You and You AGAIN!

59 3 0
                                    

(One mon later)

Siang ini, kelas Ditra dihadiri oleh seorang guru matematika, Pak Endro namanya. Anak-anak 8.2 sama sekali tidak mengetahui maksud dari kehadiran guru itu.

Telah 10 menit guru itu menjelaskan kehadirannya. Kemudian dia menyebutkan beberapa nama murid 8.2 yang diperintahkan olehnya agar datang esok hari pukul 10.00 di perpustakaan untuk membahas suatu kegiatan kegiatan. Diantara nama murid itu, Ditra dan Helen disebutkan di dalamnya.

Hmm, kegiatan apa itu? Peringkat 5 besar semuanya disebutkan untuk datang, batin Ditra.

Sesaat kemudian, guru itu keluar.

Ditra melihat menerawang langit-langit kelasnya, dan tiba-tiba saja—

Ghavin... Dia memanggil nama itu dengan suara sangat pelan, yang diperkirakan hanya berukuran 1 oktaf. Dan dapat dipastikan Afi yang duduk di sampingnya benar-benar tidak mendengarnya. Gadis itu tertunduk dan dilanjutkan dengan pemikirannya.

Apa Ghavin juga disuruh datang esok hari? Pasti ini adalah panggilan untuk anak-anak yang berprestasi di tiap kelas. Jika memang seperti itu, sebuah kenyataan yang sangat mutlak bahwa Ghavin juga disuruh. Aku akan bersaing dengan Helen teman baikku, teman-teman yang lain, dan ditambah juga Ghavin laki-laki yang—

Ditra menarik nafasnya sebelum dua kata ini terucap.

Aku sukai.

@@@

Keeseokan harinya....

Seperti yang diperintahkan gurunya kemarin, sekitar pukul 10 kurang 10 menit Ditra telah tiba di sekolah. Gadis itu meletakan sepedanya seperti biasa di parkiran. Lalu ia melangkah menuju lorong utama sekolahnya. Sebelum ia melewati lorong itu, langkah kakinya terhenti sesaat ketika memandang sebuah kelas, yang tak lain merupakan kelas 8.6 yang di dalamnya ada seorang Ghavin. Gadis itu pun menarik nafas lalu menghembuskannya untuk menenangkan pikiran dan perasaan yang mulai gelisah. Sampai saat ini dia terus berfikir apa yang akan terjadi ketika sudah berada di perpustakaan? Akankah Ghavin dan beberapa teman sekelasnya juga diperintahkan sama seperti dirinya dan teman-temannya?

Setelah sesaat menenangkan pikirannya itu, langkahnya kembali terhenti setelah seseoranng dari kelas itu memanggil namanya.

"Hey, Ditra!!! Kau sudah datang?"

Ditra pun menoleh ke arah sumber suara itu, dan mendapati seorang Nurul yang merupakan teman satu kelasnya di kelas 7.

"Eh, Nurul! Kelas 8.6 lagi gak ada guru, nih?"

"Iya. Bye the way, kamu datangnya cepat banget, Ra. Mau ngapain."

"Aku disuruh datang lebih awal."

Ditra sedikit lega karena Nurul sepertinya tidak tahu menahu tentang kegiatan ini. Berarti Nurul dan teman sekelasnya tidak diperintahkan oleh Pak Endro.

"Oh iya, mau KIR, ya?"

Spontan Ditra tertegun mendengar kalimat itu, yang menurutnya entah sebuah kalimat tanya karena ketidaktahuan, atau kalimat tanya untuk memastikan.

"Hmm.. Nggak tau, disuruh Pak Endro. Katanya sih, mau ngebahas sebuah kegiatan." Ditra mengangkat bahunya.

"Oh itu, aku juga gak tahu persis, tapi kayaknya sih begitu. Soalnya kemarin—" Nurul terhenti, ia sedikit memasang tampang menerawang mengingat sesuatu.

Jangan bilang itu, jangan bilang kemarin Pak Endro ke kelasmu! batin Ditra.

"Pak Endro—"

Jangan! Jangan katakan itu!

"Pak Endro datang ke kelasku dan hanya bilang ada kegiatan semacam KIR, gitu."

TRAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang