Roi and Reine?

64 5 0
                                    

(Masa Orientasi Sekolah tahun ajaran 2014/2015)

Dalam tahun ajaran baru ini, ada adik-adik kelas 7 yang baru masuk di sekolahnya. Dan Ditra sebagai salah satu anggota OSIS. Ikut serta dalam MOPDB. Selama MOPDB ini, sepulang sekolah seluruh anak OSIS tidak langsung pulang. Tetapi mementorkan adik-adik kelasnya itu untuk membimbing masa peralihan dari SD ke SMP, dan mengenali sekolah barunya ini. Ditra mementorkan kelas 7.2, lagi-lagi tidak satu ruangan dengan Ghavin. Ghavin di kelas 7.5. Saat MOPDB ini, Ditra sering bertemu dengan Ghavin. Meski begitu, mereka tak pernah saling menyapa. Entahlah, mereka benar-benar terlihat asing satu sama lain. Berbeda ketika mereka chattingan, mereka terlihat dekat dan akrab.

Di dalam ruangan adik kelasnya itu. Ditra berkenalan dengan kakak kelasnya. Namanya Kak Brian Dani (sebut saja Kak Brian). Seorang senior paskibra dan dia merupakan seorang danton. Tubuhnya kecil, tingginya tidak jauh dari Ditra, meski masih tinggian dia dari Ditra, kulitnya bewarna coklatan matang, dan dari tampangnya sangat baik dan ramah, banyak tersenyum pada siapa saja dia berpapasan, dan dia sangat humoris. Namun suara lantangnya lah yang membuat dia terpilih menjadi danton. Awalnya Ditra berpandangan bahwa setiap senior paskibra itu galak dan judes. Tapi ketika ia berkenalan dengan Kak Brian, dia merasa nyaman dengannya. Tak hanya Kak Brian, dia juga berkenalan dengan Kak Lala. Seingatnya, kali pertama dia menemui Kak Lala, yaitu ketika olimpiade fisika tahun lalu. Dia semeja dengan Kak Lala. Tapi dia belum mengenalnya, bahkan namanya pun dia sebelumnya tidak tahu. Dan kakak kelas satu lagi, yaitu Kak Aini. Selain itu Ditra satu ruanga juga bersama 2 teman seangkatannya. Yaitu si cantik Afel dan Salsa Khoirunnisa (sebut saja Salsa). Dia senang bisa bisa mengenal kakak-kakak kelas yang sebelumnya sangat tidak dia tahu. Dan juga adik-adik yang berada di depannya ini.

Di sisi lain, Ditra sangat kesal dan gundah. Ketika dia sedang berjalan-jalan ke kelas lain. Dia mendapatkan suara teriakan adik-adik yang sangat antusias. Maka dia mencoba melirik ke arah kelas itu. Dan ternyata di situ ada sosok Ghavin yang sedang memperkenalkan diri. Memang setiap mentor wajib memperkenalkan diri kepada tiap-tiap kelas. Bukan untuk tenar, tapi ada hal lain yang menjadi tujuan. Yaitu ketika Mos telah usai. Adik-adik itu akan dimintai mendapatkan tanda tangan sebanyak-banyaknya dari kakak-kakak OSIS. Dan mereka juga harus mengetahui namanya. Balik ke permasalahan. Ketika Ditra melihat sosok Ghavin yang mampu membuat adik-adik perempuan berteriak-teriak sangat antusias dan terpana.. Dia bisa melihat tatapan kagum adik-adik perempuan itu sangat berlebihan. Ditra semakin memanas ketika ada yang berteriak, 'kak Ghavin ganteng bangettttt....'. karena tak tahan Ditra kembali ke kelas 7.2 tempat ia bersinggah. Dan tak lama waktu istirahat pun tiba.

Ketika waktu istirahat, Ditra memilih menyendiri duduk di koridor sekolah. Dia menikmati tiap sentuhan angin siang ini. Siang ini cuaca sangat panas. Panas matahari sangat menyengat, ditambah lagi puasa yang sedang dijalaninya bersama teman semuslimnya. Sangat terasa lelahnya. Sesaat Ditra memejamkan mata, melepas lelah yang ia dapatkan satu hari ini. Dan tiba-tiba dia teringat terhadap Ghavin yang disukai banyak adik-adik perempuan.

Uh... pokonya greget banget. Ternyata adik-adik kelas banyak yang nge-fans dengan Ghavin. Bukan hal yang langka untuk seorang Ghavin memiliki banyak fans. Karena memang fact-nya dia sangatlah tampan, mempunyai karisma, tinggi, putih, meski kurus, senyumnya selalu menggairahkan, dan alisnya yang hitam panjang berbentuk lurus ke atas, dan sifat dinginnya yang seolah acuh tak acuh dengan orang sekitar, serta kalemnya ketika dia berada di depan adik-adik kelasnya, dan entah apa lagi yang membuatnya berbeda dari laki-laki lain. Dia benar-benar memesona. Wajar saja jika banyak adik-adik perempuan yang jatuh pandangan padanya, gumamnya dalam hati. Dan tiba-tiba seseorang datang menghampirinya.

"Ditra, sendirian aja lu. Lemas banget lu, de."

Ditra menoleh dan mendapati senior laki-laki yang hendak duduk di sampingnya.

TRAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang