Chapter 14: Awal

26 9 5
                                    

﹏𓊝﹏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

﹏𓊝﹏

Surat dari utusan Cina datang dua hari kemudian.

Kaisar membubuhkan tanda tangannya di atas surat itu, beliau menyetujui harga normal seperti sebelumnya. Surat itu pun memberikan semua detail barang-barang yang akan dijual dan beberapa barang baru untuk ditawarkan. Asad membalas surat itu dan memberikan rasa terima kasihnya kepada sang Kaisar dan utusan.

"Kapan para biksu selesai dengan urusannya?"

"Mereka sedang melakukan ibadah, salah seorang prajurit mengatakan kalau akan selesai dua hari ke depan."

"Baiklah."

Pratibha dan para biksu sedang melakukan kunjungan setahun sekali ke sebuah vihara yang didirikan di Nalanda. Dalam prasasti Nalanda yang ditemukan, dijelaskan bahwa Raja Dewapaladewa yang berasal dari Kerajaan Palla di India, mengabulkan permintaan Sri Maharaja dari Swarnadvipa atau Sriwijaya untuk membangun sebuah vihara Buddha di Nalanda. Prasasti itu dijadikan patokan oleh para biksu sebagai pusat beribadah satu kali dalam setahun.

"Apa yang sedang anak-anak lakukan sekarang?"

Karena sudah dua minggu sejak Asad ada di tempat ini, kemungkinan besar anak-anak dari kerajaan sudah mulai beradaptasi dan mengikuti pengajaran di tempat ini. Para siswa dari India, telah berangkat ke Sriwijaya sehari setelah Asad sampai di India.

"Ada festival budaya di tempat mereka belajar?"

"Festival, ya...."

Asad mengunjungi mereka sebagai utusan Kerajaan Sriwijaya, yang berarti baju yang ia kenakan adalah baju formal. Begitu pula dengan pengawalan. Biasanya ia hanya membawa satu, dua prajurit, kini ia membawa hampir semua dari prajurit yang ikut bersamanya dari Sriwijaya. Asad diberitahukan beberapa hari yang lalu bahwa bukan hanya dirinya saja yang diembankan tugas ini. Para penguasa utara, selatan dan barat diberikan tugas yang tidak kalah beratnya. Penguasa selatan bersama dengan prajuritnya, mereka menggantikan militer di bawah kepemimpinan Asad untuk menjaga pelabuhan pusat. Pemimpin Palakerta—penguasa yang mengusulkan pertukaran pelajar—melakukan perjalanan bisnis dengan daerah Vassal dalam niaga dan politik. Sedangkan penguasa Wanaraya, mengamankan perairan dan pengawalan kapal.

Dua hari kemudian, Asad dan Pratibha kembali ke kerajaan.

"Apa yang kau dapat?"

"Perjanjian dengan Cina."

Pratibha menghela napas, "Bukan itu maksudku. Biksu Tsing."

"Aku tidak menemuinya, ternyata waktu di tempat ini sangat singkat."

Pratibha menatap Asad. Ia tahu akan seperti ini akhirnya. Ia melangkah ke depan, melihat gelombang air laut yang tercipta dari gesekan antara kapal dan air. Perjalanan kembali memakan waktu sangat lama dari waktu keberangkatan. Sudah lima belas hari mereka terombang-ambing di atas laut. Asad memperhatikan para prajuritnya yang kembali melakukan pertandingan bersama awak kapal. Mereka menangkap ikan kemudian memasak dan memakannya. Sungguh, mereka tidak kehabisan akal. Di tengah suasana yang menenangkan, tiba-tiba datang petir di siang hari. Seorang pengantar surat mendatangi Asad dan memberikannya segulung surat dari burung merpati.

Hakikat (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang