﹏𓊝﹏
"Sepertinya di sini."
Dalam diam, Asad menelisik satu persatu struktur batuan gua. Cain ikut terdiam di belakang, ia tetap memasang sikap sempurna dan siap siaganya. Asad mengingat di mana ia jatuh sebelumnya akan tetapi, ah menyebalkan ini tidak membantu apa pun. Tidak ada tanda spesifik yang bisa membantu Asad. Lubang misterius itu tidak ada.
Dengan berat hati, Asad menggerakkan kakinya keluar. Keheningan mencekik saat ini menjadi bukti kekecewaan Asad. Tiba-tiba ia teringat sesuatu, ah iya, teman-temannya. Asad menunduk, ia sangat merindukan teman-temannya. Hidup di dunia tanpa seorang pun yang Asad kenal sungguh menyiksa batinnya. Ia memandang pintu gua dengan tatapan nanar.
"Astaga!"
Tiba-tiba muncul seorang wanita di depan Asad, wanita sama yang ia temui terakhir kali. Wanita itu menatap Asad dengan mata menyiratkan seharusnya mereka tidak bertemu.
Kemarin, sehabis ia membeli obat-obatan di ibu kota—di pasar daerah perbukitan tidak lengkap, mau tak mau ia harus ke sana—wanita muda ini langsung menemui Terah begitu sampai. Ia bertanya banyak hal, salah satunya adalah tentang pria tadi.
Dengan mendesak Sherah bertanya, "Apakah bisa dua orang terlempar ke masa lalu secara bersamaan?"
Terah yang terkejut karena pertanyaan itu hanya terdiam, jeda yang cukup lama. Sherah mengikuti Terah yang sibuk dengan obat-obatannya. Terah menyuruh Sherah untuk meminum air putih yang ia berikan dan menyuruhnya duduk terlebih dahulu. Napas Sherah menggebu-gebu, Terah khawatir.
"Kemungkinan seperti itu ada, tapi aku tidak tahu."
"Apa maksudnya itu?"
"Ada banyak yang bisa kau ketahui Sherah, datanglah ke kediaman pemimpin Nagaraksha di ibu kota dan mintalah izin untuk melihat prasasti dalam gua Siddhartha Grotto, maka kau akan mengetahui sedikit dari banyaknya pertanyaan yang menggenang di kepalamu itu."
Kalau pemimpin, pastinya ia adalah orang besar, bagaimana mungkin seseorang rakyat jelata seperti Sherah bisa mendapatkan izin? Sherah harus ke gua itu terlebih dahulu sebelum mencoba izin berbahaya yang Terah katakan.
Sherah bangun pagi-pagi sekali, karena hari ini ia akan pergi beberapa jam, jadi Sherah harus bangun pagi untuk mengganti jam kepergiannya. Waktu matahari baru terbit, Sherah sudah berada di kebun.
"Sepertinya aku harus bangun pagi-pagi sekali mulai besok. Keindahan matahari di ufuk timur saat fajar selalu memukau."
Mata dan bibir Sherah tidak bisa berbohong, dia sangat terpukau dengan pemandangan ilahi ini. Setelah beribadah, biasanya Sherah kembali ke tempat tidur dan bangun kembali tepat ketika matahari sedikit meninggi. Mungkin kalau di dunia modern itu sama seperti jam 7:00. Sambil bersenandung, Sherah selesai menyirami seluruh tanaman obat di kebun Terah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hakikat (TERBIT)
Historical FictionSaat itu, Asad bersama teman-temannya sedang asik mencari bunga guna melengkapi syarat untuk berhasil keluar dari rumah hantu. Tiba-tiba, portal gelap muncul di hadapan Asad. Ia tersedot kedalamnya berbarengan dengan bunyi, Wung! Wung! Wung! Seketik...