Olimpiade #2

62 6 0
                                    

One week later...

Saat ini adalah 2 hari terakhir pelaksanaan Ujian Akhir Semester 1. Sebuah kejadian 1 tahun lalu seperti terulang kembali. 20 menit sebelum bel masuk, Shazqia, yang merupakan ibu ketua kelas 8.2 sedang memberikan info bahwa akan ada classmeeting seusai UAS ini. Dan Shazqia sedang mencari para pesertanya. Mulai dari 4 lomba akademik dan 2 lomba olahraga. 4 lomba akademik itu sama seperti tahun lalu. Dan yang berbeda adalah, masing-masing bidang study diwakilkan oleh 2 orang. Untuk kali ini, Ditra tidak terlalu labil seperti tahun lalu dalam memilih lomba mana yang ingin dia ikuti. Dia sudah berpegang teguh pada kepetusunnya. Tahun lalu ia memilih fisika. Dan tahun ini, ia kembali memilih fisika. Dia benar-benar cinta pada fisika. Apapun yang terjadi, bagaimanapun kesukaran yang dihadapi, dan siapapun saingannya, dia tetap mencintai fisika. Sebuah keteguhan yang kokoh.

Shazqia menghampiri Ditra.

"Kamu mau ikut?"

"Ya."

"Mau lomba apa?"

"Only physics."

"Whew. Mmm'kay. Write your name. Tanda tangan disini, nih." Shazqia menyerahkan formulir. Dan Ditra mendapatkan beberapa lembaran formulir bidang akademik yang lain.

"Helen fisika? Bukannya dia mau matematika?"

"Ia tadinya dia mau seperti itu. Liat aja formulir Helen di bagian bidang study banyak squiggle. Nah, disaat dia nulis matematika, barulah tersadar kalau pesertanya sudah ada 2, diambil alih sama Alya dan Risma. Jadi dia kepaksa ikut fisika deh. Tadinya dia sepet nggak mau. Tapi akhirnya mau juga."

"Ohh, gitu."

"He-eh."

"Eh, nih udah tanda tangannya." Ditra menyerahkan kembali formulir itu.

Olimpiade lagi? Apa Ghavin ikut olimpiade tahun ini? Dan kali ini Helen juga ikut fisika. Kalau mereka berdua ikut? Wah, semakin menegangkan. Ditra mendengus.

@@@

Akhirnya waktu olimpiade tiba. Pelaksanaannya lumayan cepat, 2 hari seusai UAS, langsung dilaksanakan. Pagi ini, Ditra datang lebih awal dengan memakai seragam putih biru sembari mendekap sebuah buku bewarna ungu yang tak lain adalah buku fisika. Dia dengan peserta lainnya sedang menunggu aba-aba memasuki ruangan. Waktu singkat itu Ditra manfaatkan untuk membaca ulang beberapa materi fisika. Dan sesaat dia berkata dalam hatinya. Wah, program kerja OSIS kali ini lumayan cekatan. Mungkin karena Ghavin pemimpinnya. Belum lama menjadi ketua, dia sudah menyelenggarakan classmeeting, tanpa berleha-leha. Cekatan sekali, batin Ditra.

Ketika Ditra mulai jenuh menunggu. Ia memilih berjalan tak tentu arah dengan menyelusuri kerumunan orang di tengah lapangan. Dia sempat melihat Helen dan berniat memanggilnya, tapi melihat teman bataknya itu sedang clingak-clinguk, dia mengurungkan niatnya dan memilih untuk beristirahat sejenak di depan salah satu kelas. Tiba-tiba seseorang dari belakang menepuk bahunya hingga gadis itu terhuyung ke depan. Sesaat dia menoleh ke belakang dan mendapati sosok yang familiar, yang selalu ia temui setiap hari.

"Heuh, akhirnya nemuin kamu juga, Ra. Dari tadi aku nyariin, temanku mana ini, mana temanku si Ditra unyil? Aku nggak punya teman di fisika. Aku tanya-tanya, liat Ditra nggak? liat nggak? Pada nggak liat. Syukurlah sekarang kita ketemu, Ditra." terlihat ekspresi lega dari wajah khas batak milik Helen itu.

"Hehe, sorry, aku nggak tahu kalo kamu nyari aku. Kiraku kamu clingak-clinguk mau nyari anak paskib. Ahaha."

"Ih, dasar Diter! Eh iya, kamu belajar apa?"

"Fisika kelas 8 aja. Eh, sama kelas 7 sekilas doang sih. Kamu?"

"Aku sampai pinjam buku SMA fisika kakakku tau, Ra! Dan ini lumayan lengkap dari kelas 7, 8, dan 9. Milik kakakku."

TRAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang