Bagian 14

181 35 6
                                    

Hari ini, Seokjin dan Yibo di sibukkan dengan banyaknya pekerjaan untuk persiapan acara besok.

"Seokjin, kapan kau akan memberikan sanksi pada Suzy dan Hana"? Tanya Yibo di sela-sela kesibukannya.

"Aku sudah memberi tahu kakek, dia akan datang Minggu depan". Jawab Seokjin.

"Mereka harus mendapatkan sanksi, begitupun dengan kedua orang tuanya, mereka sangat sombong". Ujar Yibo.

Seokjin terkekeh mendengar ocehan temannya, akhir-akhir ini, temannya ini banyak bicara.

"Kau jadi banyak bicara Yibo". Celetuk Seokjin.

Yibo menatap Seokjin, "dan kau tidak sadar diri". Ucapnya sinis.

"Aku? Apa yang harus aku sadari"? Tanya Seokjin bingung.

"Ck. Kau bahkan lebih banyak bicara dari pada aku, asal kau tau". Sungut Yibo.

"Hahaha benarkah"?

Yibo hanya mendengus kesal, keduanya pun menyadari jika ada perubahan pada diri mereka masing-masing.

"Aku akan pergi". Ujar Yibo dan melenggang pergi tanpa persetujuan dari Seokjin.

"Yak! Kau mau pergi kemana? Tugas kita belum selesai, Yibo"! Teriak Seokjin namun tidak di hiraukan oleh Yibo.

"Aish, pasti dia akan bertemu dengan Zhanie. Hah~ aku tidak bertemu dengan kookie sejak pagi tadi, sekarang sudah sore, aku merindukannya". Keluhnya lesu.

"Kakak Seokjin".

Seketika tubuh Seokjin menegang mendengar suara lembut itu, dia tau siapa pemilik suara itu. Di balikkannya badan itu untuk melihat makhluk cantiknya.

"Sayang". Seokjin langsung memeluk kekasihnya dengan erat, bahkan sedikit mengoyangkan kekanan dan ke kiri.

Seokjin melepaskan pelukannya dan menatap wajah cantik kekasihnya dengan lembut. Kemudian pandangannya tertuju pada paperbag yang ada di tangan kekasihnya.

"Apa yang kau bawa"? Tanya Seokjin sembari membawa kookie duduk di kursi.

"Aku membawakan makan untukmu, aku tau, kau pasti belum makan kan. Tadi aku pulang dengan Zhanie dan belajar masak dengannya. Zhanie pergi bersama senior Yibo. Aku harap kau suka". Jawab kookie panjang lebar.

Seokjin menatap kekasihnya dengan binar sebelum melihat tangan kekasihnya yang terdapat beberapa plester, tangannya terluka.

"Apa luka itu kau dapatkan ketika memasak"? Tanya seokjin, meraih tangan kookie.

"Iya. Tapi tidak terlalu sakit, hanya sedikit perih saja". Jawab kookie lembut membuat Seokjin terharu.

"Apapun yang kau masak, aku akan menyukainya dan memakannya. Apapun itu". Ujar Seokjin dengan tulus.

"Jika, kookie memasak paku, apa kakak mau memakannya"? Tanya kookie bergurau.

"Iya". Jawab kookie membuat Seokjin terperangah tak percaya.

"Jawabanmu di luar dugaan, sayang". Ujar Seokjin sembari menyuapi makanan ke dalam mulutnya.

"Bagaimana"? Tanya kookie pada suapan pertama Seokjin.

Seokjin terdiam dari kunyahannya, meresapi makanan yang masuk kedalam mulutnya. Hal itu membuat kookie takut dan khawatir jika masakannya tidak enak.

"Tidak enak ya"? Tanya kookie lirih dan menundukkan kepalanya.

"Enak". Jawab Seokjin membuat kookie langsung mengangkat kepalanya.

"Sungguh"? Tanyanya memastikan.

"Sungguh, ini adalah masakan yang paling enak yang pernah aku makan". Ujar Seokjin memujinya. Namun, kookie tidak percaya akan perkataan kekasihnya.

Kim and Jeon (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang