﹏𓊝﹏
Sejak sepuluh tahun ditinggalkan oleh pemimpin sebelumnya, untuk pertama kali, kediaman Nagaraksha kembali ramai. Orang-orang sudah sibuk dengan pekerjaannya sejak ayam belum berkokok. Udara yang masih sangat dingin tidak menghalangi mereka untuk bersemangat pagi ini. Asad akan berangkat ketika matahari baru terbit, yang berarti dua jam ke depan.
Kotak-kotak kayu telah diantarkan ke lambung kapal, karena kapal yang digunakan adalah kapal untuk berdagang, daya tampung kapal sangatlah besar. Lebih besar dari kapal khusus untuk berpatroli dan perang. Hewan-hewan, termasuk kuda milik Asad, diletakkan di geladak bawah. Tujuannya untuk menjaga keseimbangan kapal dan melindungi hewan-hewan bila terjadi cuaca buruk. Para kru dan penumpang berada di geladak utama, kapten dan perwira berada di anjungan untuk mengawasi navigasi dan operasi kapal. Walau dinamakan kapal berdagang, tetap saja kapal ini membutuhkan prajurit untuk menjaga dan melindungi manusia dan muatan kapal. Para prajurit di bagi menjadi tiga daerah, anjungan, dek meriam, dan di dekat haluan. Dek meriam dibutuhkan bila jalur kapal ditutupi batu atau terjadi serangan tiba-tiba.
Asad berangkat bersama sepuluh prajurit dan satu prajurit bayangan, tidak ada yang tahu, hanya Nyori, Cain dan Asad yang mengetahuinya. Sebelum Asad pergi ke pelabuhan, Asad pergi ke vihara, ia mendatangi Pratibha. Itu tata krama tidak langsung di kerajaan ini, sekaligus ini permintaan Nyori. Nyori meminta Pratibha untuk menuntun Asad di India. Dengan kereta kuda dan beberapa ekor kuda tunggal, Asad dan rombongan bersama Pratibha, berangkat menuju pelabuhan. Cuaca hari ini cerah, semoga tetap begitu ke depannya.
Whoosh!
Whoosh!
Angin laut lebih kencang dari pada angin darat. Perbedaan suhu antara laut dan darat diakibatkan oleh angin laut yang lebih sejuk bergerak kencang menuju darat yang panas ketika siang hari. Banyak kru kapal hingga prajurit yang berjemur di atas geladak haluan, mereka memanfaatkan udara sejuk di atas laut. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan di sini. Geladak utama saat ini sedang mengadakan makan bersama, mereka menari-nari, ada juga yang bernyanyi. Pratibha dan para biksu sepertinya berada di vihara kapal, tempat itu berada jauh dari keramaian apalagi geladak utama. Asad menonton pertandingan pedang yang diadakan oleh para prajurit Nagaraksha.
"Jangan sampai terluka, kita bahkan belum sampai. Jika kalian terluka, pulang adalah solusi terbaik."
Asad berkata dengan suara tegas. Para prajurit mematuhi atasannya dan mulai memainkan alat tabuh. Suaranya bergema berbarengan dengan burung camar yang lewat menepi—menonton pertandingan prajurit Nagaraksha. Banyak kru dan prajurit kapal yang ikut menyaksikan, mereka tertarik akibat suara keras dari alat tabuh, bahkan mereka yang ada di bawah ikut menonton, berbaris melingkari para prajurit yang sedang bertanding.
Karena peringatan Asad, para prajurit memakai pedang kayu sebagai alat pertarungan mereka. Karena memakai kayu, mereka tidak perlu menggunakan pelindung seperti tameng ataupun baju zirah. Dengan teriakan penuh semangat, haaah! Salah satu prajurit mengerang sambil mengayunkan pedangnya. Pertandingan itu dimulai. Tepuk tangan dan teriakan menggema di geladak haluan hingga geladak utama. Asad hanya bisa berdoa semoga kebisingan ini tidak sampai dan mengganggu Pratibha dan biksu lain. Salah seorang prajurit terjatuh, lututnya dipukul oleh prajurit lainnya, ia tersungkur namun berdiri kembali. Semangatnya masih membara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hakikat (TERBIT)
Narrativa StoricaSaat itu, Asad bersama teman-temannya sedang asik mencari bunga guna melengkapi syarat untuk berhasil keluar dari rumah hantu. Tiba-tiba, portal gelap muncul di hadapan Asad. Ia tersedot kedalamnya berbarengan dengan bunyi, Wung! Wung! Wung! Seketik...