DAVID menatap Sandy dengan raut wajah serius.
"Kau tahu, Sandy... Kami pernah tinggal di rumah ini dulu," ujarnya pelan, tapi kata-katanya membuat Sandy terkejut.
"Kalian pernah tinggal di sini?" tanya Sandy, tidak percaya.
David mengangguk.
"Iya, Sandy, tapi hanya bertahan satu bulan. Setelah itu, kami pindah jauh dari sini. Waktu itu, keluargaku tidak sempat menjelajah banyak hal di dalam rumah ini. Hanya ada satu alasan kami pergi, roh-roh di sini semakin marah, semakin tidak terkendali."
Sandy terdiam, menatap temannya dengan pikiran yang penuh.
"Kenapa kamu tidak pernah memberitahuku sebelumnya?" tanyanya dengan nada penuh kebingungan.
David tersenyum lemah. "Aku tidak ingin membuatmu takut atau menambah bebanmu. Tapi aku juga penasaran, Sandy. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi kalau roh-roh itu semakin marah. Itu sebabnya aku menyuruhmu mencari tahu lebih banyak, karena aku sendiri tidak bisa menemukan jawabannya dulu."
Percakapan itu terhenti, meninggalkan keheningan yang mencekam. Sandy merasa darahnya membeku, jantungnya berdebar kencang. Semua mulai masuk akal—keanehan yang tak pernah terjelaskan, ancaman yang semakin mengancam, dan perasaan selalu diawasi. David tahu lebih banyak, dan rasa penasaran yang tadinya membakar semangat kini berubah menjadi api cemas yang siap melalap mereka.
****
Sejak percakapan malam itu dengan David, rumah Sandy berubah menjadi neraka. Setiap sudut ruangan berbisik ancaman, setiap bayangan membawa ketakutan. Roh-roh jahat yang bersemayam di sana semakin menjadi-jadi, tak kenal lelah menebar teror. Usaha mereka untuk mengabaikannya sia-sia, kenyataan pahit terus menghantui.
Kedatangan Raka, harapan terakhir mereka, justru memperburuk keadaan. Sejak langkah kakinya memasuki rumah itu untuk kedua kalinya, aura kematian semakin menyelimuti. Udara yang tadinya terasa sesak kini menjadi belenggu yang mencekik.
"Kalian dengar aku, kan? Saya tidak ingin ada masalah!"
Suara Raka bergetar, namun tetap tegas. Tapi, perkataannya itu justru seperti bara api yang menyulut kemarahan roh-roh jahat. Erangan dan jeritan semakin keras, menandakan mereka semakin tidak sabar untuk menyerang.
"Sesuatu di sini benar-benar tidak menginginkan aku," kata Raka dengan wajah pucat, keringat dingin mulai mengalir di dahinya.
Suara-suara keras tiba-tiba menggema dari lantai atas, membuat jantung semua orang berdebar kencang.
"Raka, kau harus pergi sekarang!" seru Sean panik, namun, sebelum mereka sempat melangkah, pintu depan rumah itu tiba-tiba tertutup dengan keras, seakan ada kekuatan tak terlihat yang menghalangi mereka untuk pergi.
****
Bawah tanah itu kini bagai mulut neraka yang siap melahap mereka. Sandy dan David, dengan hati berdebar, kembali turun. Harapan mereka pupus seketika saat melihat kerusakan di sana. Suasana mencekam semakin menyelimuti, udara dingin menusuk tulang, dan kehadiran entitas jahat terasa begitu nyata, seakan mereka sedang diawasi oleh sepasang mata yang penuh kebencian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanggal Berdarah "True Story of 1979" [End✓]
Misterio / Suspenso(Jangan Plagiat) Aku tidak berharap memiliki suasana rumah yang mencekam. Aku tidak berpikir akan tinggal di tengah pembunuhan. Di balik fasadnya yang anggun, rumah tua itu menyembunyikan rahasia mengerikan. Dinding dipenuhi dengan noda darah yang...