Langkah Terakhir

1 0 0
                                    

Malam telah larut ketika Arini akhirnya menemukan apa yang dia cari. Matanya lelah, tetapi fokusnya tajam saat dia melihat layar laptopnya. Di sana, tersembunyi di balik lapisan-lapisan enkripsi dan kode, dia menemukan petunjuk yang telah lama dia curigai—nama seseorang yang tampaknya terhubung dengan semua kebocoran data dan informasi palsu yang mereka terima.

"Damar, Bayu, kalian harus melihat ini," panggil Arini, suaranya dipenuhi dengan campuran kelegaan dan kegelisahan.

Damar dan Bayu segera berkumpul di sekelilingnya, memperhatikan layar yang penuh dengan kode dan nama yang tidak dikenal. Di tengah-tengah semua itu, satu nama mencolok di antara yang lainnya: Aldo.

"Siapa Aldo ini?" tanya Bayu dengan dahi berkerut.

"Dia salah satu rekan Adrian," jawab Arini. "Aku pernah mendengar namanya disebutkan beberapa kali, tapi aku tidak pernah berpikir bahwa dia bisa terlibat sejauh ini."

Damar mengangguk perlahan. "Kalau begitu, ini adalah bukti yang kita butuhkan. Aldo mungkin menjadi kunci untuk membuka semua ini. Tapi kita harus berhati-hati. Jika dia tahu bahwa kita sudah mengendus jejaknya, dia bisa mengambil tindakan sebelum kita sempat bergerak."

Mereka bertiga merenungkan langkah selanjutnya. Waktu semakin mendesak, dan mereka tidak punya banyak pilihan. Mereka harus membuat keputusan yang tepat, dan melakukannya dengan cepat.

"Kita perlu mengkonfrontasi Adrian," kata Damar akhirnya. "Tapi kita harus melakukannya tanpa membuatnya merasa terpojok. Jika dia merasa terancam, dia mungkin tidak akan memberi kita informasi yang kita butuhkan."

Bayu setuju. "Kita bisa memancingnya untuk berbicara tentang Aldo tanpa langsung menuduhnya. Jika dia tahu sesuatu, kita bisa memanfaatkannya untuk mengetahui lebih banyak."

Arini merasa ragu. "Tapi bagaimana jika Adrian juga terlibat? Bagaimana jika dia justru bersekongkol dengan Aldo?"

"Itu risiko yang harus kita ambil," jawab Damar tegas. "Tapi kita harus melakukannya dengan sangat hati-hati. Kita harus membuatnya percaya bahwa kita masih di pihaknya, setidaknya sampai kita mendapatkan apa yang kita butuhkan."

Dengan rencana di tangan, mereka memutuskan untuk bertemu dengan Adrian pada keesokan harinya. Mereka akan memilih tempat yang aman, jauh dari tempat persembunyian mereka, dan memastikan bahwa mereka bisa melarikan diri dengan cepat jika situasinya memburuk.

Pagi berikutnya, Arini, Damar, dan Bayu berangkat menuju lokasi yang telah mereka pilih. Jalan-jalan kota yang mereka lewati terasa sepi, meskipun aktivitas pagi sudah mulai tampak. Ketegangan di antara mereka meningkat seiring mendekatnya waktu pertemuan.

Adrian tiba tepat waktu, tampak tenang seperti biasanya. Namun, Arini bisa melihat ada sedikit kecemasan di matanya—sebuah tanda bahwa mungkin dia juga merasakan tekanan yang sama.

"Kalian memintaku datang ke sini, ada apa?" tanya Adrian dengan nada tenang, meskipun jelas dia sedikit curiga.

Damar membuka pembicaraan dengan hati-hati. "Adrian, kami menemukan sesuatu yang mencurigakan dalam data yang kami peroleh. Ada nama yang muncul berkali-kali, dan kami ingin tahu apakah kamu mengenalnya."

Arini mengeluarkan laptopnya dan menunjukkan data yang telah dia temukan kepada Adrian. "Namanya Aldo. Dia tampaknya terhubung dengan banyak aktivitas mencurigakan, dan kami yakin dia mungkin tahu lebih banyak tentang apa yang sebenarnya terjadi."

Adrian memandang layar dengan ekspresi tak terbaca, tetapi Arini melihat kilatan pengakuan di matanya. Dia mengenal nama itu, dan itu cukup untuk membuat Arini merasa bahwa mereka berada di jalur yang benar.

"Aldo," kata Adrian perlahan, suaranya terdengar berat. "Dia... salah satu orang yang paling kupercaya. Tapi kalau dia terlibat dalam sesuatu yang kotor, aku harus tahu. Apa yang kalian butuhkan dariku?"

Bayu melirik ke arah Damar, kemudian kembali fokus pada Adrian. "Kami butuh akses ke dia. Kamu bisa mengatur pertemuan? Kita perlu bicara langsung dengannya."

Adrian tampak ragu sejenak, lalu akhirnya mengangguk. "Aku bisa mengatur pertemuan, tapi itu berisiko. Jika Aldo benar-benar terlibat dalam hal ini, dia mungkin akan berusaha menghindari kita atau bahkan lebih buruk."

"Risiko itu sudah kita perhitungkan," kata Damar. "Kita hanya butuh kamu untuk mengatur pertemuan. Setelah itu, biar kami yang menanganinya."

Adrian tampak berpikir keras, lalu akhirnya setuju. "Aku akan menghubungi Aldo. Aku akan memastikan bahwa dia bertemu dengan kalian di tempat yang aman. Tapi kalian harus janji, jika sesuatu terjadi, kalian akan melarikan diri dan menyelamatkan diri kalian."

Arini mengangguk dengan tegas. "Kami akan hati-hati. Terima kasih, Adrian."

Setelah pertemuan singkat itu, mereka kembali ke rumah aman. Mereka tahu bahwa langkah berikutnya akan sangat berisiko, tetapi mereka tidak punya pilihan lain. Aldo adalah kunci untuk membuka semua rahasia yang telah mereka kejar selama ini, dan mereka harus bertemu dengannya.

Beberapa jam kemudian, Adrian mengirimkan pesan dengan lokasi pertemuan. Sebuah gudang tua di pinggiran kota, tempat yang cukup terpencil untuk memastikan privasi tetapi juga cukup terbuka untuk melarikan diri jika situasi berubah buruk.

Mereka tiba di gudang tepat waktu, dengan hati-hati memeriksa area sekitarnya sebelum masuk. Di dalam, ruangan itu gelap dan penuh dengan bayangan. Di tengah-tengah ruangan, seorang pria berdiri, dengan wajah sebagian tersembunyi dalam bayangan.

"Aldo?" panggil Damar, suaranya menggema di antara dinding-dinding gudang.

Pria itu melangkah keluar dari bayangan, menunjukkan wajahnya yang keras dan dingin. "Jadi, kalian adalah orang-orang yang Adrian kirim untuk bertemu denganku. Apa yang kalian inginkan?"

Arini merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Ini adalah momen yang telah mereka tunggu-tunggu, tetapi juga yang paling berbahaya. Mereka harus sangat berhati-hati dalam langkah selanjutnya.

"Kami ingin tahu apa yang kamu sembunyikan," jawab Arini, suaranya tegas. "Kami tahu kamu terlibat dalam sesuatu yang besar, sesuatu yang berbahaya. Dan kami ingin tahu kebenarannya."

Aldo tertawa kecil, tetapi tidak ada humor dalam suaranya. "Kalian benar-benar berani, ya? Menghadapi sesuatu yang tidak kalian pahami. Tapi baiklah, aku akan memberitahu kalian sesuatu... kebenaran seringkali lebih menakutkan daripada yang kalian bayangkan."

Dia melangkah lebih dekat, membuat Arini, Damar, dan Bayu semakin waspada. "Tapi apakah kalian siap untuk mendengarnya? Karena sekali kalian tahu, tidak ada jalan kembali."

4o

Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang