"

"Air putih."

"Jangan bercanda, di sini tidak ada air putih."

"Aku tidak bercanda."

Minjeong menatap malas pada bartender tersebut. Namun, bartender itu membalas tatapannya dengan kebingungan, tampak aneh karena dia tidak biasa menyajikan air putih. Namun, saat ini, yang Minjeong butuhkan hanya air putih.

"Tunggu, aku akan membelikanmu." Ryujin menyentuh lengan Minjeong sebelum pergi secepat mungkin keluar dari Bar.

Malam ini, Minjeong kembali mengabaikan peringatan Minjuu. Dia tidak bisa menahan dorongan untuk mencari hiburan, berharap bisa menemukan ketenangan dan menghentikan kesedihan yang selama ini menyelimutinya—bukan hanya karena Karina dan keluarganya.

"Aku dengar mereka akan bertunangan setelah pulang dari Jepang."

"Aku tidak suka ini. Albert terlalu sempurna untuk Karina."

Tubuh Minjeong mendidih. Meskipun dia berusaha untuk tetap tenang, dua wanita di sampingnya justru membahas Karina.

"Tapi mereka pasangan yang cocok dan romantis. Aku suka melihat Albert saat dia mencium kening Karina di depan publik. Rasanya aku ingin menjadi Karina."

Segalanya semakin parah. Tidak ada yang bisa menggantikan Karina, tetapi Minjeong berharap seandainya bajingan itu mencium kening Karina lagi, Karina langsung berubah menjadi wanita halu di sampingnya.

"Beri aku bir," kata Minjeong akhirnya.

Bartender itu hanya mengangguk, memberikan satu gelas bersama satu botol bir. Jika Minjeong ingin meminta lebih, dia tidak akan repot-repot menyajikannya lagi.

"Kamu meminum bir itu dalam sekali tenggak." Bartender itu tampak terkejut. Minjeong tidak hanya meminum dari gelas, tetapi langsung dari botol hingga tersisa setengah, mencengangkan.

Minjeong mendecih bosan. Kenapa setiap orang selalu menegur apa yang dia lakukan? Menyebalkan.

Tak lama kemudian, Ryujin datang dengan botol air putih. Dia terkejut melihat Minjeong yang sudah hampir mabuk. Ryujin merasa seharusnya dia tidak perlu membeli air putih; munafik rasanya pergi ke bar tanpa minum alkohol.

"Berikan aku bir lagi," suruh Minjeong dengan suara parau yang tidak beraturan.

Bartender menatap Ryujin dengan tatapan enggan. "Ryujin, dia sudah minum satu botol bir. Apa aku harus memberikannya lagi?"

"Apa katamu? Yak!, Minjeong, hentikan! Jangan berikan!" Ryujin kaget dengan mata melebar, segera menarik botol bir dari tangan Minjeong dan melemparnya ke tong sampah.

Karina! Enough | Winrina ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang