"TADI Sera panggil kakak tidak menyahut dari tadi. Kakak membaca majalah di depan kamar Sera ngapain?"
"Tidak apa-apa. Mungkin kakak banyak pikiran," jawab Sandy menoleh ke arah Sera dengan senyum tipis.
Perlahan Sandy menoleh ke belakang Sera. Banyak buku yang berserakan di atas karpet. Ia menangkap kalau adiknya sedang mengerjakan tugas. Napas Sandy tersenggal lega. Syukurlah, semuanya hanya halusinasi. Atau begitulah yang ia harap.
Namun, sekilas, Sandy menangkap bayangan sekilas dari sudut matanya-sesuatu yang bergerak di balik tirai jendela. Detak jantungnya melonjak.
"Jangan ada boneka, ya," pesan Sandy, suaranya sedikit serius. Sera mengerutkan kening.
"Kenapa, sih? Aku kan cuma mau main. Mainnya cuma sama boneka aja di sini. Kakak tahu aku cuma punya boneka bebek yang kakak kasih!"
Sandy terkekeh kecil.
"Nanti kotor kena hujan. Lagian, boneka horor itu serem, kan?"
Sera mencebik, "Ish, kakak mah gitu."
Namun, di balik lelucon Sandy, Sera merasakan ada sesuatu yang aneh.
"Jangan nakuti-nakuti napa!"
****
"Kalian akan pergi berapa lama?" tanya Sandy, tidak terusik ketika kedua orang tua dan adiknya hendak pergi ke suatu pertemuan.
"Kami akan pulang malam, sayang," ucap Sarah menenangkan anaknya yang akan ditinggal sendiri.
Hujan mulai reda, namun pertemuan dengan para kolega tidak bisa ditunda. Sean harus segera berangkat. Ia mengajak Sarah untuk menemaninya, di sisi lain Sera bersikeras ingin ikut juga. Sandy tidak keberatan tinggal sendirian di rumah. Yang menjadi perhatiannya adalah memastikan ada makanan yang sudah disiapkan ibunya. Untungnya, Sarah telah menyiapkan makan malam untuknya.
"Semoga malam ini tidak hujan. Jadi, kita bisa pulang lebih cepat," sahut Sean mengambil kunci mobil.
Sean dan Sarah sudah berdandan rapi dengan pakaian formal. Berbeda dengan Sera yang masih dengan pakaian sehari-hari, ia mengikuti kedua orang tuanya. Sera hanya tahu bahwa pertemuan akan diadakan di sebuah hotel tak jauh dari rumah.
"Kenapa kamu bajunya seperti itu!" tegur Sean melihat pakaian Sera.
Sera menatap ayahnya dengan kesal saat mendengar itu. Ia mengenakan sweater di atas kemeja, dipadukan dengan celana putih-padahal menurutnya, pakaian ini sudah cukup semiformal. Apalagi di dalam hotel yang pasti dingin, ditambah lagi suasana hujan di luar.
Sandy yang sedang menyantap makanannya sesekali melirik ke arah perdebatan kecil antara Sean dan Sera. Senyum tipis terlukis di wajahnya saat ia mendengar Sera yang ngotot membela pilihannya, sementara Sean berusaha meyakinkan putrinya untuk mengganti pakaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanggal Berdarah "True Story of 1979" [End✓]
Tajemnica / Thriller(Jangan Plagiat) Aku tidak berharap memiliki suasana rumah yang mencekam. Aku tidak berpikir akan tinggal di tengah pembunuhan. Di balik fasadnya yang anggun, rumah tua itu menyembunyikan rahasia mengerikan. Dinding dipenuhi dengan noda darah yang...