Bagian 8

223 38 4
                                        

"Suzy, kau di panggil oleh kepala sekolah". Ujar salah satu teman kelasnya.

"Kenapa"? Tanya Suzy.

"Tak tau". Jawab teman sekelasnya cuek, karena dia adalah salah satu korban ejekan Suzy.

Suzy yang tak mendapatkan jawaban pun langsung pergi ke ruangan kepala sekolah. Seperti biasa, gadis itu akan berjalan dengan sombongnya karena kedua orang tuanya adalah salah satu donatur terbesar di sekolah BIG HIT.

Dan di sinilah Suzy berada, di ruangan kepala sekolah yang sedang menatap ponselnya. Setelah selesai dengan urusannya, kepala sekolah itu menyuruh Suzy untuk duduk.

"Kenapa bapak memanggil saya". Tanya Suzy dengan tidak sopannya.

Kepala sekolah itu hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Suzy.

"Tunggu sampai kedua orang tua mu datang dulu". Jawab pak kepala sekolah.

Suzy mengernyitkan dahinya, untuk apa orang tuanya datang ke sekolah, pikirnya.

"Kenapa orang tua saya ke sekolah"? Tanyanya penasaran.

"Nanti kau akan tau sendiri". Jawab pak Kela sekolah dan mendapat dengkusan kesal dari Suzy.

Tak lama, suara pintu di ketuk dan masuklah sepasang suami istri itu dengan wajah sombongnya. Memang buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

"Langsung saja". Ucap tuan Bae, ayah Bae Suzy.

"Baiklah, tuan dan nyonya Bae, putri anda sudah melanggar peraturan sekolah. Putri anda sudah banyak membully murid-murid sekolah ini. Bahkan ada yang sampai pingsan karenanya, dan saya baru mengetahuinya sekarang. Karena tidak ada yang berani melaporkannya kepada saya karena ancaman putri anda". Jelas pak kepala sekolah panjang lebar.

Orang yang menjadi bahan pembicaraannya malah terlihat biasa saja di tempat duduknya, karena dia tau, kedua orang tuanya akan membelanya.

"Itu adalah derita bagi murid yang miskin, mereka bisa sekolah di sini hanya karena beasiswa. Mereka hanya murid miskin yang tidak tau diri, dan tidak pantas untuk sekolah dan berteman dengan murid-murid kaya". Balas tuan Bae dengan pongahnya.

Pak kepala sekolah terkejut mendengar tutur kata tuan Bae, dia tidak percaya perkataan itu keluar dari mulut donatur terbesar di sekolah BIG HIT. Pantas saja kelakukan putrinya sombong, ternyata bibitnya juga sombong.

"Maaf tuan Bae, tapi mereka juga harus mendapatkan keadilan. Untuk itu, saya akan men scors Bae Suzy selama dua Minggu ". Ujar pak kepala sekolah.

"Kau berani memberikan hukuman pada putriku?! Maka sekolah ini akan ku ratakan dengan tanah". Sahut tuan Bae tidak terima.

Kepala sekolah membulatkan kedua matanya. Dia bingung harus bagaimana sekarang. Sebenarnya, tuan Bae bukanlah satu-satunya donatur terbesar, masih ada satu orang yang menjadi donatur yang paling besar.

Melihat keterdiaman kepala sekolah, tuan Bae mengajak istrinya untuk pergi dari sana untuk kembali ke kantornya tanpa mau mendengar panggilan kepala sekolah.

Setelah tuan dan nyonya Bae pergi, Suzy berdiri dari duduknya dan pergi begitu saja dengan senyum mengejeknya pada kepala sekolah.

"Kalian begitu sombong, suatu saat kalian akan hancur". Gumam pak kepala sekolah kesal.

Kenapa pak kepala sekolah tau akan hal ini? Karena Seokjin dan Yibo melaporkan semua keluhan murid-murid BIG HIT yang menjadi bully an Suzy. Mereka baru mengetahuinya, bukan karena keduanya menutup mata, tapi mereka di ancam oleh Suzy jika melaporkannya kepada OSIS atau kepala sekolah.

Mereka di ancam akan di keluarkan dari sekolah BIG HIT, dan yang pastinya jika sudah keluar dari sekolah itu tanpa adanya ijazah, maka mereka akan sulit di terima oleh sekolah lain. Mereka akan beranggapan bahwa, murid yang di keluarkan oleh sekolah BIG HIT adalah anak pembuat onar dan susah di bimbing.

.

Kali ini, kookie di kantin seorang diri. Zhanie tidak masuk sekolah, karena tiba-tiba saja perutnya sakit karena hari pertama datang bulan.

Di tengah menikmati makanannya, seseorang duduk di hadapannya tanpa minta izinnya. Orang itu menyodorkan sebungkus coklat kepadanya.

Dari tangannya saja kookie sudah tau siapa orang yang duduk di depannya. Jadi dia enggan untuk melihatnya.

"Maaf dan ini....untukmu". Ujarnya.

Kookie masih tak menghiraukannya dan melanjutkan acara makannya tanpa peduli. Seokjin, merasa bersalah pada gadis atas apa yang dia lakukan kepadanya.

"Tolong maaf kan saya, saya bersalah. Seharusnya saya mendengarkan penjelasanmun terlebih dahulu. Tolong, maafkan saya". Ujar Seokjin dengan sesalnya.

Masih sama, kookie masih tidak menghiraukannya, bahkan dia meninggalkan Seokjin yang masih menundukkan kepalanya.

Merasakan pergerakan gadis di hadapannya, Seokjin mendongakkan kepalanya dan melihat kepergian kookie begitu saja, tanpa kata.

Seokjin tak putus asa, dia mengejar kookie dan berusaha untuk meminta maafnya. Sebelumnya, Seokjin tidak pernah merasa begitu bersalah terhadap seseorang. Namun kini, beda dengan kookie. Seokjin merasa begitu bersalah telah membentaknya hingga menangis.

Seokjin meraih pergelangan tangan kookie dan membawanya kebelakang sekolah. Suasananya sepi dan sunyi, Seokjin melepaskan tangannya dari tangan kookie.

Gadis itu tidak memberontak, justru menurutinya yang membawanya ke belakang sekolah.

"Kenapa begitu sulit bagimu untuk memaafkan diriku? Apa kau pikir, kau adalah orang yang begitu penting di sini"? Ujar Seokjin kesal dan di akhiri dengan pertanyaan.

Tidak ada jawaban dari kookie dan itu membuat Seokjin semakin kesal di buatnya.

"Jawab"! Ujar Seokjin sedikit meninggikan suaranya.

Kookie menatap Seokjin dengan penuh keberanian dan kesal.

"Lalu kenapa membawaku ke sini hanya untuk menanyakan 'kenapa kau begitu sulit untuk memaafkan diriku'? Jika senior tau, aku bukanlah orang yang penting di sini, lalu kenapa senior selalu mengejar dan meminta maaf padaku? Bukankah aku orang yang tidak penting"? Ujar kookie membuat Seokjin terdiam.

Kookie pergi dari hadapan Seokjin setelah mengatakan itu tanpa mau mendengar jawaban atau kata-kata lainnya dari Seokjin.

Setelah kepergian kookie, Seokjin menatap jalan yang di pakai oleh kookie dan di sana sudah tidak ada sang empunya.

"Aarrkkkgggggg". Teriak Seokjin frustasi.

Jujur, dia juga tidak mengerti mengapa dia terus mengejar kata maaf dari gadis itu. Padahal, dia selalu acuh walaupun dia melakukan kesalahan pada murid lainnya.

"Apa yang terjadi "? Gumamnya lalu pergi ke kelasnya.

Tanpa dia sadari, seseorang telah mendengar perkataannya dengan kookie. Orang itu terlihat tidak menyukai Seokjin yang mengemis maaf dari gadis miskin itu.

"Tidak akan ku biarkan". Ucapnya pelan.

.

Sepulang sekolah, kookie pergi ke rumah Zhanie untuk melihat keadaan temannya. Sudah biasa bagi kookie untuk langsung masuk kedalam rumah dan kamar temannya.

Di bukanya pintu kamar dan hal pertama yang dia lihat adalah, temannya yang masih terbaring lemah di atas ranjang.

"Zhanie". Panggilnya.

Zhanie membuka kedua matanya dan melihat temannya yang sudah duduk di samping ranjangnya.

"Apa masih sakit"? Tanya kookie.

"Sudah tidak terlalu". Jawabnya.

"Syukurlah". Ujar kookie.

Dan keduanya terlibat dalam obrolan manis hingga malam.





Terima kasih...
Papaiiiiii....
💬❤️

Kim and Jeon (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang