Second

39 5 0
                                    

(5 days later)

Setelah 4 hari melaksanakan class meeting. Kini sekolah Ditra sedang melaksanakan pembagian rapor akhir semester 1 kelas 8. Dan juga pelaksanaan pensi. Sama seperti tahun lalu. Dalam pensi ini ada pengumuman kejuaran olimpiade. Ditra kembali teringat dengan kejadian satu tahun lalu, ketika MC menyebutkan namanya sebagai juara 2 fisika. Dan kini dia akan menghadapi kembali rasa gemetar seperti tahun lalu. Tahun lalu aku menjadi juara 2. Dan kini? Apa aku akan menjadi juara 1? Atau tidak dapat? Menyedihkan jika tidak dapat. Ditra terus bermain-main dengan pikirannya.

Seusai papanya mengambil rapor. Ditra masih menunggu hingga pensi itu jatuh pada babak pengumumkan kejuaran. Hingga akhirnya beberapa saat kemudian, moment yang ditunggu-tunggu gadis itu akhirnya tiba. Lagi-lagi detak jantungnya mulai ricuh, keringat dingin mulai bercucuran di tubuhnya, hingga suhu panas ditangannya berubah menjadi dingin. MC pun mulai menyebutkan nama-nama pemenang mulai dari olimpiade matematika, disusul biologi, dan saatnya kini fisika.

Ditra bersusah payah untuk menormalkan detak jantungnya. Dan sempat dia melirik ke arah Helen, dia melihat Helen yang juga sangat terlihat gelisah menunggu pengumuman itu. MC menyebutkan terlebih dahulu juara ketiga. Bukan nama Ditra yang disebutkan. Itu berarti kemungkinan Ditra ada di posisi 2 atau 1. Kejadian ini benar-benar sama persis dengan kejadian tahun lalu. Kemudian ketika juara kedua hendak disebutkan. Tubuh Ditra gematar tak karuan seakan sedang berada di kutub utara. Lalu MC pun menyebutkan namanya.

"Juara 2 diraih olehhhhhh........................."

Dan kemudian—

"Irene Ditra Nevisyarrrrrrrr.................."

Dari teman-teman yang ada di sekitar panggung itu, terdengar suara sorak-sorak bahagia dengan berteriak menyebut nama Ditra.

"Weh... Ditra................."

"Menang lagi, Ra."

"Asyik dah....."

Saat itu Ditra sempat mendapat cubitan dari teman-teman yang berada di dekatnya, hingga pipinya memerah seketika. Gadis itu sedikit meringis. Lalu ia terus berjalan menuju ke atas panggung. Dan sesampainya ia di anak tangga menuju ke atas panggung, Ditra sempat melihat Ghavin yang berdiri tak jauh dari situ. Tapi saat itu Ghavin hanya menatapnya tanpa ekspresi, baik senyum, atau tatapan ramah. Melainkan hanya tatapan dingin seperti biasa dan dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Selalu seperti itu, sebagai ciri khas seorang Ghavin. Lalu Ditra mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Ghavin... Ah nggak penting. Ntar aja masalah dia. Dan sekarang saatnya menunggu kehadiran sang juara 1. Batinnya.

Sesaat MC pun kembali mengumumkan.

Dan—

"Juara 1 adalahhhhh....................."

"Helen Olivia Munthe.............."

Ditra melihat ke arah Helen yang sedari tadi berada di depan panggung. Dan Betapa tercengangnya Helen ketika namanya disebut oleh MC. Lalu Helen naik ke panggung. Salah satu anggota OSIS pun menyerahkan hadiah dan piagam. Lalu berfoto sejenak secara bergilir, dari juara 3, 2, dan 1.

Ketika Ditra hendak turun dari panggung, dan sudah berada tepat di dekat tangga. Dia tiba-tiba berhenti sejenak melihat piagam yang untuk kedua kalinya ia dapatkan dan yang menakjubkan dalam bidang yang sama. Padahal soal tahun ini bisa dikategorikan lebih sulit dari tahun lalu. Ia merasa bahagia bukan main. Meski dia sebenarnya ingin juara 1. Tapi 2 sudah cukup membuatnya menggila. Dan terciptalah senyuman kecil di bibirnya itu. Dan kemudian dia kembali melanjutkan langkahnya untuk turun dari anak tangga itu.

