Chapter 23: His Obsession

30 3 0
                                    

﹏𓊝﹏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

﹏𓊝﹏

Di saat yang sama, bawah tanah Kerajaan Sriwijaya.Sebelum berangkat ke tempat yang akan mereka berdua tuju, Cain mengatakan keberadaan lokasi ruangan aneh yang ia lihat dulu."Untunglah, kita mempunyainya."

Asad bersembunyi di balik gundukan tanah di gerbang gua. Maeva mengamati mereka dari jauh. Orang yang mengatakan bahwa dirinya dari masa depan itu menyiapkan perangkat kecil yang terbang seperti lalat di sekitar Asad dan Remisit. Alat itu akan memancarkan partikel listrik yang mampu melumpuhkan objek dalam kurun waktu 5 detik. Setelahnya, objek akan kembali terbangun tanpa mengingat apa yang baru saja terjadi. Selain itu, Maeva memberikan mereka komunikator kuantum yang berbentuk seperti walkie talkie yang ada di dunia modern. Alat itu diberikan kepada Asad, Remisit memegang medkit nano untuk menyembuhkan luka. Obat-obatan itu menggunakan nanoteknologi untuk menyembuhkan. Sungguh mutakhir alat-alat ini. Asad membatin.

"Kita harus ke sebelah sana!"

Remisit berbisik dan mengarahkan telunjuknya ke pintu yang ada di sebelah kiri mereka. Jika gerbang keluar masuk kuda dan para prajurit berada di sebelah kanan, maka sebelah kiri adalah gerbang untuk para budak.

"Kita harus menyamar."

"Aku mengerti."

Asad dan Remisit menyobek sedikit lengan baju dan juga celana. Setelahnya, mereka olesi baju mereka dengan tanah, berharap agar terlihat seperti budak dan menghindari kecurigaan. "Ambillah batu itu. Kita masuk setelah barisan di sana." Asad mengangguk. Ia mengikutinya dengan hati-hati. Kemudian, mereka menyusul rombongan budak untuk masuk ke dalam gua.

"Aku kenal beberapa dari mereka."

Asad menatap Remisit yang sedang berbisik dan mengamati orang-orang di sekitar mereka. Baju mereka semuanya sama. Baju khas seorang budak. Di zaman ini, memiliki budak adalah hal yang lazim, tetapi tetap harus dengan izin raja. Asad tidak ingat dengan jelas bagaimana detail tentang informasi mengenai Sriwijaya, yang ia tahu bahwa raja ini berprestasi dalam bidang militer dan politik. Masa saat raja itu memimpin pun sukses dalam perdagangan dan juga persebaran agama buddha. Tidak ada prasasti yang menjelaskan apakah Kerajaan Sriwijaya memiliki status budak. Tapi, karena saat itu banyak kerajaan di Asia tenggara yang memiliki status itu, alhasil banyak yang berspekulasi bahwa Kerajaan Sriwijaya memiliki hal yang sama.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Remisit bertanya kepada Asad yang merenung. "Oh tidak ada." Asad menggaruk lehernya. Merasa canggung.

Melihat Asad dan Remisit berbincang, salah satu prajurit di tempat itu meneriaki mereka. "Hei terus berjalan! Kau tidak punya kaki, hah?!" Asad menatap prajurit yang berteriak. Remisit hanya menggelengkan kepalanya. "Kita harus fokus." Remisit benar. Mereka saat ini harus fokus dengan rencana awal. Memasuki tempat ini dan menangkap ilmuwan gila itu. Omong-omong, apakah Maeva masih berjaga di luar? Semoga saja lalat elektronik itu masih mengikuti mereka.

Hakikat (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang