Beberapa hari berlalu, kini, malam yang ditunggu-tunggu empat sekawan itu akhirnya tiba. Malam, di mana keempatnya akan pergi ke tempat keramat—maksudku tempat di mana kedua orang tua Mark dan Jeno tinggal. Memang sih, sedikit jauh dari vila mereka, dan yah mungkin hal itu pula yang menyebabkan mereka jarang berkunjung. Selain karena alasan sibuk.
Mari kita telisik Jaemin terlebih dahulu, si manis itu sedang berkaca omong-omong. Nampaknya, dia terlihat sedikit gugup sekarang. Ia bolak-balik membenarkan kerah bajunya yang tidak kusut-kusut amat. Bolak-balik mengusap rambutnya yang sudah klinis.
Duh, malam-malam begini rambut klinis juga buat apa, yang ada malah kena angin, amburadul.
“Hahh.. ” Jeno menghela napas panjang, dia berjalan mendekati Jaemin seraya menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya.
“Na.. ”
Panggilan lembut dari si bangir itu sontak mendistraksi kegiatan bolak-balik Jaemin. Akhirnya, Jaemin juga ikut berbalik menatap orang yang ternyata sudah ada di belakangnya.
“Lo gitu aja udah cantik ah. Mau diapain lagi sih? ”
“Ih diem deh, Jen! ”
Jeno tersentak. Si cantik itu ternyata sedang sensi. Atau mungkin.. Dia terlalu gugup? Jeno tak percaya, lagi. Sungguh, ia gemas sekarang. Hingga tak bisa ia bendung lagi, lalu tiba-tiba saja ia memajukan tubuhnya sampai-sampai menempel pada punggung Jaemin. Lantas tangannya diletakkan pada perut rata Jaemin.
“Cantik kayak gini, yang kurang apasih, hm? ”
Jaemin mendongak, “Yang kurang cuma duit aja, Jen. ”
Ucapan itu sontak dibalas kekehan oleh Jeno. Secara tak sadar, wajah keduanya kini begitu dekat. Dengan milik Jeno yang di atas bahu, sementara Jaemin menatap dari bawah dagunya.
“HEH! NGAWUR LO! QUEEN MANA NJIR! ”
“Ssttt! Lagi bobo dia tuh, ini kan mau jam 7, Na. ”
Jaemin ber-oh ria, ia pun kembali bercermin tanpa memperdulikan Jeno yang terus menatapnya dengan penuh kagum.
Wowowowow!
Kalau Jeno sedang diterpa kagum, beda halnya dengan Mark yang kini sedang diterpa beruang—maksudku Haechan.
Ya.. Pasalnya pria itu sedang asyik bersenandung sembari menyisir rambutnya di depan cermin, tetapi Haechan tiba-tiba membuka pintu kamarnya dan bertengger begitu saja di sana.
“Bang, ganteng banget lo. ”
Mendengar itu, Mark sontak melirik pada rupa-rupa tengil yang mengotori pintunya.
“Oh, kutu busuk. Makasih, ya. ”
“Ck! Ya elah, Bang. Dipuji beneran malah ngatain gue njir. ”
Merasa tak puas dengan sahutan Mark, Haechan lantas berjalan ke arah pria itu. Lalu mulai menggoda si dia.
“Abang~”Mark sudah was-was, siap siaga apa saja yang akan dilakukan lelaki tan itu. Dan benar saja—
Cup!
“HAHAHAHAHA! ” bocah itupun lari dari kamar Mark tanpa rasa bersalah.
Deg!
Mark mencerna terlebih dahulu, apa.. Apa yang barusan terjadi. Oh! Pipiku! Pipi cuma sayang mimi~ ups, maksudnya pipi Mark itu baru saja dicium oleh si tan. Astaga... Kenapa tiba-tiba sekali? Rasa-rasanya seperti ada yang aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Together With Baby
FanfictionImajinasikan kisah Jeno, Jaemin, Mark, dan Haechan dalam benakmu di sini! Dengan alur cerita yang dimulai dari sebuah ketidaksengajaan. Lalu datang hari-hari berikutnya yang tak kalah melelahkan dan menyenangkan. *** "Eh, Jaem- HEH LO BAWA ANAK SIA...