Samar-Samar.

93 67 20
                                    

"Setidaknya aku udah berusaha yang terbaik untuk diri sendiri, bukan untuk orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Setidaknya aku udah berusaha yang terbaik untuk diri sendiri, bukan untuk orang lain."

‎⊹𓈒ʿʿ🏠୭𝅄᮫

Beberapa bulan kemudian....
Telah melewati ujian awal semester dan pembagian nilai yang remedial dan yang tidak.
Ternyata, Sendu Coraline Aksara terkena remedial semua mata pelajaran terutama matematika paling hancur nilainya.

Seperti biasa dimana nilai setelah ujian apapaun itu, pasti di letakkan di sebuah papan dinding depan kelasnya masing-masing.
Jadi, semua terlihat dengan jelas oleh semua orang, mau nilai bagus ataupun tidak.

Gadis itu menghampiri papan di depan kelasnya seorang diri, setelah semua murid-murid telah pulang.
Ia, sengaja memilih pulang paling akhir karena kebetulan berhalangan untuk sholat dzuhur berjamaah jadi bisa.

"Ya Allah, malu banget sebenernya nilai gua terpang-pang dengan jelas di papan di liat banyak orang. Ya meskipun gua ga kenal-kenal banget santriwati dan santriwan sini, tapi pasti mereka tau. Kalau ada anak baru di Pondok Pesantren ini", batin Sendu.

Sendu, menyorot tubuh nya ke tembok hingga kebawah. Terlihat begitu lemas, baru pertama kali merasakan nilai miliknya yang begitu buruk, hampir di semua mata pelajaran. Di kelas sebelumnya belum pernah merasakan hal serupa. Ia memang sedari awal masuk tidak fokus mengerjakan pelajaran apalagi minggu kemarin ulangan awal semester, terlalu sibuk memikirkan nasibnya yang malang baru menjadi anak baru sudah menjadi korban pembullyan di angkatan perempuan nya dan berusaha menutupi itu semua dari orang-orang. Sehingga menimbulkan dampak buruk ke nilainya.

"Hai, kamu ngapain di sini?", tanya seorang pria tiba-tiba datang di samping Sendu.

Ia tersadar kalau dirinya menangis, langsung dengan cepat bergegas mengusap kedua matanya dan juga berdiri, tidak ingin siapapun mengetahui sesungguhnya yang terjadi.
"Gapapa kak", jawabnya sembari nunduk.

Pria itu berpindah tempat berhadapan dengan  Sendu, "serius gapapa, mata kamu keliatan bengkak tuh kayak abis di tonjokin se rt".

Gadis itu melirik dengan tatapan sinis, "Apasi eng-"
Percakapan terputus sebelum akhirnya Sendu
menyerocos.

"Hah, lo lagi? ngapain sih ngikutin gua", tukas nya.

"Wah, berani panggil lo lo di Pondok Pesantren. Nanti saya catat kamu di hukum."

Gadis itu menghentakkan kakinya ke kak Bumi yang ingin sekali di panggil kak Al.
"Bodo amat catet aja sana ga peduli, sekarang lo pergi dari sini. Cepet! gua mau sendiri ga mau ada siapa-siapa."

Pria itu menggelengkan kepala heran dengan sikap Sendu yang tiba-tiba marah kepada dirinya, gagal rencananya ingin bercanda.

Ia menyamaratakan tinggi badannya dengan Sendu, "astaghfirullah, iya deh maaf saya mau bercanda sama kamu waktunya kurang tepat, salah di waktu kamu lagi sedih."

"Tapi, saya kesini beneran ga sengaja ketemu kamu bukan mau ikutin buntut kamu."

Sendu, mengkerutkan kening, masih tetap menatap sinis pria itu, "ya, terus mau apa? ke kelas atas semua murid-murid kan udah pada pulang. Guru-guru, usdtzah sama ustadz juga ada di kantor lagi rapat."

Bumi, menutup bibir Sendu dengan jari telunjuk nya.
"Udah bicaranya?boleh saya jelasin sendiri?agar kamu tidak salah paham."

Ia mengangguk paham, "yaudah sok."

"Jadi, saya tuh kesini abis pulang sekolah ga langsung ke asrama karena disuruh ambil berkas-berkas di kelas 7 untuk nanti saya ganti ngajar waktu sore hari. Soalnya ustadz muhktar berhalangan hadir."

Sendu, tersenyum tipis kesekian kalinya ia terpukau dengan nada bicara sosok pria itu.

"Kenapa senyum-senyum gitu kamu? bukannya kamu lagi kesal dan sedih?" tanya nya.

"Mana ada senyum dih geer banget." jawab nya ketus.

"Kamu ga usah sedih perihal nilai, karena kamu baru awal mungkin belum paham dengan pelajaran sini", ungkap nya tanpa aba-aba.

Bumi, benar-benar terlihat sangat paham apa yang dirasakan oleh gadis itu.
Ia seperti merasakan memiliki sosok abang.

"Iya kak, makasih atas nasehatnya."
Dirinya menghela nafas, "yaudah kak, kamu lanjutin aja apa yang mau ambil di kelas atas abis itu langsung pergi ya. Soalnya ga mau jadi fitnah lagi kalau ada yang ngeliat kita berduaan."

"Maaf kak, gua tiba-tiba ngomong gini soalnya beneran ga mau terjadi fitnah lagi, sebenernya juga gua masih butuh lo disini buat nenangin gua."

Bumi mengkerutkan dahinya, ia benar-benar tidak paham apa yang di maksud gadis itu.

"HAH fitnah?"

"Siapa yang udah fitnah kamu, karena kita ngobrol?" , tanya nya heran.

Sendu, menggigit bibirnya
Dirinya keceplosan seharusnya tidak berbicara hal itu.

"Hah ga kok kak, kamu salah denger."

"Maksudnya tuh kalau kita berduaan jadi fitnah."

Pria itu menggelengkan kepalanya lagi.
"Hadeh bocil, dikira saya budek dan bisa di boongin."

"Ayo jawab siapa yang fitnah kamu?"

"GADA KAKK, salah denger tadi."

"Yaudah kalau kamu ga bisa ngasih tau dan ga mau ngasih tau, nanti saya tanyain sendiri di angkatan perempuan sekelas kamu. Soalnya pasti ga jauh-jauh dari mereka kan."

"Mereka ketahuan dari dulu suka bikin onar apalagi sama anak baru."

Kabut Dan LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang