(One mon later. Ini pas udah semester 2 kelas 7. Awal Januari 2014)
Di kelas 7.2
Saat waktu istirahat tiba, dengan keadaan kedua tangan menggenggam makanan, mulut penuh dengan makanan, dan tiba-tiba Ditra tersentak kaget. Benar benar kaget, sangat kaget! Ketika seorang siswa dengan postur tubuh tinggi, sekitar 10 cm lebih tinggi darinya, dengan tubuh yang ramping, disertai dengan rambutnya yang acak-acakan, dan dengan wajah yang berkesan dingin. Tidak ada senyum yang terlukis dibibirnya itu. Tetapi tetap saja mampu meluluhkan siapa saja yang ada di kelas itu, khususnya para kaum perempuan. Cukup diakui bahwa siswa itu benar-benar memesona.
D—dia? Ya, anak itu yang juara 1. Batin Ditra dengan terbata-bata dan dengan posisi mata yang membulat terfokus pada siswa itu.
Iya, benar anak itu. Baruku lihat dengan benar wajahnya saat ini. Benar-benar cukup memesona. Pujian itu hanya dalam hatinnya. Dan tanpa sadar, ia membentuk senyuman kecil tanpa mengeluarkan kata apa-apa setelahnya.
Ia mengunci tatapannya pada anak laki-laki itu, dan terus memperhatikannya. Mencari tahu akan menuju ke mana dia. Dan ketika anak laki-laki itu berjalan ke arah Fauzan, salah satu teman laki-laki Ditra. Saat itu juga Ditra tersentak kagum ketika anak laki-laki itu menyunggingkan senyum tipis di wajahnya yang sedari tadi berekspresi dingin saat berhadapan dengan Fauzan. Dan lagi-lagi ia sangat memesona.
Sesaat kemudian anak laki-laki itu dipanggil namanya oleh Fauzan "Ghavin Abraham? Ada apa? Jarang-jarang banget lu dateng ke kelas gue."
Apa? Siapa? Gavin.... Abraham? Mmm... Namanya Gavin Abraham. Mmm'kay. Gavin Abraham, Gavin Abraham, Gavin Abraham. Batin Ditra dengan senang. Dan dia mencoba mengulang-ngulang nama itu untuk memastikan bahwa dia takkan lupa dengan nama itu.
Dan lagi-lagi Ditra kembali terhipnotis ketika Ghavin berbicara bahasa Inggris dengan sangat lancar, tanpa cacat, dan tanpa terbelit-belit. Ditra berkeyakinan bahwa anak laki-laki yang sedang membuatnya terpana ini selain tampan, pintar, dan juga mahir berbahasa Inggris.
Aku yakin, laki-laki ini tidak biasa, tetapi sangat luar biasa. Dan aku akan mencoba mencari tahu lagi tentang dirinya untuk membuktikan pemikiranku bahwa dia benar-benar laki-laki yang berbeda dengan yang lain.
Entah kenapa Ditra benar-benar batty padanya. Hanya dalam hitungan menit saja dan hanya melihat laki-laki seperti itu, dia benar-benar ampuh dihipnotis.
Tiba-tiba Dina yang sedang menikmati makanannya, ditarik lengannya oleh Ditra untuk mendekat hingga tersentak oleh makanan yang ada di dalam mulutnya.
"Uhuk, uhuk. Hei, Ra! Kalau mau narik lengan orang lihat-lihat keadaannya, dong! Dan kalau aku jantungan atau makananku masuk ke hidung? Bagaimana? Hah? Lalu masuk UKS, oh bukan-bukan, tapi masuk UGD, bagaimana?hah?" "
"Sttt, lebay banget sih! Cuma gitu doang."
"Hmh? Percuma sajalah bicara dengan orang tak berperikemanusiaan sepertimu. Memangnya ada apa sih?"
Ditra tak menghiraukan ucapan Dina dan ia tidak menjawab pertanyaannya. Gadis itu terlihat begitu asyik dengan tatapannya pada laki-laki itu. Ya, masih pada laki-laki itu. Lalu Dina mengikuti arah tatapan Ditra.
"Ternyata Ditra sedang memandangi suasana yang tidak biasa. Pantas saja tidak menjawab. Itu anak yang juara 1 fisika kemarin, kan?"
"Iya", kali ini Ditra menjawab dengan singkat dalam posisi penglihatan masih menuju pada laki-laki itu. Tanpa sadar ternyata ekspresi yang digambarkan gadis itu saat ini adalah ekspresi kagum yang tidak bisa dibohongi.
Sesaat kemudian terjadi keheningan. Dina menunggu pembicaraan selanjutnya dari Ditra. Namun temannya ini sepertinya sedang cukup tergila-gila pada laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAIN
Non-FictionPernah terfikir betapa tertantangnya cinta yang hadir di tengah-tengah persaingan sekolah? Awalnya sama sekali tidak saling kenal, tidak saling tahu. Untuk sekedar mengenal wajah satu sama lain saja benar-benar hal asing. Berawal dari pertemuan dise...