Chapter 18: Apa alasanmu?

27 5 0
                                    

﹏𓊝﹏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

﹏𓊝﹏

Keesokan pagi, di kediaman Sherah.

Setelah Sherah pergi ke India dan mendapatkan informasi, gadis itu langsung memutuskan untuk pulang. Ia belum sempat mengabari Asad mengenai informasi yang ia dapat, karena Sherah yakin pasti pria itu sangat sibuk sekarang. Keadaan kerajaan sedang tidak baik-baik saja, apalagi Nagaraksha tempat Asad memimpin.

"Sherah, tolong kau ambilkan penumbuk yang ada di ujung sana," kata Terah. Sherah bergegas mengambil penumbuk yang Terah maksud. Hari ini sama dengan hari biasanya. Sherah membantu Terah untuk melayani pasien dan pembeli di toko Terah. Bedanya, sekarang pasien yang datang ke tempat itu semakin banyak. Sherah berasumsi itu pasti karena keadaan buruk akhir-akhir ini.

Di tengah-tengah pekerjaannya, Sherah dikejutkan dengan kehadiran seorang pria. Ia berdiri tepat di depan Sherah. Tidak memanggil bahkan tidak bergerak sama sekali.

"Ada apa?"

"Apa yang kau temukan di Daedra?"

Sherah menatap pria itu dengan alis berkerut—Sherah sedang berjongkok di atas tanah, ia sedang mencabut rumput liar. Wanita ini tidak menjawab, ia melengos begitu saja, meninggalkan Asad yang kebingungan.

"Hei! Berikan aku jawaban!"

Sherah lagi-lagi tidak menjawab. Ia sibuk membasuh tangannya. Dengan telaten, ia membasuhnya sampai tidak ada bekas tanah di kuku. Sherah takut ibadahnya tidak sempurna karena kuku jarinya kotor. "Hanya karena status sosial kita berbeda, bukan berarti kau bisa berbicara denganku seenaknya. Kita bisa berbicara di dalam. Tempat ini terlalu terbuka," ucap Sherah. Asad melihat sekeliling. Benar, tempat ini terlalu terbuka.

Mereka berdua masuk ke dalam rumah sederhana milik Terah, tidak lupa, Sherah meminta izin terlebih dahulu. Sherah menyajikan beberapa camilan dan air segar untuk Asad dan dirinya.

"Prasasti itu hanya berisi ramalan-ramalan, cara beribadah, pujian untuk Tuhan dan bagaimana cara hidup di dunia ini. Tidak ada yang aneh."

"Bisakah kau memberitahuku?" kata Asad, ia terlihat terdesak sesuatu.

Sherah menceritakan yang ia ingat. Benar-benar tidak ada yang menarik. Hanya kitab-kitab yang isinya tidak jauh beda dengan masa depan.

"Bagaimana dengan cara hidup di dunia ini?"

Sherah menatap Asad, ia terdiam untuk beberapa saat.

"Prasasti itu mengajarkan cara menyelesaikan masalah. Tidak ada yang aneh di halaman pertama tapi, halaman terakhir menurutku itu sedikit mengganggu," kata Sherah, ia mencoba mengingat-ingat apa isi dari halaman terakhir. Asad menyimak Sherah dengan ekspresi serius. Postur tubuhnya condong ke arah Sherah dan kedua tangannya menggenggam satu sama lain.

"Ada kata butterfly effects di prasasti itu. Kertasnya berwarna putih, seperti baru saja diganti."

"Apakah ada hal lain di kertas itu?"

Hakikat (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang