( 2 weeks later)
Seminggu sudah Ditra dan kawan-kawan melaksanakan Ujian Akhir Semester 1. Dan saat ini adalah pembagian rapor semester 1, dan sekaligus ada event pensi. Saat ini sedang diadakan bazar disamping adanya pensi. Dan hari ini Ditra lagi-lagi harus datang lebih awal untuk beres-beres dan mempersiapkan segala peralatan untuk bazar. Tidak hanya dia saja tetapi dengan kawan satu kelasnya juga.
Sekitar 1.5 jam, bazar sudah berlangsung. Dan ketika Ditra sedang berleha-leha ditengah-tengah kegiatan bazarnya, ia tersentak kaget saat melihat mamanya sudah datang dan siap untuk menyantap rapornya. Sebenarnya waktu pengambilan rapornya pukul 9, dan saat ini mamanya sudah datang. Padahal masih 30 menit lagi. Mamanya benar-benar sangat bergejolak semangatnya untuk mengambil rapor. Kemudian Ditra melihat mamanya masuk ke dalam ruang kelasnya. Dan demi Tuhan, benar-benar hari ini jantungnya tidak dapat tenang. Ia sangat ketakutan layaknya seperti orang yang ingin dieksekusi mati. Badannya gemetar, tangannya dingin, dan sangat gelisah. Ditambah kenyataan bahwa hari ini juga akan diumumkan juara olimpiade fisika yang dia ikuti 2 minggu lalu. Dan syukurnya waktu pengambilan rapor dan pengumuman kejuaran olimpiade, tidaklah sama, berbeda sekitar 1 jam. Karena didahulukan dengan beberapa acara. Jadi gadis itu memiliki jeda untuk gemetar.
Ditra tidak henti-hentinya melihat ke arah jam tangannya. Dia benar-benar memperhitungkan berapa waktu lagi yang dia punya sebelum pukul 9. Dan ketika jarum jam panjang hanya menyisakan 1 langkah menuju pukul 9, sesaat dia menarik nafas dalam dalam. Yang terlintas dalama pikirannya saat itu adalah mamahnya sebentar lagi akan melihat hasil rapornya. Jantungnya yang sedari tadi tenang mulai ricuh.
Beberapa menit kemudian...
Ia melihat mamanya keluar dari ruang kelasnya, lalu ia mendekati mamahnya.
Deg.... rasanya jantungnya seperti ingin lepas dari tempatnya.
Tiba-tiba.... "Ditra, selamat. Mama bangga padamu. Selamat peringkatmu baik! Mamah sangat senang!"
Dengan tampang layaknya orang kehabisan oksigen, Ditra tersentak dan ketika ia ingin membuka mulut, Mamanya memberi pelukan kilat dan rakus. Ia benar-benar sangat senang dan..... bahagia bisa membuat mamanya menebarkan senyum bahagia. Dan sangat terlihat jelas garis senang yang memuncak pada wajah wanita paruh baya itu. Seketika detak jantungnya yang ricuh, berubah damai. Ya, jauh lebih damai.
"Oh iya, Ditra. Apa kamu mau langsung pulang atau masih di sini? Mama ingin pulang."
"Aku masih menunggu pengumuman lomba, mah. Jadi, mama pulang duluan aja. Aku juga masih ada bazar."
"Baiklah. Mama pulang dulu."
"Ya, Ma. Hati-hati."
Setelah itu mamanya pulang, dan Ditra melanjutkan kegiatan bazarnya.
Ditra kembali melirik jam tangannya. "Hmm,, masih 45 menit lagi." Ia mendengus dan menghembuskan nafasnya keras selama beberapa saat. Menurutnya pukul 10 hanyalah sebuah pengiraan. Tidak tahu pasti pukul 10 lebih atau kurang. Dan kemudian dia kembali melakukan transaksi bazar.
Setelah menit-menit berlalu, mulai terdengar seperti pengumuman-pengumuman. Kemudian dia keluar dari stan bazar menuju panggung dengan langkah seribu, dan saat itu tubuhnya mulai tak tenang lagi. Di sekelilingnya sudah banyak siswa-siswi yang menunggu-nunggu pengumuman.
Ketika pembacaan pemenang dimulai, Ditra mulai gemetar. Dan alhasil, yang dibacakan adalah pemenang olimpiade matematika. Dia pun mencoba merenggangkan kekacauan dalam dirinya yang sedari tadi sudah terjadi.
10 menit kemudian...
Pembacaan kedua. Matanya mulai tidak berkedip beberapa saat, dan detak jantungnya hanya memperparah kondisi ketegangannya. Bahkan telapak tangannya sampai terasa dingin. Dan ternyata... benar. Pembacaan pemenang olimpiade fisika sedang dimulai! Ya, sedang dimulai!
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAIN
Non-FictionPernah terfikir betapa tertantangnya cinta yang hadir di tengah-tengah persaingan sekolah? Awalnya sama sekali tidak saling kenal, tidak saling tahu. Untuk sekedar mengenal wajah satu sama lain saja benar-benar hal asing. Berawal dari pertemuan dise...