28

398 50 2
                                    








Yujin menundukkan kepalanya dalam-dalam, merasakan setiap kata yang keluar dari mulut Hyunsuk seperti tamparan keras di wajahnya. Ruangan kecil kantor mefia itu kini terasa semakin sempit dan pengap, seolah-olah dinding-dindingnya menekan napasnya. Bau kertas dan tinta bercampur dengan aroma kopi yang menyengat, menciptakan suasana yang tidak nyaman. Di sudut ruangan, jendela kecil tertutup rapat, menghalangi cahaya matahari yang seharusnya bisa menerangi suasana suram ini.

Suara Hyunsuk yang begitu tegas dan keras, memenuhi setiap sudut ruangan. "Sudah berapa kali aku bilang, Yujin! Jangan pernah biarkan hal seperti ini lepas kendali! Kamu tahu seberapa pentingnya rekaman itu, kan?" Suaranya meninggi, memecah keheningan yang tegang. Yujin hanya diam, tak bisa memberikan pembelaan. Dia tahu betul bahwa ini adalah kesalahannya.

Dia tidak pernah menyangka rekaman yang seharusnya dijaga dengan hati-hati itu jatuh ke tangan orang lain, terlebih lagi, orang itu adalah Albert. Kenangan itu tiba-tiba muncul di benaknya; senyuman ceria Albert yang hangat, dan bagaimana Karina tampak begitu bersinar saat berada di sampingnya. Yujin awalnya tidak menyadari betapa fatalnya kejadian saat ia lengah menjaga alat rekamnya. Ketika dia meninjau ulang, perasaannya seolah dihimpit remuk ketika dia ingat bahwa saat itu Albert melihat dan mengambil alat rekaman yang jatuh dari sakunya tanpa sepengatahuannya. Kini, semuanya telah terlambat. Albert telah menyebarkan rekaman itu ke media besar, dan sekarang, seluruh dunia tahu tentang percakapan antara Minjeong dan Irene, yang secara tidak langsung membuka rahasia besar hubungan terlarang mereka. Keringat dingin mengalir di dahinya, menambah berat beban penyesalan yang sudah menggelayuti hatinya.

"Kak Hyunsuk, aku," Yujin mencoba berbicara, tetapi suaranya nyaris tak terdengar, bahkan terdengar seperti bisikan yang terputus. Ia hanya bisa menunduk, mentembunyikan wajahnya yang memerah antara marah pada diri sendiri dan malu di hadapan atasan yang sedang marah.

"Kamu tahu apa yang sudah terjadi sekarang? Meski rekaman itu bersifat anonim kamu bisa dituntut atas rekaman ilegal!" Hyunsuk berseru, suaranya menggema seperti petir di tengah badai. Ia melemparkan selembar kertas laporan ke meja di hadapannya, membuat Yujin terkejut. "Sekarang semua media besar sudah tahu! Karina, Minjeong. Dan kita, yang seharusnya eksklusif, malah ketinggalan informasi!"

Yujin hanya bisa menggigit bibirnya, rasa pahit menyebar di dalam mulutnya. Ia sudah tahu bahwa tidak ada gunanya membela diri. Ini murni kesalahannya, dan dia harus menerimanya. Namun, di balik rasa penyesalan yang membebani dadanya, ada rasa takut yang lebih besar: bagaimana jika ini menghancurkannya. Setiap detik yang berlalu terasa seperti beban yang semakin menekan, dan dia hanya bisa berharap agar situasi ini tidak berlanjut lebih jauh.

Kepalanya berputar, memikirkan kemungkinan buruk yang akan terjadi, membayangkan wajah-wajah kecewa orang tuanya dan Jaehyun, tetapi bagaimana mungkin dia bisa memperbaiki kesalahannya yang sudah terlalu jauh? Dalam keheningan yang menekan, Yujin menyadari bahwa tanggung jawab ini tidak hanya tentang dirinya sendiri, tetapi juga tentang semua orang yang terlibat.




















***


























Minjeong duduk termenung di atas kasur di kamarnya, dikelilingi oleh heningnya malam yang mencekam. Lampu kamar yang remang-remang menciptakan bayangan panjang di dinding, seolah-olah menyaksikan kecemasan yang melanda hatinya.

Tangannya gemetar saat memegang ponsel, seolah benda kecil itu menjadi beban yang tak tertahankan. Dia baru saja mengucapkan kata-kata yang mungkin paling berat untuk diungkapkan kepada kakaknya. Meskipun hatinya telah mantap, rasa takut dan cemas tetap tak bisa sepenuhnya diabaikan, menyelubungi dirinya seperti kabut tebal.

Karina! Enough | Winrina ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang