Mau Apa?

64 4 0
                                    

   Pagi-pagi sekali, Jeno sudah rapi dengan setelan khas orang kantor. Rambutnya pun sudah klinis tertata ke belakang. Uh, ganteng.

   “Na, ” Jeno memanggil, tetapi netranya tak bisa lepas mengamati Jaemin yang tengah terlelap di kasurnya. Bulu mata milik si manis itu amatlah lentik. Sangat pas untuk dimiliki si cantik.

   Hingga membuat Jeno tak tahan untuk tak mengelus dagu Jaemin. Cukup lama, cukup lama pemuda itu memandanginya, sampai Jaemin samar-samar bergerak membuka netranya.

   “Enggh, ”

   “Na, gue berangkat kerja dulu, ya. Lo nanti dianter jemput sama Mark. ”

   Jaemin pun mengerjap, “Kok pagi banget, Jen? ”

   Suara khas orang bangun tidur itu hanya dibalas senyuman oleh Jeno, “Gue ada urusan dulu, Na. ”

   Jaemin mengangguk. Ia menghadapkan dirinya ke arah kiri, posisinya persis menghadap Queen yang juga masih memejamkan matanya.

   “Enngg, gue bangunnya lima menit lagi, ya. ”

   Jeno terkekeh, mungkin si manis itu lelah karena tidur larut. Lantas, Jeno bergerak mencium pipi Queen sebelum beranjak pergi dari kamarnya.

   “Bang, titip, ya,” Jeno berujar seraya menuruni tangga dan pergi ke garasi.

   Mark yang sedang membuka laptop di ruang tengah itu sontak melirik, “Ya elah, kayak biasa aja kali, Jen. Makin ke sini makin perhatian amat lo. ”

   “Soalnya nanti gue kan lembur. ”

   Mark pun mengangguk.

𓃠𓃠𓃠

   Pukul 07.30 pun menyambut. Mark pertama-tama menjadi supir Haechan terlebih dahulu. Mengantarkan sang penumpang pergi ke perpustakaan. Selanjutnya, baru dia menjadi supir Jaemin. Menemaninya pergi memasang anting bayi. Hingga pukul 10.00 keduanya baru sampai di kediaman orang tua Jaemin yang bersebelahan dengan toko rotinya.

   “Gue nggak ikut turun, ya, Na. Mau langsung ngantor aja. Nanti kalo udah selese telpon, gue jemput. ”

   “Oke, Bang. ”

   Seperginya mobil Mark dari sana, Jaemin pun berbalik dan mendapati tulisan "CLOSE" di balik jendela toko roti WinSan.

   “Okaasan, ” Jaemin sedikit berteriak memanggil ibunya. Namun, yang ia dapati justru kedua orang tuanya datang dari balik korden dapur secara bersamaan.

   👀

   “Eh, kamu, Jaem? Aduhh dari mana aja, jam segini kok baru dateng? ”

   Yang ditanyai lantas tersenyum kaku, ya.. Biasanya kan dia datang pas dengan waktu orang-orang berangkat kantor.

   “Okaasan, Queen piercing dulu sama Om Mark, makanya baru ke sini. ”

   Sang ibu membelak, “Yang Jeno bilang kemarin beneran? Dia beliin berlian asli? ”

   Jaemin mengangguk. Ayahnya yang ada di sana juga sontak menganga dan sama-sama maju mendekati Queen.

   “Eh, otousan kok masih di rumah? ”

   “Otousan cuma pulang ambil barang, Na. Ini mau berangkat lagi. ”

   Yuta tersenyum. Pria itu kemudian "cipika-cipiki" dengan istri, anak, dan cucunya.

   Hingga tersisa dua orang dewasa di rumah itu. Yang kini telah duduk di ruang tengah sembari menonton televisi. Sementara Queen, diletakkan di atas kasur bayi yang di taruh di karpet bawah. Bayi itu terlihat tak tenang dalam tidurnya, sebab telah menangis keras sehabis di-piercing.

Together With BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang