Hari ini jadwal kelas 8.2 kebagian mata pelajaran bahasa sunda. Pelajaran ini termasuk pelajaran yang sedikit disenangi siswa sekaligus tidak banyak dibenci siswa. (Yak, mungkin ini berbelit, tapi memang seperti ini adanya) Berhubung di kelas 8.2 ini banyak anak yang keturunan darah sunda, hal ini tidak menutup kemungkinan terjadinya kesulitan dalam mata pelajaran ini. Karena kenapa? Beberapa diantara anak berdarah sunda di kelas ini sama sekali tidak ada hebat-hebatnya dalam berbahasa daerah ini, sedangkan anak berdarah Jawa, Betawi, atau bahkan Batak bisa lebih pandai dalam bahasa daerah ini. Namun perlu dicatat, meski bisa pandai dalam bahasa ini, pandainya pun hanya secara tulis, tidak lebih seperti lisan. Pernah saat semester satu kemarin ada ujian praktek Sunda yaitu bernyanyi pupuh, lalu drama musikal sunda yang benar-benar mampu membuat anak 8.2 hampir mampus. Dan ternyata kini malapetaka terjadi lagi dari bahasa Sunda, mereka diberi tugas untuk wawancara.
Sebelum Bu Elin, guru bahasa Sunda sekaligus guru BK datang, beberapa anak 8.2 sedang berumpi-rumpi. Pasalnya diantara mereka sudah ada yang mengetahui keberadaan tugas itu dari anak kelas lain yang dengan pesat sampai ke telinga-telinga anak 8.2.
Tiba-tiba saja Ditra melangkah maju ke depan papan tulis, lalu ia menatap seluruh temannya dengan penuh wibawa, padahal gadis yang satu ini tidak ada bedanya dengan anak umur 14 tahun yang belum ada dewasa-dewasanya, tapi entahlah gadis yang satu ini memang terkadang bisa berwibawa sewaktu waktu dan kekanak-kanakan dibanyak waktu.
"Sudahlah teman-teman, kalau benar nanti tugas kita kayak gitu, terima aja, jangan ngeluh apa lagi nawar ke Bu Elin. Kalian pasti pahamkan sifat Bu Elin, dia itu suka banding-bandingin kelas kita sama 8.6. Kayak yang ini... ekhem (Ditra mulai mengingat dengan jelas sindiran Bu Elin ke kelasnya) kelas kita berisiklah, kelas 8.6 adem ayem, kelas kita leletlah, kelas 8.6 rajin, kelas kita bawel-lah, kelas 8.6 nurut, kelas kita ini itu 8.6 gini gitu. Kalo kita bawel lagi sama tugas dia, siap aja di jelek-jelekin lagi kita." Ditra cukup mampu membuat teman-teman satu kelasnya berfikir. Ia pun segera duduk kembali ke tempatnya. Memang singkat, tapi mampu mengalihkan semuanya.
"Tapi.... Tapi Ditraaa... Aduhhh.. gimana nih?" Afi nampak kembali gelisah.
"Iya nih.... aku juga gimana nih?? Akukan orang batak, gimana bisa wawancara begitu." Helen pun nampak gusar untuk kesepersekian kalinya. Sepertinya perkataannya tidak mampu menenangkan batin dua temannya itu
Ditra hanya menatap dua sohibnya itu dengan wajah datar. Gadis itu sudah mendengar keluh kesah seperti itu berkali-kali. Hampir saja ia ingin berteriak di depan dua temannya itu, tapi Bu Elin ternyata lebih dulu tiba di depan pintu kelas.
Setelah berdo'a Bu elin angkat bicara.
"Anak-anak, pada bab ini ibu akan memberi kalian tugas kelompok. Kalian harus melakukan wawancara dengan tema budaya Sunda. Narasumber bisa guru SMP 26, orangtua kalian, saudara kalian, pak RT kalian, atau yang lain. Asalkan jangan teman kalian sendiri. Wawancara dikumpulkan dalam bentuk rekaman disertai laporan. Di bagian belakang laporan lampirkan foto kelompok kalian dengan narasumber. Kriteria yang dinilai adalah kesesuaian wawancara dengan tema, cara pelafalan, kelengkapan isi laporan, serta kerapian laporan. "
Mendengar pernyataan itu, terdengar gumam-gumam dari anak 8.2, yang bisa diprediksikan model gumamnya anak yang tak beruntung, seperti: "Tuhkan benar", "Haduhhh gue yang gak bisa logat sunda gimana?","Ah tugas nambah lagi", "Arrghhhhh". Sedangkan model gumamnya anak yang beruntung, seperti: "Wahhh,,, asyik...", "Alhamdulillah untung gue bisa", "Gini nih tugas yang gue tunggu. Udah lama tugasnya tertulis mulu."
Perlu diketahui kalau perkataan "Gini nih tugas yang gue tunggu, udah lama tugasnya tertulis mulu." Itu adalah dua kalimat yang mampu di keluarkan Ditra ketika teman semejanya sedang bercucuran keringat dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAIN
Non-FictionPernah terfikir betapa tertantangnya cinta yang hadir di tengah-tengah persaingan sekolah? Awalnya sama sekali tidak saling kenal, tidak saling tahu. Untuk sekedar mengenal wajah satu sama lain saja benar-benar hal asing. Berawal dari pertemuan dise...