@@@

Sesampainya di rumah, Ditra duduk menyendiri di dalam kamarnya. Ada sesuatu yang mengganggu kerja otaknya.

Ghavin... Tiba-tiba nama itu muncul begitu saja, dan sepertinya dia memang merasa ingin chattingan dengan laki-laki itu setelah cukup lama mereka sudah tidak berkomunikasi, sekitar 3 sampai 4 bulan terakhir ini. Namun setelah Ditra mengingat pertemuan mereka secara kebetulan di sekolah, ia terus terngiang pada ekspresi dingin Ghavin. Ekspresi datar tanpa senyum dan tanpa ada sapaan, baik sapaan dari dirinya sendiri ataupun Ghavin. Ditra merasa bahwa Ghavin sepertinya sudah tidak ingin lagi berhubungan dengannya. Meski hanya sekedar teman. Karena sekitar beberapa hari yang lalu, Ditra mengirimkan pesan pada Ghavin, tapi hanya diread olehnya.

Mungkin karena Ghavin semakin sibuk karena jabatannya sebagai ketua OSIS, batinnya.

Sesaat Ditra bangkit dari duduknya. Dan dia menuju kalender yang terpampang di dekat lemarinya, setelah sesuatu merasuki pikirannya.

"Sekarang tanggal 20 Desember, sebentar lagi 5 Januari. Dan masuk sekolah semester 2 tepat tanggal 5 Januari. Aku dan Ghavin, tanggal itu memberi arti untuk kita. Dan ulang tahun ke 14 ini, menjadi ulang tahun yang berbeda bagiku. Seolah aku akan berulang tahun tidak seorang diri, tapi ditemani dengan sesorang yang umurnya tidak ada selisihnya denganku. Umurku dengannya akan sama-sama berkurang dihari yang sama, ditanggal yang sama, dibulan yang sama." Ujarnya.

Ditra kembali duduk di kamarnya. Tiba-tiba muncul mimik gemilang dari mukanya. Ada sesuatu yang baru saja terlintas dalam pikirannya dan membuatnya bahagia.

"Oh iya, apa aku belikan sesuatu ya untuk Ghavin? Hmm, boleh ajalah. Kalo tahun-tahun sebelumnya aku menerima hadiah. Tapi kurasa, aku ingin ulang tahun yang berbeda untuk tahun ini. Aku ingin memberikan hadiah pada orang, bukan mendapat hadiah dari orang. Hmm, tapi.... dia laki-laki. Bukan hal yang mudah memilih barang untuknya. "

"Jam dinding? Pasti dia udah punyalah."

"Bingkai foto? Buat apa? Bahkan dia nggak suka foto. Pasti foto dia di rumahnya sedikit. Paling-paling hanya foto wisuda TK sama foto bayinya. "

"Makanan? Itu nggak bisa buat kenang-kenangan, sekali pake langsung habis."

"Boneka? Nggak mungkin, dia pasti nggak suka, diakan cowo."

"Baju? Ukurannya nggak tau. Kalo nanya, ya pasti ketahuan kalo mau beliin dia baju. "

"Haih... menyusahkan... eh, tapi kalo dia nggak suka kado dariku, dia bisa mengalihkan ke pihak lain. Hmm.."

"Mug? Ntar di situ ditulis nama dia. Tapi..... dimana pesannya dengan tulisan sesuai mau kita? Pasti harganya juga lumayan."

Tanpa sadar Ditra telah mondar-mandir sebanyak 6 kali di kamarnya. Dan sesaat dia berhenti ketika sudah menemukan ide.

2 minggu menjelang ulang tahunnya, dia sibuk memutar otak untuk hadiah yang akan di berikannya pada Ghavin. Pemikirannya terus berlanjut hingga waktu terus mendekat menjelang ulang tahunnya.


@@@



Gua sih orangnya nggak mau ribet buat lama lama mikir. Apa yang udah ada gua ketik dan gua tumpahkan abis-abisan, trus gua publikasiin. Lama? itu adalah kata yang paling gua benci. Jadi gua pengen cepet-cepet merampungkan ni cerita. Trus ngelanjutin bikin cerita yang lain. *jadi curhat-_-dasar penulis jones-_-* apaan coba?!gaje bet. Liburan jadi gini nih, kebanyakan makan astor.

TRAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang