Terbongkar.

60 47 1
                                    

"Makasih untuk rasa aman yang kamu berikan Meski, sebagian dari raga aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makasih untuk rasa aman yang kamu berikan
Meski, sebagian dari raga aku.
Udah gak aman seluruh luruh nya."

‎⊹𓈒ʿʿ🏠୭𝅄᮫    

Untungnya saja ada kak Lula yang gadis itu kenal, dan. Lumayan dekat, jadi bisa meminta tolong untuk memberikan sebuah gift ke kak Bumi.

Tadinya, Sendu berniat memberikan gift nya kepada kak Lula untuk kak Bumi, esok pagi hari. Sebelum banyak murid-murid yang datang. Akan tetapi, Esok adalah hari senin. Dimana ada upacara pagi harinya.

Jadi, ia membatalkan keputusan itu dan memutuskan untuk memberikan giftnya. Langsung ke kamar asrama kak Lula yang berada di atas.

Saat dirinya menuju ke asrama atas tepatnya  kamar asrama kak Lula, banyak sekali yang tidur. Wajar saja, karena hanya hari minggu saja. Hari libur nya santri di Pondok Pesantren.
Bahkan hampir di semua Pondok Pesantren.

Sendu, melihat seisi kamar asrama yang di tepati kak Lula. Tak ada dirinya, entah bilang salah kamar pun tidak, soalnya sudah benar.
Dirinya sangat ingat sekali pernah di ajak ke kamar itu. Saat awal-awal dirinya sampai Pondok Pesantren nya.

"Heh, kenapa? nyari siapa?",  tiba-tiba kak Lula mengagetkan Sendu dari samping.

Ternyata gadis itu habis datang dari jemuran. pasti habis menjemur baju dan melamun.

Ia membukuk'kan tubuhnya, dirinya benar-benar terkejut.
"Astaghfirullah macam setan kamu kak, gak ada assalamualaikum nya! kaget tau gak."

Lula hanya cengengesan dan menggaruk-garuk kepala nya.

"Kak, aku mau to the point aja ya. Soalnya aku ngantuk belum tidur sama sekali dari tadi, jadi gak bisa lama-lama disini", pinta Sendu.

Sendu menyodorkan gift nya kepada Lula yang baru saja di buat, "bantuin aku ya? tolong kasih ini ke cowok yang namanya Khalid Bumi Al-baihaqqi."

Lula mematung.
"LAH, KAMU KENAL?"

"Dia kan, yang nitip sal-"
pembicaraan nya terputus.

Sendu menggelengkan kepala tak habis pikir, lagi lagi ada orang yang memutuskan pembicaraan. Padahal, dirinya tidak suka.

"Heem kenal", gadis itu mengangguk.

"Gak usah tanya kenapa aku biasa kenal dia, panjang ceritanya. Kapan-kapan aku ceritain."

"Kamu lanjutin, apa ngomongan kamu yang terputus tadi", pinta Sendu lagi.

Lula mengambil bahu Sendu, lalu berbisik.
"Dia itu, cowok yang udah ngasih kamu surat berulang kali di bawah kolong meja kamu.
Dari awal kamu masuk sekolah.
Dan juga, yang udah ngasih duluan pesanan makanan sama minuman kamu. Waktu kamu lagi ngantri-ngantri nya di kantin."

"Dia bilang ke aku, gak mau kamu kewalahan ngantri."

"Terutama yang aku pernah bilang ada yang nitip salam ke kamu santri putra. Ya, itu dia."

"Tapi, kan posisi di kantin saat itu lagi rame banget kak. Masa, dia bisa sih tiba-tiba ngasih pesanan punyaku", jawab Sendu tak percaya.

"Dia itu deket sama bibik kantin tau
Kayaknya dia bisik-bisik nyelonong masuk ke dalam, bilang punya kamu suruh layanin duluan.

"Bukan kayaknya lagi, aku pernah nanya ke bibik kantin. Bener kok."

"Kalau untuk perihal yang ngasih kok bukan bibik kantin ataupun dia sendiri.
Tentunya, kalau dia sendiri pasti malu dan kalau bibik kantin langsung takut di bongkar yang mesenin sama bayarin itu dia.
Mangkanya itu dia ngasih lewat teman perempuan nya", jelasnya.

"HAHAHAH apasih bohong ya?", Sendu masih tak percaya.

Lula menunjuk mukanya, "adakah muka tukang bohong dalam muka ini?"

"Gak ada sih, gua 95% percaya."

"Yaudah lah bodo amat gua mau nanya sendiri ke orangnya aja kalau ketemu, intinya. Besok kamu kasih ini ke dia ya."

Lula tersenyum-senyum, "I-iyaa shapp tuan putri."

"Ekhem cie cie cie kiw", goda Lula sembari meangkat kedua alisnya berulang kali.

Sendu, memundurkan diri pelan-pelan untuk ke bawah pergi meninggalkan Lula.

"Apa sih, aku duluan yaa."

"Jangan lupa kasih ke dia."

Kabut Dan LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang