The Ceremony

50 6 0
                                    

Waktu terus berlalu. Sudah setengah semester ini Ditra berada di kelas yang—persaingannya ketat. Dan mengenai Ghavin, Ditra sudah lama tak berkomunikasi dengannya. Tugas-tugas sekolahnya sangat menggunung. Disebabkan kurikulum yang dipakainya saat ini adalah KURTILAS. Kurikulum yang ada enak dan ada gaknya. Sering memakai tekhnologi canggih dan siswa-siswi lebih dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat dan kreasinya, dan yang mengasyikkan yaitu sebagian besar kegiatannya adalah kelompok. Tapi Guru tidak banyak bicara, hanya cukup mengarahkan dan menjawab jika ditanya murid. Bahkan sebagian besar guru berkata 'Untuk kurikulum ini, guru bukanlah menjadi sumber belajar. Kalian harus lebih aktif lagi untuk mencari bahan-bahan materi disetiap bab. Dan guru tidak akan menerangkan panjang-panjang atau bahkan bisa jadi tidak menjelaskan tentang materinya'.

Mendengar kalimat itu, semua murid merasa beban yang benar-benar berat. Kalau sudah seperti itu, lantas bagaimana bisa Ditra berlama-lama chattingan dengan Ghavin? Lain halnya hubungan pertemanan Ditra dengan Helen. Ternyata, hubungan pertemanan mereka semakin dekat. Sekarang Helen tak duduk seorang diri lagi. Dia duduk semeja dengan si Nabilah. Sementara Ester, dia menemukan teman baru yaitu si cantik, imut, sableng, jenong, dan seorang kristiani sepertinya dan Helen, yaitu Refael Stefanie (sebut saja namanya Afel). Dia berawakan kurus, kecil, tinggi, dan berkulit putih. Dia hasil blasteran. Ayahnya keturunan Cina sedangkan ibunya Jawa.

Okay, balik ke topik mengenai hubungan pertemanan Ditra dan Helen. Saat ada tugas kelompok, mereka sering satu kelompok. Meski Helen orangnya suka santai-santai dan Ditra sering banyak cerewet ngomong ini itu ini itu. Mereka tetap saja suka satu kelompok. Meskipun nggak selalu, sih. Berbeda dengan Afi. Ditra dan Afi selalu bareng, S-E-L-A-L-U. Waktu itu pernah 1 kali gak bareng. Tapi hanya sekali. Mereka sudah seperti kakak dan adik Dan perawakan mereka hampir sama, sama-sama gemuk. Hanya saja tinggi yang membedakan. Afi lebih tinggi dan lebih terlihat dewasa daripada Ditra. Hingga suatu hari seusai UTS, kelas 8.2 dihebohkan dengan tugas kelompok dari guru IPA-nya, Pak Bachtiar (sering dipanggil babah oleh Ditra), yaitu mewawancarai narasumber mengenai narkoba. Dan narasumbernya bisa seorang anggota BNN, BNK Kota Bekasi, atau seorang polisi yang mengurus tentang permasalahaan narkoba. Well, tugas kelompok ini adalah tugas yang paling rumit, extreme, sekaligus pasti akan mengesankan. Lagi-lagi Ditra dan Helen satu kelompok. Dan Afi? Sudah bisa ditebak pasti mereka satu kelompok-_-.

@@@

Pertengahan November 2014 sudah menghampiri. Di sekolah Ditra, saat ini sedang menuju sebuah PEMILU untuk Ketua OSIS. OSIS lama pun mengakhiri jabatannya. Termasuk Ditra. Ditra tidak masuk lagi menjadi anggota OSIS. Istilahnya—menjadi OSIS pensiunan.

Berhari-hari usai sudah pelaksanaan seleksi sebagai bakal calon ketua OSIS. Lambat laun, hasil seleksi membuat beberapa bakal calon gugur. Hingga akhirnya seleksi menyisihkan 5 orang yang tersisa sebagai calon ketua OSIS, bukan lagi sebagai bakal calon. Dari ke 5 calon tersebut, salah satunya adalah Ghavin. Sudah bukan rahasia umum bahwa Ditra akan memilih Ghavin. Meski Ditra sadar bahwa Ghavin bukanlah teman satu kelasnya, dan sebuah kenyataan yang absolut bahwa kelas Ditra dan Ghavin merupakan kelas unggulan dan saling bersaing prestasi. Tapi mau tidak mau, Ditra harus memilih Ghavin. Bukan karena hubungan baik mereka, melainkan kebijaksanaan dan kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang Ghavin. Ditra akui, dari ke 5 calon, memang hanya Ghavin yang memiliki banyak kelebihan. Dan gadis itu tak lagi menghiraukan bahwa Ghavin bukanlah teman satu kelasnya.

@@@

3 days later....

30 menit sebelum masuk sekolah, seluruh siswa-siswi diperintahkan untuk berkumpul di tengah lapangan. Tepat pada hari ini pelaksanaan PEMILU Ketua OSIS akan dilaksanakan. Sebelum pelasanaan pemungutan suara dimulai, para calon Ketua OSIS menyampaikan visi dan misinya. Ternyata Ghavin mendapat giliran pertama untuk menyampaikan visi dan misnya di depan ratusan siswa-siswi. Ketika itulah Ditra sangat antusias daripada siswi-siswi yang lain. Berkali-kali gadis itu berteriak menyebut nama Ghavin dan memberi applause terkeras dan terbanyak. Hampir setengah dari siswa-siswi di lapangan itu menatap Ditra dengan heran. Dan mulailah saat itu beberapa temannya menyadari bahawa Ditra sedang mengagumi sosok Ghavin. Teman-teman disekitar Ditra hanya terkekeh melihat kelakuan kekanak-kanakannya itu. Dan setelah kelima calon Ketua OSIS menyampaikan visi dan misinya, seluruh siswa-siswi diperintahkan masuk ke kelas masing-masing untuk memulai kegiatan belajar mengajar hari ini. Dan tiap-tiap kelas mereka secara bergilir akan dipanggil kembali ke lapangan untuk memilih calon yang akan menjadi Ketua OSIS tahun 2014/2015.

TRAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang