Malam ini, pukul tujuh. Jeno melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Pekerjaannya di kantor telah selesai. Kini ia dalam perjalanan untuk menjemput Jaemin di tokonya. Kata Jaemin hari ini banyak pembeli, sehingga toko cepat tutup dan Jaemin membutuhkan Jeno untuk mengantarkannya ke toko bahan kue.
“Dah, Okaasan!” setelah melambaikan tangannya pada sang okaasan, Jaemin segera memasuki mobil Jeno dan duduk di samping sang pengemudi. “Berarti besok lo bisa enjoying weekend dong?”
“Iya, emang kenapa?”
“Berarti lo besok bisa dong nemenin gue?”
“Tanda tangan pramugara, ya? ”
Jaemin mengangguk.
“Iya, bisa. ”
“YESS! ” seru Jaemin dengan senang.
Satu jam sudah Jeno dan Jaemin habiskan untuk membeli bahan-bahan pembuat roti. Hingga tak terasa pukul setengah sembilan menyambut mereka. Jaemin pun mulai menguap. Oleh karenanya, Jeno cepat-cepat melajukan kembali mobilnya.Macet!
Itulah satu kata yang menggambarkan jalanan saat ini. Suara klakson di mana-mana, sementara lampu baru saja berganti hijau. Orang-orang tidak sabaran itu secara grusa-grusu menekan kendaraan di hadapannya untuk segera berjalan.
“Sialan! ” batin Jeno dalam hati.
Tanpa pikir panjang, Jeno memilih melewati jalan alternatif. Ketimbang harus berkutat lagi dengan orang-orang tidak sabaran. Ya.. meski jalanan yang mereka lewati sekarang terbilang sepi, tapi setidaknya tidak ramai oleh klakson.
“Oek! Oek!! ”
Jaemin dan Jeno menoleh bersamaan, “Lo denger ga? ”
Bulu kuduk Jeno berdiri seketika, “J-jaem, ini Hari Jumat k-kan? ”
Sial. Jumat malam, mereka melewati jalan alternatif yang sepi dan jauh dari pemukiman.
“Oek! Oek!! ” suara tangisan bayi itu terdengar makin nyaring. Jaemin dengan tegas menyuruh Jeno untuk menghentikan mobilnya.
“Heh! Jaem! Jangan ninggalin gue! ” seru Jeno tatkala Jaemin turun dari mobil.
Jaemin berjalan menuju suara tangisan itu, meski pencahayaan di sana minim. Akan tetapi indera pendengarnya tidak pernah salah. Hingga sekitar tiga meter dari mobil, Jaemin menemukan sebuah kardus misterius. Tangisan bayi itu berasal dari sana! Ia lantas mencondongkan tubuhnya guna melihat isi kardus itu.
“Oek! Oek!! ”“Astaga! ” kejut Jaemin dan juga Jeno yang baru saja tiba di samping Jaemin.
Benar saja, ada bayi di dalamnya. Jaemin lekas-lekas membopong bayi itu dan menyumpal mulutnya dengan dot yang ada.
Jaemin menatap Jeno, “Gih, bawa kardusnya! ”
Jeno masih berpikir, “Bayi? Ada orang yang buang bayi di sini? ”
Namun aktivitas berpikirnya terganggu segera setelah ia mendapat perintah dari Jaemin.
Mereka berdua akhirnya kembali duduk di dalam mobil, dengan Jaemin yang masih membopong bayi mungil tersebut. Jeno menyalakan lampu dalam mobilnya dan menelisik barang-barang yang ada di kardus. Bantal, alas, dan.. surat. Ya, surat!
Tin! Tin!!
Jeno bersama raut muka Jaemin yang penasaran hendak membuka surat itu justru terdistraksi oleh suara klakson. Ternyata di belakang mereka telah ada mobil lain yang menunggu berjalan.
“Kita bawa ke rumah. ”
Okay, guyss.. So sorry chapter ini begitu singkat, tapi memang sengaja kubuat kayak gitu. Biar besok-besok aku up di atas 2k words.
Janlup vote & comment ya, see uuu✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Together With Baby
Fiksi PenggemarImajinasikan kisah Jeno, Jaemin, Mark, dan Haechan dalam benakmu di sini! Dengan alur cerita yang dimulai dari sebuah ketidaksengajaan. Lalu datang hari-hari berikutnya yang tak kalah melelahkan dan menyenangkan. *** "Eh, Jaem- HEH LO BAWA ANAK SIA...