21

947 74 1
                                    

Korea, 2024










Yujin mendengus kesal. "Sampaikan kepada ayahmu soal ini. Aku ingin berbicara langsung dengannya."

"Jangan pernah mencoba menyebarkan ini ke publik!" Minjeong mengucapkannya dengan nada yang lebih terkendali, tangan yang sebelumnya terkepal kini tidak lagi. "Aku tidak akan melakukan apa-apa. Tapi, kalau kamu terus memprovokasiku seperti ini, aku akan membuat hidupmu menderita."

Yujin mencibir. "Lagi-lagi kamu memgancamku?"

Minjeong menatapnya tajam, sorot matanya tak tergoyahkan. "Ini bukan ancaman, ini peringatan," jawabnya sambil berdiri, kini mereka saling berhadapan. "Kamu punya kakak dan orang tua angkat di Jeju, orang tuamu nelayan, kan?"

Tiba-tiba amarah Yujin meledak, dia menarik kerah baju Minjeong dengan kasar. "Apa yang kamu lakukan, hah?!"

Minjeong hanya menatapnya dingin, lalu tertawa pelan. "Kalau kamu berani menyebarkan rumor tentang Karina, aku tidak akan segan-segan menghancurkan hidupmu dan keluargamu. Aku tidak main-main."

Tatapan terkejut menguasai wajah Yujin. Dia tidak menyangka bahwa Minjeong bisa sekejam ini. Selama ini, Yujin pikir semua ancaman hanya akan datang dari ayah Minjeong, Tuan Kim. Tapi melihat wajah Minjeong yang begitu serius dan penuh intimidasi, membuatnya merasa terpojok.

"Aku tidak melakukan kesalahan apa-apa, aku hanya berhubungan dengan Karina! Kenapa kamu, dan orang-orang sepertimu, selalu mempermasalahkannya?" Suara Minjeong sedikit meninggi saat ia meraih tangan Yujin, melepaskan cengkraman keras di kerah bajunya. "Karina adalah segalanya bagiku. Jadi jangan pernah coba-coba untuk menyentuhnya!" Tekanan dalam suaranya begitu jelas, membuat Yujin tak mampu berkata apa-apa.

Setelah merasa cukup, Minjeong mengambil ponselnya dari atas meja, meraih kunci mobilnya, dan tanpa menoleh lagi, ia melangkah keluar dari apartemen itu. Pintu tertutup dengan suara pelan, meninggalkan Yujin yang berdiri di tempatnya, tercengang.

Ingatan kejadian beberapa hari yang lalu itu masih segar di benak Yujin. Bahkan ketika dia mencoba melupakannya, ancaman Minjeong terus terngiang, memicu rasa dilema yang mendalam. Ia melihat alat rekam yang tergenggam erat di tangannya, merasa berat seolah benda kecil itu telah menyerap seluruh emosinya. Bagaimana bisa satu ancaman saja dari Minjeong mampu meruntuhkan semangatnya secepat ini?

"Kamu benar, Minjeong," Yujin bergumam lirih, senyuman getir muncul di bibirnya. "Kamu punya uang, kamu punya kuasa." Pandangannya kosong, terpaku pada orang-orang yang berlalu lalang di depannya, tidak peduli dengan hiruk-pikuk di sekitarnya.

Tiba-tiba, suara keras mengagetkan Yujin-suara seseorang yang terjatuh. Refleks, Yujin menoleh dan melihat seorang perempuan terduduk di trotoar, memegangi kepalanya seolah kesakitan.

Tanpa berpikir panjang, Yujin berdiri dan bergegas menghampiri. Rasa khawatir menggelayut di benaknya. "Apa kamu baik-baik saja?" tanyanya sambil berjongkok, berusaha mengintip wajah perempuan itu yang tertutup oleh rambut panjangnya.

Perempuan itu mendongakkan kepala, raut wajahnya menunjukkan keterkejutan. Namun, yang lebih mengganggu Yujin adalah aroma alkohol yang kuat menyeruak dari tubuhnya. Yujin menarik napas dalam, mendesah dengan frustrasi. Lagi-lagi Minjuu.

Karina! Enough | Winrina ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang