BAB 9: The Same Surname

6 2 0
                                    

NAPAS Sandy tersenggal, jantungnya berdebar tak karuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

NAPAS Sandy tersenggal, jantungnya berdebar tak karuan. Lampu yang mendadak redup di ruang bawah tanah itu seolah semakin menekan. Tiba-tiba, derit pintu besi tua memecah keheningan, perlahan namun pasti. Bau anyir tanah dan sesuatu yang tak dikenal menusuk hidungnya. Langkah kaki berat mendekat, setiap detaknya bagai palu yang menghantam dadanya. Sandy terpaku, matanya membulat menatap pintu yang perlahan terbuka. Ketakutan murni membanjiri dirinya, ia tahu, ia benar-benar sendirian ....

Sebuah firasat buruk menyelimuti Sandy. Ia mulai menyadari bahwa apa yang terjadi pada keluarga sebelumnya hanyalah awal dari sebuah petaka yang lebih besar. Dan kini, giliran keluarganya yang menjadi sasaran.

****

Setelah menemukan surat kabar lama di ruang bawah tanah, Sandy tidak bisa berhenti memikirkan apa yang telah ia baca. Kematian, kutukan, dan tragedi yang melanda rumah itu pada tahun 1979 terus berputar di kepalanya. Rasa takut merayapi dirinya, tetapi ada sesuatu yang mendorongnya untuk menggali lebih dalam—untuk mencari tahu kebenaran sebelum hal yang sama menimpa keluarganya.

"Aku akan bawa koran ini! Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Dengan napas tersenggal, Sandy keluar dari ruang bawah tanah. Ia tahu, petualangannya baru saja dimulai. Tak peduli seberapa mengerikan rahasia yang tersimpan di dalam sana, ia bertekad untuk mengungkap semuanya.

"Sandy? Apa yang kamu lakukan di sana?" tanya Sarah dengan nada terkejut, masih mengenakan setelan formalnya.

"Eh, Ibu? Sejak kapan Ibu pulang?" balas Sandy, membuat Sarah kebingungan.

"Ibu baru saja sampai. Tapi, kamu belum jawab pertanyaan Ibu. Apa yang sedang kamu lakukan di sana?"

"Tadi pintu ruangan ini nggak terkunci, jadi ... ya, Sandy kunci aja," jawab Sandy, berusaha menyembunyikan apa yang baru saja ditemukannya.

****

"Menurut kalian ... jika kalian berada di rumah yang ternyata memiliki masa lalu menyeramkan, apa yang kalian lakukan?" tanya Sandy kepada ketiga temannya.

David mengunyah pelan, matanya menyipit saat mengamati Sandy. Seakan ingin menembus kedalaman jiwa Sandy yang sedang berusaha menyembunyikan sesuatu.

"Ada sesuatu?" tanyanya kemudian.

"Aku hanya ingin mendengar pendapat kalian," balas Sandy.

"Kurasa ... aku bakal pindah rumah setelah tahu rumah itu angker! Ya, ngapain juga tinggal di rumah begituan. Nyaman juga nggak ... iya, ngga, Li?!" ucap Violet menyenggol lengan Lily yang begitu menikmati makanannya.

Lily tersedak hingga wajahnya memerah. Untungnya, tulang ayam itu tidak ikut tertelan. Gadis itu memang terlalu bersemangat mengunyah tulang, sampai-sampai hampir saja terjadi kecelakaan.

"Aku juga sama, sih seperti Violet. Tapi, aku memilih mencari tahu dulu sebelum terjadi hal buruk."

"Kurasa kamu harus ke perpustakaan jika ada masalah di rumahmu," sahut David tiba-tiba.

Kata-kata David berputar-putar di kepala Sandy, ia berusaha memahami maksud di baliknya.

"Sebentar, David! Maksudmu, bagaimana?"

David menarik napas panjang, matanya berkilat misterius. "Perpustakaan kota adalah tempat yang bagus untuk memulai. Mereka menyimpan banyak catatan sejarah kasus-kasus lama. Siapa tahu, ada sesuatu yang bisa membantumu menemukan jawaban yang kamu cari."

Sandy terdiam, pikirannya kalut. Perkataan David bagai bom yang meledak di benaknya. Di satu sisi, ia penasaran dengan misteri yang tersembunyi di balik surat kabar tua itu. Di sisi lain, mimpi-mimpi aneh yang terus menghantuinya membuatnya semakin bingung. Segala sesuatunya terasa begitu kabur, seperti berada dalam sebuah labirin tanpa ujung.

****

Matahari mulai tenggelam, memancarkan cahaya jingga yang misterius. Setelah mendapat alamat dari David, Sandy menaiki bus menuju perpustakaan kota. Dengan hati berdebar, ia melangkah masuk ke dalam gedung tua itu. Setiap sudut ruangan seakan menyimpan rahasia-rahasia kelam yang siap terungkap.

Perpustakaan kota itu bagai sebuah labirin waktu, tersembunyi di dalam gedung tua yang angker. Dinding-dindingnya yang retak dan jendela-jendela berdebu seakan menyimpan ribuan rahasia. Ketika Sandy melangkah masuk, keheningan yang mencekam menyambutnya, diiringi aroma buku-buku tua yang bercampur dengan debu.

Ia langsung menuju bagian arsip lama, tempat surat kabar dan dokumen kota disimpan. Seorang pustakawan tua dengan tatapan curiga melihat Sandy sekilas, namun tidak berkata apa-apa saat ia mulai memeriksa katalog.

"Setelah mengambilnya, harap dikembalikan dengan rapi," tegur pustakawan tua itu melewati Sandy yang berada di rak yang cukup jauh.

Sandy mulai menelusuri artikel demi artikel, mencari petunjuk. Setiap lembar koran yang ia buka membuatnya semakin gugup. Lalu, ia menemukan artikel yang membuat bulu kuduknya berdiri.

"Keluarga Caldwell Tewas Secara Misterius di Rumah Terkutuk", judul besar itu terpampang di halaman koran tanggal 14 Juli 1979. Artikel itu menjelaskan dengan detail mengerikan tentang kematian keluarga yang tinggal di rumah itu—rumah yang sekarang ditempati keluarganya. Tak ada tanda-tanda perlawanan, tak ada jejak pelaku. Hanya mayat-mayat yang ditemukan dalam posisi aneh, seolah-olah sesuatu yang tidak kasat mata telah merenggut nyawa mereka.

"Satu hari setelah tanggal tiga belas? Apa kejadian ini benar-benar terjadi di tanggal tiga belas semua?" gumam Sandy.

Namun, yang paling menakutkan adalah bagian terakhir artikel itu.

"Banyak yang percaya bahwa rumah tersebut dikutuk setelah serangkaian kematian misterius yang selalu terjadi pada Jumat tanggal tiga belas," ucap Sandy membaca sepenggal kalimat itu.

"Rupanya benar! Nia meninggal di tanggal tiga belas, bahkan aku tidak tahu hubunganku dengan Nia. Sebentar ... kurasa aku menemukan kalimat lain."

Matanya membulat, tangannya gemetar memegang buku. Kalimat berikutnya bagaikan pisau yang menusuk hatinya.

"Keluarga yang tewas di rumah tersebut memiliki garis keturunan yang terhubung dengan legenda kelam kota ini. Beberapa mengatakan bahwa kutukan itu akan terus berlanjut pada keturunan keluarga mereka yang masih hidup," baca Sandy dengan perlahan.

Ini bukan kebetulan! Sandy memejamkan mata, mencoba menepis pikiran mengerikan yang mulai menghantui. Surat kabar itu, nama keluarga yang sama ... Kutukan itu nyata, dan keluarganya—termasuk Sera—mungkin menjadi korban berikutnya. Rasa takut yang menusuk memenuhi dadanya.

"Aku harus memberitahu mereka!" tekat Sandy.

	"Aku harus memberitahu mereka!" tekat Sandy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tanggal Berdarah "True Story of 1979" [End✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang