Pukul tujuh pun tiba. Jaemin yang sudah selesai makan malam lantas mengambil tas di kamarnya. Pergi mencium Queen yang tengah dibopong oleh Haechan seraya pamit, “Chan, titip Queen, ya. Gue mau reunian ama temen gue. ”
Haechan mengangguk tanpa rasa curiga. Ia membiarkan sohibnya itu pergi sendiri tanpa memberitahu dirinya di mana alamat yang akan dituju.
Sedangkan Jaemin, sebenarnya dia ragu untuk pergi. Malam-malam seperti ini, meninggalkan Queen bersama Haechan sendiri di rumah. Ah.. Namun ia terlalu iba terhadap sepupu Hyunjin. Hingga mau tak mau ia harus naik taksi untuk pergi ke rumah Hyunjin sekarang.
Baru seperempat jam perjalanan tiba-tiba saja mobil taksi itu berhenti.
“Loh? Kenapa berenti, Pak? ”“Saya dapet pesen dari keluarga saya, Kak. Katanya istri saya mau melahirkan. Jadi saya harus ke sana sekarang. ”
Mendengar itu, Jaemin sedikit kecewa karena ia harus berjalan jauh setelah ini.
“Maaf, ya, Kak, ” pengemudi taksi itu lantas berputar arah setelah menurunkan Jaemin di trotoar.
Jaemin pun mulai berjalan, menunduk, dan bibirnya tertekuk lesu. Sial. Jalan yang ia lewati saat ini amatlah sepi. Hening dari hiruk pikuk kendaraan kota. Hanya ada pohon-pohon besar dan penerang jalan yang redup. Hawa tidak sedap pun mulai terasa di sana, Jaemin sontak merasa tidak enak pula. Ia ingin kembali ke rumahnya. Sedetik kemudian, Jaemin bersikukuh dan pergi berbalik—
“Hayo! Mau ke mana, cantik??? ”
“Lo nggak bisa kabur dari kami, manis.... ”
Jaemin mengepalkan tangannya. Memasang muka garang dan ancang-ancang untuk menendang. Akan tetapi, dua orang berbadan besar dengan penutup muka itu justru menutup mulut Jaemin dan mengunci tangan Jaemin terlebih dahulu.
BUGH!
Mata Jaemin membelak, Hyunjin tiba-tiba saja datang memukul salah seorang yang sedang menutup mulutnya itu. Salah seorang yang lain pun reflek melepaskan kunciannya pada tangan Jaemin dan keduanya bergegas pergi dari sana.
“Lo nggak papa, Jaem? ”
Hyunjin hendak bergerak memeluk Jaemin, tetapi Jaemin cepat-cepat mengelak dari pria itu.
“Makasih, Jin. ”
“Makasih doang nggak cukup buat gue, Jaem. ”
Jaemin yang tengah mengusap-usap tangannya tadi, lantas menatap netra Hyunjin dengan kuat.
Grep!
Si bibir tebal itu secara tiba-tiba menggenggam kedua pergelangan tangan Jaemin. Jaemin berusaha meronta, tetapi genggaman itu terlalu kuat sampai-sampai berbekas menjadi merah.
“Lo tau, Jaem? Gue udah dari lama pengen dapetin lo.. TAPI APA YANG GUE TERIMA SEKARANG? LO MALAH UDAH PUNYA ANAK SAMA SI BODOH ITU, JAEM! ”
Sungguh. Dalam hati, Jaemin balik berteriak, “Lo yang bodoh, anjing! ”
Hyunjin benar-benar berteriak di depan wajah Jaemin saat ini. Jaemin sudah tak tahan untuk menangis. Tidak. Tempat ini terlalu sepi. Ia takut kalau Hyunjin akan melakukan hal yang lebih daripada ini.
Dan benar saja. Hyunjin ternyata memajukan wajahnya lebih dekat dengan Jaemin. Satu tangan Hyunjin yang lain bergerak memaksa kepala Jaemin untuk balik mendekat, “Cara apa lagi yang harus gue lakuin buat ngerebut lo, Jaemin? ”
“KALO LO BENERAN CINTA SAMA GUE, LO NGGAK BAKALAN NYELAKAIN GUE, ANJING! ”
Jaemin tiba-tiba saja berteriak di depan si bibir tebal itu. Yang mana langsung membuat emosi Hyunjin semakin tersulut. Genggamannya pada pergelangan tangan Jaemin pun semakin kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Together With Baby
FanfictionImajinasikan kisah Jeno, Jaemin, Mark, dan Haechan dalam benakmu di sini! Dengan alur cerita yang dimulai dari sebuah ketidaksengajaan. Lalu datang hari-hari berikutnya yang tak kalah melelahkan dan menyenangkan. *** "Eh, Jaem- HEH LO BAWA ANAK SIA...