Bumi dapat meluluhkan Sendu?

55 40 15
                                    

"Yang memahami mu, lebih berharga di banding yang sekedar mencintaimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yang memahami mu, lebih berharga
di banding yang sekedar mencintaimu."

......

Sendu mengedipkan matanya seolah olah baru mengetahui apa yang di ucap pria itu, nyatanya ia sudah lebih dulu tau dari bibik kantin dan kakak kelasnya.

"Tau gak? aku udah lebih dulu tau dari orang lain sebelum kamu ngomong."

Bumi menatap Sendu tak percaya, "Hah apa sih bohong banget."

"Serius, intinya ada yang ngasih tau. Tapi, rahasia kamu gak boleh tau."

Bumi benar-benar gemas dengan tingkahnya yang seperti anak kecil, ia berharap bisa meluluhkan hati gadis itu, agar mau balik lagi ke Pondok Pesantren dan mengurungkan niat untuk kabur.

"BALIK YOK", ajaknya.

"Udah banyak pasti tuh yang nyariin kamu di Pondok Pesantren karena dengar kamu kabur."

Sendu, mendengar apa yang di ucap Bumi
Hanya terdiam membeku.
Keberadaan mereka berdua di temani dengan kesenyian. Sebab, saat siang memang jalanan perumahan yang ada di belakang Pondok Pesantren itu, memang sepi.

Sedangkan pria itu hanya memasang wajah cerita untuk menghibur, meski turut ikut merasakan sedih seperti yang gadis itu rasakan.

"Saya tau, pasti gak mudah jadi kamu di kelilingi teman sekelas yang sifatnya seperti itu.
Saya mohon jangan kabur yaa? bertahan...
Percaya saya deh, kamu di uji seperti ini pasti Allah udah mempersiapkan suatu yang terindah suatu saat nanti.", lirihnya.

"Pernah dengar juga gak? kalau masuk ke dalam Pondok Pesantren tuh ibarat nya kaya lagi naik kapal yang perjalanan nya jauh banget. Nah, harus melewati ombak yang cukup besar di dalam perjalanan panjang itu.
Tapi, pilihannya.
Kamu akan mau kalah gitu aja gak dengan ombaknya."

"Saya bukan apa, saya gak mau kedua orang tua kamu khawatir."

Sendu menatap dalam pria itu, " Biarin aja kak."

"Loh kenapa?", tanya nya serius.

"Aku juga kesal dengan Mamah aku kak, memang keinginan aku untuk masuk ke dalam Pondok Pesantren sini.
Tapi, dari awal aku bilang ke Mamah aku bahwa aku ingin survei dulu atau paling tidak ingin menginap disini sehari. 
Agar tau temen-teman sekelas ku kayak gimana."

Sendu memberi jeda pembicaraan nya.
"Tapi, Mamah aku ngotot suruh langsung masuk ke dalam Pondok Pesantren sini.
Apa pendapat ku gak di dengar sama Mamah
Padahal kan, aku cuman pengen tau keadaan Pondok kayak gimana oleh karena itu ingin survei terlebih dahulu."

Bumi meangguk paham, lalu mencubit hidung gadis itu.

"Memang terkadang orang tua seperti itu, hanya ingin di mengerti bukan?"

"Tapi, kamu gak boleh seperti itu ra.
Mau sekesal apapun dengan orang tua kamu."

"Kamu kalau cemberut gitu, makin lucu tau"

Sendu memutar bola matanya menutupi rasa salah tingkahnya. "Ih dasar buaya Pondok Pesantren gombal."

"Iya juga sih kak, aku binggung kalau kabur harus kemana. Aku kan baru diem di daerah sini."

Bumi mencubit puncuk hidung gadis itu lagi, sebelum akhirnya mereka berdua pergi dari tempat itu.

"saya jarang gombal, gak percaya? tanya temen-temen saya."

"Aku gak mau orang seimut kamu di culik sama om-om."

Sendu mengkerut kan kening.
Rasa kesalnya tak bisa di ungkapkan, karena sikap Bumi yang sangat lembut.
Sedangkan pria itu, melihat wajah Sendu hanya tertawa.

‎⊹𓈒ʿʿ🏠୭𝅄᮫    

Beberapa menit kemudian, pria itu melihat
ada para kakak osis perempuan 3 dan
laki laki 5, dari kelas 12.
Yang dari arah kanan, di mana keadaan nya
Sendu dan Bumi ingin belok kanann juga
untuk menuju depan Pondok Pesantren nya.

"Woi semuanya, ini Sendu ana temuin disana", sapa Bumi kepada kakak kelasnya dari kejauhan.

Sendu melihat semua kakak kelasnya mengelus dada, terlihat sangat lega dirinya teleh di temukan.

"Janji ya? jangan kabur lagi.
Itu lihat mereka effort nyari kamu belum lagi usdtzah dan ustadz", bisik Bumi kepada Sendu yang tengah menunduk.

Perjalanan Sendu dan Bumi terus berlanjut, sementara kakak kelas osis nya berhenti di bawah pohon untuk menunggu Sendu dan Bumi sampai di hadapan nya.

Semua kakak osis perempuan Sendu memeluk dirinya, "Ya Allah untuk aja kamu di temuin."

Bumi berdeham, "Makasih ke ana mana? orang pertama nih yang nemuin dia."

Para perempuan itu melepas pelukannya, lalu bersorak kompak kepada Bumi.
"Iya, makasih ya pahlawan."

"Sungkem dulu, ayo sama suhu", jawabnya sembari memainkan dagu dan kedua alisnya.
Tak lupa berkedip-kedip matanya ke arah Sendu.

Kakak osis pria di hadapannya Sendu yang berlima hanya menggeleng-gelengkan kepala, melihat tingkah Bumi.
Mereka kompak menghitung bersama untuk meraup wajah pria itu dalam hitungan detik.

1....
2....
3.....

"Yaelah, bilang aja modus ente nolongin dia."

Bumi membulatkan mata, "astaghfirullah gak ya, ana emang niat nolong."

"Ya kan, aksara?", tanya Bumi dengan menyodorkan telapak tangannya.

Sendu meangguk semangat. "Iya kak benar kok, makasih yaa kalian semua, maafin ngerepotin."

"Gapapa", jawabnya kompak.

Mereka semua terdiam, sembari istirahat.
Setelah canda tawa menghiasi Sendu.

"Gara-gara angkatan dia nih cewek-cewek nya berulah terus ke anak baru, sampai dia kabur", celetus Bumi.

"Yaelah, dia mah bocah ingusan berani keroyokan ya meskipun gak semuanya.", jawab Mima salah satu osis perempuan yang dekat dengan juga Lula.

"Bener tuh weh, dia berani keroyokan."


Kabut Dan LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang