Chapter 22: Mereka yang kalah, adalah mereka yang melanggar aturan

25 4 0
                                    

﹏𓊝﹏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

﹏𓊝﹏

"...boleh jadi Maharaja bisa mati kali ini."

"Jaga mulutmu, Kolonel."

Panglima Perang menatap tajam Kolonel yang ada di sampingnya. Maharaja sedang sibuk melihat peta.

"Dia ada benarnya. Kita harus melihat kemungkinan terburuk sebelum mengambil keputusan," kata Maraksa.

"Seseorang sepertimu berani sekali berkata seperti itu di depan Raja? Bajak laut sepertimu—"

"Kaulah yang seharusnya menjaga mulutmu," Maharaja berbicara. Ia menatap Mayor dengan tatapan tajam, "Dialah yang memiliki strategi untuk mengeluarkan pasukan secara bertahap. Dialah yang membuat kita memimpin pertarungan ini."

Ruangan itu lengang. Tidak ada yang berani berbicara, termasuk Maraksa. Walau sebenarnya dirinya berat hati untuk mengikuti peperangan ini, ia sudah terlanjur berjanji kepada Biksu Tsing dan juga Taraksa. Ia akan membantu pemuda yang katanya pemimpin Nagaraksha, untuk mencapai yang dia inginkan. Lagipula, rencana ini menguntungkan baginya.

"Tolong lanjutkan diskusinya." Maharaja menatap Maraksa.

Maraksa mengambil napas dan kemudian menjelaskan satu persatu rencananya dengan perlahan.

"Karena pasukan kita masih lebih unggul dari Kerajaan Siliwangi, maka kita bisa membagi paling sedikit tiga ratus prajurit untuk menangani hewan-hewan buas itu."

"Bukankah tetap saja kita tidak boleh melukainya?" tanya Panglima Perang.

"Saya tidak pernah mengatakan untuk menyerang mereka, kita bisa menggunakan kurungan untuk menangkapnya."

Semua orang memperhatikan Maraksa dengan seksama.

"Anjing tetaplah anjing. Di pulau kami, ada sebuah buku kuno dari nenek moyang. Di buku itu ada halaman yang memberitahu cara untuk membuat anjing prajurit. Anjing-anjing itu tidak diberi makan selama satu minggu sebelum peperangan. Dan yang lebih parah adalah bahwa anjing-anjing tersebut sebelumnya diberikan dan dibiasakan memakan daging manusia. Mereka tidak memakan daging sapi, ayam maupun ikan. Tapi, daging manusialah yang mereka makan. Hidung mereka sangat sensitif dengan darah manusia.... kalian bisa melihatnya tadi ketika mereka dengan cepat menyerang prajurit yang memiliki luka di tubuhnya. Karena baju zirah kita berbeda dengan baju zirah mereka, maka kebanyakan dari prajurit kita yang terkena serangan. Mereka telah mengetahui hal ini sebelumnya." Maraksa menjeda kalimatnya, ia menatap Paduka Raja.

"Apakah seseorang membocorkan informasi itu?" kata sang Raja.

"Karena baju zirah tidak diperjualbelikan, ada kemungkinan kalau informasi itu bocor," kata Panglima Perang.

"Tidak mungkin si pandai besi itu. Keluarganya telah bekerja untuk kerajaan selama dua puluh tahun."

Ruangan lengang. Semua orang sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Terakhir kali Pemimpin Wanaraya berkunjung ke gudang senjata. Saya bertemu dengannya saat ingin menemui penjaga gudang senjata. Itu sekitar satu bulan yang lalu." Sersan tiba-tiba berbicara. Seketika, semua mata tertuju kepadanya.

"Apa yang dia lakukan di sana?" Raja bertanya.

"Saya tidak tahu, Paduka. Pemimpin itu tidak memberikan alasannya, dia seperti terburu-buru akan sesuatu."

Ruangan lengang kembali.

"Kita tidak punya waktu lagi, Paduka! Kita harus segera mengubah strategi alih-alih mencari tahu pelaku yang membocorkan informasi!"

Maharaja menatap Maraksa.

"Di buku itu, ada satu halaman yang memberitahukan cara untuk membuat anjing-anjing itu takluk. Paduka," Maraksa menatap Maharaja, "kita membutuhkan lendir ikan! Hanya lendir itu yang bisa membuat penciuman anjing liar itu teralihkan. Setelah mereka kebingungan, kita bisa menangkap mereka menggunakan kayu yang telah dipotong bagian tengah. Seperti metode hukuman penggal, kita bisa menggunakan itu untuk mengamankan bagian terpenting dari anjing, yaitu taringnya."

"Setelah itu, anjing-anjing tersebut dipindahkan ke dalam kandang kayu atau besi?"

"Benar sekali, Paduka."

"Kalau begitu, perintahkan semua orang untuk membuat yang seperti Tuan ini katakan!"

Malam itu, setelah titah sang raja, perkemahan Sriwijaya sangatlah sibuk. Dua puluh lima prajurit mengunjungi pelabuhan untuk mengambil ikan dari nelayan. Dua ratus orang mencari kayu untuk membuat kandang kayu sebagai alat untuk menaruh dan menjebak anjing. Dua ratus ribu lainnya, mereka ada yang memperbaiki senjata dan ada pula yang beristirahat.

Keesokan harinya.

Tiga ratus orang terpilih disiapkan untuk menangkap hewan-hewan buas. Mereka dari prajurit Sriwijaya dan juga bajak laut. Baju zirah mereka dilumuri oleh lendir ikan. Baunya sangatlah menyengat. Beberapa dari prajurit itu ada yang muntah akibat baunya. Karena itu, tiga ratus prajurit ini menggunakan penutup kain yang berguna untuk mengurangi bau lendir ikan di baju zirah mereka. Mereka berangkat ke lapangan pertempuran.

Setelah terompet dibunyikan, Kerajaan Siliwangi langsung melepas hewan buas milik mereka.

"Dasar orang-orang itu. Mereka langsung mengeluarkan hewan-hewan gila itu setelah tahu kalau kita tidak bisa menyerangnya." Maraksa meludah. "Aku yakin kami akan berhasil."

Benar apa yang dikatakan oleh Maraksa, anjing-anjing itu teralihkan. Mereka kebingungan dengan bau yang asing. Mata anjing itu berputar-putar. Dengan mudah, tiga ratus orang terpilih menangkap anjing itu. Sepuluh anjing, dua puluh, lima puluh, dan yang terakhir kedua ratus. Mereka berhasil menangkap semuanya.

"Sialan!"

Pemimpin Kerajaan Siliwangi menarik semua pasukan Siliwangi yang tersisa. Orang yang membunyikan terompet, mengibarkan bendera Sriwijaya.

Kerajaan Siliwangi kalah telat.

"HIDUP KERAJAAN SRIWIJAYA!"

"HIDUP KERAJAAN SRIWIJAYA!"

"HIDUP KERAJAAN SRIWIJAYA!"

"HIDUP PADUKA BALAPUTERADEWA!"

"HIDUP!"

Maharaja melihat Maraksa.

"Ini semua berkatmu, terima kasih. Katakan semua yangkau inginkan, kerajaan kami akan senang memberikannya."

﹏𓊝﹏

Hi ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hi ^^

Bagaimana ceritanya?

Jangan lupa untuk memberikan kritik dan saran yang membangun, ya ^^

Sampai jumpai di episode selanjutnya!

Have a great day!

Hakikat (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang