8

1K 110 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







.
.
.
.
.
.
.
.
.
.














Di ruang makan yang hening, Tuan Kim dengan tenang menikmati makanannya. "Aku dengar Bae Karina sudah kembali dari Jepang," ujarnya sambil tetap fokus pada piringnya.

Minjeong menghela napas dalam-dalam, memandangi makanannya dengan kosong. Hatinya diliputi tekanan yang tak tertahankan. Di hadapan Karina, ia selalu merasa tak mampu bersikap tenang. Rasa bersalah terus menggerogoti pikirannya, membebani setiap langkahnya karena merasa telah meninggalkan Karina sendirian dalam situasi yang rumit.

Tuan Kim mengamati wajah putrinya yang tampak lesu. "Kamu tidak berencana menemuinya, kan?"

"Tidak," jawab Minjeong singkat, suaranya nyaris tak terdengar.

Tuan Kim kembali memusatkan perhatian pada makanannya, sadar bahwa putrinya sedang tidak dalam suasana hati yang baik. Namun, beberapa saat kemudian, sesuatu yang penting terlintas dalam benaknya.

"Minjeong, apa pendapatmu tentang Nyonya Seolhyun?"

Minjeong mengerutkan dahi. "Kenapa Ayah menanyakan hal ini?"

"Ayah akan menikahinya dalam waktu dekat," kata Tuan Kim dengan nada yang tetap tenang.

Berita itu menghantam Minjeong seperti petir di siang bolong. Ayahnya akan menikah lagi—sebuah kenyataan yang sangat sulit diterima. Bayangan ibunya segera memenuhi pikirannya, membuat hatinya terasa sesak.

"Aku pikir Ayah akan menikahi perempuan tidak tahu diri itu, bukannya Ayah sudah berpacaran dengannya selama dua tahun? Kenapa pengantin perempuannya berbeda lagi?" tanya Minjeong dengan nada yang berhasil memancing kemarahan Tuan Kim.

"Jangan bicara sembarangan, Kim Minjeong!" Bentak Tuan Kim sambil menghentakkan meja, membuat beberapa makanan tercecer ke segala arah.

"Aku rasa Ayah harus memberitahukan hal ini juga kepada Kak Jeno sebelum dia tahu sendiri dariku." Minjeong berdiri, membungkuk singkat, lalu pergi meninggalkan ruang makan.

Tuan Kim hanya bisa menghela napas pelan, berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya.








.
.
.
.
.
.
.
.
.
.









"Minjeong, kenapa kamu ke sini?" tanya Minjuu sambil merapikan beberapa lembar kertas dari printer. Ia menatap wajah Minjeong yang tampak lusuh, seolah kehilangan semangat hidup.

"Aku hanya ingin melihat-lihat saja, aku bosan di rumah," jawab Minjeong sambil mengamati ruangan kerja Minjuu dengan seksama.

"Seharusnya kamu pergi ke tempat Karina, bukan ke sini," komentar Minjuu sambil duduk, merentangkan tangan yang lelah.

Karina! Enough | Winrina ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang