Mengurus Bayi

153 11 0
                                    

   Tok! Tok! Tok!!

   “Eh, Jaem- HEH LO BAWA ANAK SIAPA ITU? SEJAK KAPAN LO PUNYA ANAK? LO HABIS NGAPAIN AJA SAMA JENO ANJRRR NGAPA LAHIRNYA CEPET AMAT, SUMPAH?? ”

   Suara Haechan yang menggelegar membuat si bayi menggeliat.

   “Ssttt, ah! Diem lo kapas busuk! Fitnah aja! Minggir gue mau masuk! ”

   Haechan hanya memiringkan tubuhnya. Ia menatap tanpa suara pada Jeno dan juga Jaemin yang berjalan santai ke dalam. Jeno meletakkan belanjaan Jaemin di dapur terlebih dahulu.

   Baru setelahnya ia bersama Jaemin berjalan mendekati Mark. Mark yang kebetulan berada di ruang tamu menoleh pada dua insan tersebut. Ia mengangguk-angguk saat mendapati keduanya di dalam, tapi–

   “JEN? JAEM? ITU BAYI SIAPA? ”

   Jeno dan Jaemin menghembuskan napasnya kasar, mereka berempat akhirnya duduk di karpet depan televisi dengan Jaemin yang masih membopong si bayi.

   “Jadi gini, Bang.. gue habis nganterin Jaemin beli bahan kue, terus pas pulang kita berdua lewat jalan tikus. Eh, gataunya ada tikus di sana—”

   Jaemin sontak menyikut Jeno, “E-eh maksud gue, malah ada suara bayi nangis di sana. Mana gelap banget lagi, jadi deh kita bawa ke sini. ”

   Krik! Krik!!

   Semuanya diam. Hening tanpa suara. Saking speechlesnya mereka.

   “Hah anjr emang ada ya ibu yang tega buang bayinya kayak gini? ” sahut Haechan.

   Tiga yang lain hanya menggeleng tanda tak habis pikir. Jeno kemudian merogoh sakunya dan memperlihatkan sepucuk surat yang tadi ditemukan di kardus si bayi.

   “Ini, ada suratnya. ”

   Semuanya, mulai membaca surat itu.

   “Halo. Terima kasih orang baik, sudah mau membawa bayi saya dan membaca surat ini. Saya minta maaf karena membuangnya begitu saja. Saya hanya lelah. Saya adalah istri kedua dari suami saya dan setelah saya melahirkan, banyak keluarga dari suami saya yang membenci saya. Mereka tidak segan mencoba membunuh anak saya.

   Hai anak ibu, Terima kasih sudah bertahan. Maaf karena ibu telah membuangmu. Sebenarnya ibu tidak tega. Bahkan, tidak ada ibu yang tega membuang anaknya, tapi inilah kenyataannya, Nak. Daripada anak ibu dibunuh oleh keluarganya sendiri, lebih baik ibu yang tersakiti, Nak. Ibu mencarikan aman untukmu. Semoga kelak anak ibu jadi anak yang sehat dan berbakti.

   Orang baik, siapapun itu, tolong rawat bayi saya. Saya mohon jangan dititipkan ke panti asuhan. Sakit rasanya ketika saya harus melihat anak saya mengikuti jejak saya—ya saya dulu juga tinggal di panti. Rasanya tidak enak dan orang-orang di sana tidak begitu baik. Saya harap orang baik seperti anda dapat memahami saya. Saya akan sangat berterima kasih kepada anda. Saya juga meminta maaf apabila saya telah banyak merepotkan anda.

   Saya menulis surat ini di malam hari, dengan penuh tangisan sesak. ”

   - salam ibu si bayi

   Keempatnya saling menatap. Jaemin kemudian mengalihkan tatapannya ke si bayi. Bayi itu sedikit banyak menggeliat, masih dengan dot berisi susu di mulut mungilnya. Jaemin.. Tidak tega.

   “Bang Mark.. ”

   Mark menghela napas kasar, “Hahh.. Gue tau lo nggak tega sama ini bayi. Tapi lo udah keterima jadi pramugara 'kan? Ter-”

   “Gue mau resign. ”

   “HEH! Lo baru aja keterima jangan asal resign aja, anjing. ”

   Jaemin menatap tajam Haechan, “Ya gue juga tau! Gu-”

Together With BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang