BAB 16: The Night They Came

7 4 0
                                    

MALAM demi malam, kegelapan rumah semakin menyesakkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MALAM demi malam, kegelapan rumah semakin menyesakkan. Kegagalan Romo Markus mengusir roh-roh jahat telah membuka gerbang neraka di rumah mereka. Sean dan Sarah, yang awalnya menyangkal adanya gangguan makhluk halus, kini merasakan sendiri teror yang selama ini hanya dirasakan oleh Sandy. Setiap sudut rumah seakan menjadi saksi bisu dari peristiwa-peristiwa aneh yang semakin sering terjadi.

Sarah terbangun dengan perasaan aneh. Seolah ada yang memanggil namanya dengan lembut. Ia mencoba mengabaikannya, namun suara itu semakin jelas.

"Sarah... Sarah..." Suara itu berasal dari arah jendela.

Dengan ragu, ia membuka matanya dan melihat jendela kamarnya terbuka lebar. Angin malam menerpa wajahnya, membawa serta bau anyir yang tidak sedap. Saat ia berusaha menutup jendela, sebuah bayangan hitam menjulang tinggi di balik tirai.

"Siapa kamu?" tanya Sarah, suaranya gemetar. Bayangan itu tidak menjawab, hanya menatapnya dengan tatapan kosong.

"Sean?" bisiknya, berharap suaminya terbangun.

Matanya menyapu sekeliling kamar yang gelap gulita. Ranjang kosong. Rasa takut menjalari tulang punggungnya. Dengan langkah gontai, ia keluar dari kamar, suara langkahnya bergema di keheningan malam.

"Sean?" panggilnya lagi, suaranya bercampur dengan bisikan-bisikan aneh yang semakin jelas di telinganya.

Sarah melangkah ragu ke ruang tamu. Tiba-tiba, seluruh ruangan gelap gulita. Keheningan mencekam. Ia meraba-raba dinding, mencari sakelar lampu. Jantungnya berdebar kencang. Tangannya menyentuh sesuatu yang dingin dan lengket. Dengan refleks, ia menarik tangannya dan menjerit sekuat tenaga. Bayangan hitam besar melintas cepat di hadapannya, menghilang dalam kegelapan.

Sean tersentak dari tidurnya oleh suara hentakan keras dari lantai bawah. Jantungnya berdebar kencang. Ia mengintip ke kamar Sandy. Anaknya  tampak nyenyak tidur, selimutnya masih tergulung rapi. Suara itu pasti dari ruang tamu. Dengan hati-hati, Sean turun dari tangga, setiap anak tangga terasa begitu panjang. Saat mengintip ke bawah, darahnya membeku. Di kegelapan, sebuah bayangan gelap menjulang tinggi di belakang Sarah. Sosok itu lebih tinggi dan lebih besar dari manusia biasa, bergerak perlahan mendekati Sarah yang tampak ketakutan.

"Sarah! Awas!"

Sean berteriak, berlari menuruni tangga. Tapi sebelum dia bisa sampai, bayangan itu menghilang seolah tertelan oleh kegelapan.

Sarah jatuh tersungkur ke lantai, tubuhnya gemetar hebat. Sean segera menghampirinya, memeluk erat tubuh mungil istrinya.

"Tenang, Sayang, aku di sini," bisiknya lembut.

Sebelum mereka bisa benar-benar merasa aman, suara tawa itu kembali terdengar, kali ini lebih jelas dan lebih dekat. Tawa jahat yang merindingkan tulang.

"Mereka di sini, Sean," lirih Sarah, suaranya bergetar.

"Mereka ingin kita pergi."

Esok paginya, Sean mengambil keputusan. Ia tidak bisa membiarkan keluarganya terjebak dalam situasi ini lebih lama lagi. Dengan perasaan penuh kecemasan, ia mencari nomor telepon seorang teman lamanya—Raka.

Sudah bertahun-tahun sejak mereka terakhir berbicara, tetapi Sean tahu bahwa Raka mungkin satu-satunya orang yang bisa membantunya.

"Raka, ini Sean. Kita butuh bantuanmu. Ada sesuatu yang salah dengan rumah kami, dan kami tidak bisa keluar dari sini tanpa jawaban," ucap Sean terburu-buru di telepon.

Di seberang sana, suara Raka terdengar tegang, tapi tidak terkejut.

"Sean, aku sudah mendengar desas-desus tentang rumah itu. Kamu harus berhati-hati. Rumah itu punya sejarah kelam dan... ada sesuatu yang harus kamu ketahui."

"Mengenai itu, aku sudah diberitahu Sandy dan aku benar-benar menyesal terlambat percaya," ucap Sean membuat Raka terdiam sejenak.

****

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Raka akhirnya tiba di rumah Sean beberapa jam kemudian. Ia datang tidak sendirian, melainkan bersama David. Sandy terkejut bukan main melihat David. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa anak muda yang pernah membantunya menyelidiki keanehan di rumah ini ternyata adalah anak dari teman ayah Raka. David, dengan ekspresi prihatin, berdiri di samping Raka. Namun, di balik tatapan penuh simpati itu, Sandy merasakan ada sesuatu yang janggal. Firasatnya mengatakan bahwa ada yang tidak beres.

"David sudah mencoba memberitahumu, Sandy," kata Raka dengan nada penuh penyesalan.

"Keluarga kami terhubung dengan rumah ini. Aku seharusnya memperingatkanmu lebih awal, tapi aku pikir, jika kita menjaga jarak, kutukan itu tidak akan memengaruhi kalian."

"Terhubung bagaimana?" tanya Sandy, merasa kepalanya mulai berputar dengan informasi yang tiba-tiba ini.

Raka menatap Sean dengan tatapan berat sebelum menjelaskan, "Keluarga kita punya sejarah yang kelam. Di tahun 1979, sebuah keluarga yang tinggal di sini dibunuh secara brutal. Salah satu anggota keluarga itu adalah nenek dari David. Mereka yang terkait dengan pembunuhan itu, mereka yang tinggal di sini, terkena kutukan."

"Kutukan?" gumam Sean.

"Apa maksudmu, Raka? Kau tahu sesuatu tentang rumah ini tapi tidak pernah memberitahuku?"

Raka mengangguk, wajahnya penuh rasa bersalah.

"Aku berharap kutukan itu sudah hilang. Ternyata aku salah. Kematian Sera... kejadian-kejadian aneh di rumah ini... semuanya karena roh-roh yang tidak bisa pergi," ujar Sandy dengan suara lirih, memandang David penuh kebingungan.

David, yang selama ini dianggapnya hanya teman sekelas biasa, ternyata tahu lebih banyak dari yang Sandy duga.

"Sandy, aku sudah lama merasakan ada sesuatu yang salah di sini," ucap David, akhirnya angkat bicara.

"Aku mencoba memperingatkanmu, tapi kamu tidak percaya. Keluargamu dalam bahaya besar. Kutukan ini tidak akan berakhir hanya karena kalian pindah. Roh-roh itu akan terus mengikuti."

"Kita harus melakukan sesuatu," gumam Sean dengan suara bergetar, diliputi rasa takut.

"Kita tidak bisa membiarkan ini berlanjut."

Namun sebelum ada yang sempat menjawab, pintu di belakang mereka tiba-tiba tertutup keras. Ruangan itu seketika menjadi dingin, dan hawa mengerikan perlahan merayap di sekeliling mereka.

"Kita sudah terlambat," ucap David pelan, tatapannya kosong mengarah ke sudut ruangan.

"Mereka tahu kita di sini."

Teror yang selama ini menghantui Sandy kini merembet ke kedua orang tuanya, menyeret mereka ke dalam pusaran kegelapan yang sama. Keluarga kecil itu baru menyadari betapa dalamnya mereka telah terjerat dalam kutukan mengerikan ini. Tidak ada pelarian, tidak ada jalan keluar. Dan ketika kebenaran tentang masa lalu keluarga David terungkap, terjalin erat dengan misteri rumah tua ini, semuanya menjadi semakin kompleks dan mencekam. Seolah-seolah, mereka telah membuka kotak Pandora yang tak terkendali.

"Sebentar! Tapi ... bagaimana kamu bisa tahu ada hal yang tidak beres di sini, sedangkan kamu tidak pernah ke rumahku?!" tanya Sandy dengan nada bingung. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tanggal Berdarah "True Story of 1979" [End✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang