Manusia apa hewan?

30 21 3
                                    

Bruak bruak bruak!!!Tiba-tiba Aisyah dan Fatimah ke kelas Sendu dengan menobrak-nobarak pintu tanpa mengucap assalamualaikum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bruak bruak bruak!!!
Tiba-tiba Aisyah dan Fatimah ke kelas Sendu dengan menobrak-nobarak pintu tanpa mengucap assalamualaikum.
Tentu, seisi kelasnya kaget terutama Sendu.

Entah apa maksud gadis itu.
Yang jelas ada perasaan aneh di dalam lubuk hati Sendu, ia merasa ingin memarahi gadis itu.
Perihal masalah tadi.

Mereka berdua berjalan bersama menuju bangku gadis itu.
Suara hentakan kakinya terdengar begitu kencang karena sepatunya yang memang tipis.

Aisyah menunjuk muka Sendu. "Dasar anak baru gak tau diri! Caper."

Lalu melototkan matanya ke arah Sendu sembari menggigit bibirnya. "Lo tuh, gak pantes ada disini! Cuman jadi beban."

Dengan cepat Aisyah mengambil pergelangan tangan Sendu untuk di kepal, sedangkan Fatimah hanya tertawa atas perlakuan temannya itu.
"Lo beban disini, iya di angkatan kita!
Cewek penyakitan dan bodoh."

Fatimah terkekeh. "Benar harusnya lo gak masuk angkatan kita."

"Segala lagi lo caper ke kakak-kakak osis kita, apalagi kak Bumi."

"Padahal kan lo kabur itu cari kesem-"

Percakapan nya terputus karena Sendu langsung menghempaskan tangan yang di kepal oleh Aisyah, lalu berdiri manyaratakan tinggi nya dengan kedua gadis itu.

"Lo tau apa tentang hidup gua hah?", jawab Sendu dengan lantang.

Membalas memainkan jari telunjuk nya kepada mereka.
Ia tadinya tidak ingin meladeni hal itu, tetapi karena kelakuan teman nya sudah melampaui batas kesabaran dirinya, tak bisa di tahan lagi.

"Karena, gua tau disini gak pernah ada drama kabur dari Pondok segala."

"Apalagi pas kabur di tolongin sama santri putra yang famous disini."

Kedua gadis itu masih tidak puas dengan tingkah konyol nya. "Lo tuh cuman cari kesempatan dalam kesempitan."

Ucap mereka sembari menunjuk jarinya ke mata Sendu.

Sendu berdecak kesal. "Gua gak pernah minta bantuan ke siapapun waktu kabur, apalagi bilang siapapun dan gua bener-bener gak tau kalau kak Bumi ngikutin gua."

Penjelasan Sendu tidak di dengar seditpun. Mereka masih percaya dengan pikiran mereka sendiri-sendiri.

Sendu melihat sekeliling teman-teman  angkatan nya selain Aisyah dan Fatimah sedang bersantai melihat bertingkaian itu.
Tanpa ada yang memisahkan sedikitpun.
Gadis itu berfikir bahwa mereka takut dengan Aisyah dan Fatimah yang egonya tinggi sekali.
Jadi, tidak memisahkan Sendu, Aisyah dan Fatimah.

Beberapa menit kemudian.

Tiba-tiba kak Bumi datang ke kelas Sendu, tak di sangka-sangka dalam situasi ini.
Sendu, teringat dengan ucapan nya kemarin saat pria itu menolong dirinya.
Kalau ingin menghampiri teman-teman sekelas perempuan nya perihal masalah ia kabur dari Pondok Pesantren.
Walaupun sebetulnya Sendu sangat tidak membutuhkan siapapun untuk klarifikasi kepada Aisyah dan Fatimah.
Sebab, rasanya percuma menjelaskan apapun kepada seseorang yang mau menang sendiri.

Pria itu berpakaian putih dan beralmet osis, yang memang setiap pagi bertugas memeriksa semua kelas adik kelasnya.
S

emua di tugaskan secara rooling yang sebagai anggota osis, mau itu perempuan atau laki-laki.

"Ada apa ini?" tanya Bumi serius.
Tidak ada jawaban sepatah katapun dari mereka semua.

Hanya ada tatapan tajam Aisyah dan Fatimah kepada Sendu, sedangkan Sendu hanya membatu sembari menunduk.

Bumi menoleh ke arah Sendu. "Mereka berulah apa ke kami?"

Sendu hanya menggelengkan kepalanya, tanpa mengeluarkan ucapan sedikitpun.

Karena pria itu tau, kalau Sendu tidak akan menjelaskan apapun kepada dirinya. Akhirnya memutuskan untuk diam tak menanyakan hal apapun di depan mereka.
Berniat untuk menanyakan saat tidak ada mereka saja.

Lalu ia memainkan jarinya satu persatu menunjuk ke arah teman-teman Sendu. "Lo semua kalau berulah ke dia, sampai kabur lagi. Berurusan sama gua."

"Sekarang lo semua balik ke tempat masing-masing, gak usah sok jagoan!"

Mereka semua langsung bergegas balik ke tempat duduk nya masing-masing yang sedari tad berdiri di tempat duduk Sendu.
Sementara, Aisyah dan Fatimah di jegat jalannya dengan pria itu.

Tangannya menghalang jalan mereka berdua untuk ke kalas. " Mau apa lo? Ikut gua dulu."
Bumi tersenyum kecut.  "Kalau lo gak mau, gua bakalan aduin kelakuan lo ke anak baru gimana."

Dengan kompak mereka menunduk'kan kepala, jawaban sepakat untuk mengikuti keinginan kakak kelasnya itu.

Bumi mempersilahkan tangannya untuk mempersilahkan mereka jalan lebih dahulu dari dirinya. "Oke duluan, tunggu depan kelas kalian. Nanti saya nyusul."

Bumi, sangat ingin berbicara empat mata dengan Sendu. Akan tetapi, dengan situasi yang seperti ini sangat tidak berkemungkinan.

Pria itu berjalan sedikit demi sedikit ke luar, dengan pandangan nya ke arah bangku yang di tempati Sendu.

"Liat depan kak, nanti ke sandung", teriak kompak seluruh adik kelas laki-laki di kelas Sendu.

Pria itu menutup mukanya dengan buku miliknya yang di pegang sedari tadi.
Ia pun terkejut.
Ternyata Sendu sadar kalau di tatap dirinya. Meski, gadis itu sedang menunduk.

‎⊹𓈒ʿʿ🏠୭𝅄᮫    

Hari ini memang jam kosong di dalam sekolah nya, guru-guru, usdtaz dan udtzah mereka semua sedang rapat.
Mungkin karena sebentar lagi akan ada perpulangan seluruh santri putra dan santri putri setelah melakukan ujian awal semester.

Untungnya saat ada kegaduhan di kelas Sendu, di saat jam kosong. Jadi, tak di marahi oleh siapapun.
Terutama ketika usdtzah Kholifah ketika melihat hal itu, pasti marah besar.

Dirinya benar-benar tak habis pikir atas perilaku kedua wanita itu.
Bahkan hewan pun tak sebejat mereka.











Kabut Dan LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang