Chapter 17: Seorang pedagang tetaplah pedagang

25 5 0
                                    

﹏𓊝﹏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

﹏𓊝﹏

Asad tahu akan begini hasilnya. Cain kembali tanpa membawa apa-apa. Pemuda itu sekarang menghilang. Asad sudah sangat yakin sejak awal Cain bekerja untuknya. Ia masih muda, emosinya masih tidak stabil. Kenapa zaman ini lazim sekali memperkerjakan anak di bawah umur hanya karena mereka sangat pintar?

Asad mengerti kenapa Pemimpin Wanaraya tidak mau membantu. Pemimpin Wanaraya pasti tidak suka dengannya karena perintah raja sebelumnya. Pemimpin itu terkenal bermusuhan batin dengan pemimpin Palakerta, dan melihat Asad membantu pemimpin Palakerta, pasti membuatnya sangat marah. Lalu, tidak lama setelahnya, Raja memerintahkan Asad untuk berdagang. Sudahlah, api kecil kalau di lempar bensin pasti akan membesar.

"Hei..."

Asad berjalan pelan dari belakang Cain yang sedang duduk di pinggiran sungai. "Ini bukan salahmu. Kamu sudah berusaha. Bangunlah, kau pasti lapar." Asad menepuk punggung Cain pelan. Mencoba menenangkan pemuda di depannya ini. "Kita bisa mencari cara lain. Ambillah." Asad memberikan roti kepada Cain. "Ini roti dari salah satu anak kecil yang bertanya terus-menerus tentangmu. 'di mana kakak tampan yang kemarin membantu di sana? Apakah dia bosan membantu? Apakah dia pulang, paman?' bahkan dia tidak mengenalku. Sepertinya kau terkenal di sini."

Asad mendengar Cain tertawa, lantas ia tersenyum.

"Tidak ada yang menyalahkanmu tentang kayu itu. Mereka menunggumu untuk membantu lagi. Apakah kamu akan di sini terus-menerus? Digigit nyamuk dan kelaparan?"

Asad tahu ia tidak boleh menggunakan bahasa informal kepada bawahannya tapi Cain, ia hanya seorang remaja yang masih memikirkan perkataan orang lain. Ia seperti adik bagi Asad.

Cain tertawa dan berbalik menghadap Asad.

"Anda benar. Pasti akan ada jalannya."

Sungguh, Asad sangat bangga dengan Cain.

°‧ 𓆝 𓆟 𓆞 ·。

Asad dan Cain sekarang berada di pelabuhan utama ibu kota—Cain akhirnya setuju mengenai ide membeli kayu dari bajak laut. Kepala Asad bergerak ke sana-sini. Orang-orang memenuhi tempat ini, begitu banyak hingga sulit untuk bergerak, apakah mereka memiliki tujuan yang sama dengan Asad? Kalau iya, Asad harus cepat.

"Tuan, itu orang yang kita cari."

Asad melihat ke arah manusia yang Cain maksud. Dia benar-benar bajak laut. Gaya berpakaiannya sangat berbeda dengan masyarakat lain. Bahkan, Pemimpin Wilayah Palakerta yang sedang berbicara dengannya sangat jauh tidak cocok dengan bajak laut itu. Sangat berbanding terbalik.

"Pemimpin Nagaraksha. Senang bertemu dengan Anda lagi, bagaimana dengan perjalanan ke India? Saya yakin Anda menemukan banyak sesuatu yang menarik." Pemimpin Wilayah Palakerta menghampiri Asad, mereka berdua berjabat tangan.

Hakikat (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang