18

43 4 0
                                    

"BESOK PAGI? TUNGGU, DIA BARU SAJA AKAN TIBA BESOK PAGI! DAN KAU MENYURUH AKU UNTUK MEMBUNUH NYA BESOK PAGI? APA KAU WARAS?" teriak pria bejubah Biru

teriakan itu menggema di setiap sudut ruangan. mereka sedang berada di kastil yang telah kosong empat tahun lalu. "KAU? BERISIK SEKAL!" kesal wanita berkacamata

"APA KAU TIDAK BERFIKIR? AKU MENCINTAI TEMARI, SEPARUH HATIKU ADA PADA TEMARI. DAN.. DAN KAU MENYURUH AKU UNTUK MEMBUNUHNYA? ITU GILA!" lagi-lagi pria berjubah Biru itu membentak wanita yang berada tepat di depannya.

"arghh, kau ini?! Tuan! bagaimana kau bisa menemukan pria seperti ini?! sangat keras kepala!" kesal wanita berkacamata

"phft.. Shiho. tenangkan dirimu, kau mencintai Shikamaru kan? dan.. kau Gengo, kau menyukai Temari kan? bagaimana jika kalian buat kesepakatan untuk mendapatkan cinta kalian masing-masing?" ucap Raikage

Gengo dan Shiho terdiam. kastil itu menjadi hening seketika. Gengo menatap Shiho, begitupun sebaliknya. amarah yang berada di dalam diri Gengo kini mulai memadam. "bagaimana?" tanya Gengo kepada Shiho. "apa kau mau?"

Shiho menatap Gengo. Shiho tersenyum licik.
"yeah.. jika itu untuk diriku, juga dirimu"














----------------------••-----------------------















pagi hari telah tiba. Temari terbangun, dia sedang berada di dalam sebuah kamar yang cantik nan nyaman. cahaya matahari menyinari dirinya dari jendela kamar itu. Temari melihat ke sekeliling ruangan itu. kamar yang indah, cantik, elegant, nyaman, bersih, juga bisa langsung mendapatkan cahaya matahari langsung dari jendela nya.

"ini.. kamar yang indah. tapi, semalam aku tertidur di kereta Kuda. lalu, mengapa aku bisa ada di sini?" ucap Temari

"aku yang membawa mu kesini, Nona." ucap laki-laki berambut nanas yang dengan santainya membuka pintu sambil tersenyum ke arah Temari.

"kenapa kau tidak membangunkan aku? aku bisa berjalan sendiri." kesal Temari

"aku sudah menduganya jika kau akan marah. yah.. begini, aku tidak tega membangunkan mu karena semalam kau sangat tertidur pulas. jadi aku menggendong mu ke kamar ini. ini adalah kamar istimewa, tidak pernah ada tamu yang tidur di kamar ini. baru kau saja Temari." jawab Shikamaru sambil memegang piring yang berisikan dua tusuk Dango.

saat Shikamaru mengoceh tadi, Temari tidak mendengarkan nya! dia justru menatap dua tusuk Dango yang Shikamaru pegang. perutnya keroncongan, hampir saja Temari mengeluarkan air liurnya saat menatap Dango itu. 'itu.. terlihat Lezat..' batin Temari

"Temari? hei? apa kau-.." Shikamaru melihat arah mata Temari. ternyata dia baru sadar, jika dari tadi Temari tidak mendengarkan ocehannya, melainkan fokus kepada Dango yang ia bawa.

Shikamaru langsung menghampiri Temari. tanpa aba-aba Shikamaru menodongkan piring itu kepada Temari. Temari menatap Shikamaru. "makanlah, semalam kau belum makan kan? ayo, habiskan" ucap Shikamaru. Temari tersenyum dan mengambil satu tusuk Dango. ia mulai mengunyah nya. melihat Temari yang sedang mengunyah, Shikamaru tertuju pada pipi Temari yang bulat seperti Dango.

"sudah kuduga, pipimu seperti sebulat Dango" ucap Shikamaru

"tunggu, apa?! kenapa tiba-tiba sekali kau berbicara seperti itu? apa kau tidak suka jika aku memakannya?" kesal Temari

"e-ehh, t-tidak lanjutkan s-saja makanmu" Temari langsung makan kembali satu tusuk Dango tersebut

'wanita memang sangat merepotkan' batin Shikamaru

tanpa Shikamaru sadari, ada seorang yang mengintip mereka berdua dari pintu yang terbuka sedikit. "jadi, dia wanitanya.." ucap si pengintip







----------------------••----------------------









"Tuan Raasa aku sudah mencari semua berkasnya, ini." ucap Baki

"baik Terimakasih Baki"

"Tuan, apakah kau yakin akan hal ini? apa kau tidak memikirkan isi hati Putri kecilmu nantinya? Tuan, kumohon bulatkan keputusan mu.." mohon Baki

"Baki, aku sudah membulatkan keputusan ku. jadi tolong hargai aku" jawab Raasa sambil berjalan ke ruang pribadinya

Baki hanya bisa terdiam ia menatap kepergian Raasa. Baki menghembuskan nafasnya dengan pasrah, dan memejamkan matanya. 'Temari, aku harap kau tetap tegar akan hal ini' ucap Baki

di sisi lain, Raasa menangis menatap foto dirinya bersama sang Putri. ia menangis sesenggukan. ia juga memeluk erat foto itu. air mata mengalir, membasahi pipinya. tangis pecah seorang Ayah kepada sang Putri. Raasa memukul mejanya.

"payah! payah! aku Ayah yang payah! mengapa aku menyetujui hal seperti itu?! payah! aku memang payah! itu sama halnya dengan aku membunuh Putriku dengan cara lembut. Temari.. maafkan Ayah.. Ayah akan mengorbankan apapun demi dirimu.. Putri kecilku." tangis Raasa

di balik pintu, Kankuro mendengar tangisan Ayahnya.  ini kali kedua ia mendengar tangisan Ayah yang sangat amat dalam. sebelumnya, Raasa menangis seperti itu saat kepergian istrinya, Ratu Karura. dan ini tangisan yang sangat dalam kedua, menangisi Putri kesayangannya. 'si brengsek Raikage itu.. aku tidak akan memaafkannya.' batin kankuro

"lihat saja.. jika dia berani menyentuh Kakak ku, walau hanya embusan angin, aku tidak akan memaafkannya." kesal kankuro sambil pergi menjauh dari ruang pribadi milik Ayahnya.






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Princess { ShikaTema }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang