Bagian 10

175 35 5
                                    

Suara debaran jantung dari kedua murid itu seakan menggema di seluruh tempat. Keringat dingin sudah bercucuran di tubuh mereka.

"Bagaimana ini"? Bisik kookie pada Joko.

Ya, kookie dan Joko di panggil oleh Seokjin ketika jam istirahat. Dan semua itu sudah di prediksi oleh keduanya dan teman-teman sekelasnya.

"Ini semua karena mu". Ujar Joko berbisik juga.

"Apa?! Kau duluan yang mengatai aku pendek asal kau tau"?! Ujar kookie kesal bahkan suaranya sudah meninggi.

"Kalian, masuklah". Intrupsi seseorang dari pintu masuk.

Kookie dan Joko saling pandang lalu mengangguk dan masuk kedalam ruangan OSIS.

Dapat di lihat oleh keduanya, jika wajah Seokjin sekarang tidak dalam mood yang bagus. Bahkan di sampingnya tidak ada wakil OSIS nya.

"Duduk". Titahnya dengan wajah dinginnya, lebih dingin dari biasanya.

Kookie dan Joko menelan ludah dengan susah, mereka seperti bukan melihat Seokjin, melainkan malaikat pencabut nyawa.

"Kalian tidak dengar"?!

Suara itu mengintruksi keduanya dan langsung di lakukan dengan tergesa karena takut.

"Kesalahan"? Tanya Seokjin menatap keduanya tajam.

"Keluar kelas ketika jam belajar". Jawab Joko.

"Apa yang kalian lakukan"? Tanya Seokjin lagi masih dengan ekspresi yang sama.

"Saling mengejar". Jawab Joko lagi.

Seokjin memejamkan kedua matanya guna menahan amarahnya. Dia sendiri masih bingung kenapa dengan dirinya. Kenapa selalu saja merasa kesal jika gadis di depannya ini dekat dengan laki-laki lain.

Seokjin kembali membuka matanya dan melihat kookie sedang menundukkan kepalanya.

"Saya tidak akan basa-basi, karena kalian sudah tau kesalahan kalian, maka saya akan memberikan hukuman pada kalian. Joko, kamu bersihkan lapangan sekolah hingga bersih. Pergilah". Titah Seokjin dan di lakukan oleh Joko.

Kini, di ruangan itu hanya ada Seokjin dan kookie yang masih tidak berbicara apapun itu.

"Bersihkan gudang olahraga". Ujar Seokjin.

Tanpa membantah dan merengek seperti biasanya, kookie langsung pergi dari ruang OSIS ke gudang olahraga. Seokjin menghela nafasnya dengan geram, bukan itu yang dia suka.

.

Hampir 20 menit kookie membersihkan gudang olahraga, namun belum terlihat bersih juga karena banyaknya barang-barang tak terpakai.

Wajah itu sudah cemong dan kotor oleh debu, namun tidak dia hiraukan sama sekali. Tangan kecilnya terus membersihkan barang-barang yang masih di pakai dan membuang barang-barang tidak terpakai.

Saking fokusnya, dia tidak menyadari ke hadiran Seokjin di belakangnya. Bersandar pada kusen pintu gudang olahraga. Seokjin terus memperhatikannya dalam diam.

Kookie melompat-lompat untuk mengambil bola basket yang tidak terpakai lagi, begitu tinggi hingga susah untuk di raihnya.

"Ais! Kenapa tinggi sekali!? Menyusahkan saja". Gerutunya.

Kookie melihat ada kursi di sampingnya, dia mengambilnya untuk di jadikan panjatannya. Naik ke atas kursi dan mengambil bolanya, berhasil.

Kookie membalikkan tubuhnya menghadap pintu masuk, namun....

"Arrkkk"! Teriak kookie karena melihat Seokjin sedang melihatnya sambil bersedekap dada.

Seokjin berjalan mendekati kookie yang masih berdiri di atas kursinya. Melihat Seokjin sudah mendekat, kookie turun dari kursinya dan melangkah mundur.

Kim and Jeon (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang