Jaemin diam. Netranya tidak kuat menatap netra Taeyong, sontak ia beralih pada netra Jeno dan seolah mengatakan, “Jawab, Jen! ”
“Ekhem, ” deheman dari sang papa—Jaehyun yang ada di sana dengan posisi tegap dan tangan ke belakang itupun sontak mendistraksi pertanyaan Taeyong. Pria paruh baya itu kemudian berjalan duduk ke sofa ruang tamu yang begitu besar.
Sudah pasti diikuti oleh istrinya dan keempat anak Adam lainnya. Sekarang, posisi duduk mereka saling berhadapan dengan Jaehyun dan juga Taeyong. Kedua orang tua itu memandang tajam ke arah Mark yang kini sudah menyikut-nyikut sang adik.
“Ekhemm.. Jadi gini.. ”
𓃠𓃠𓃠
Jeno berbicara hingga akhir. Dari A sampai Z. Dan kalian tahu bagaimana respon kedua orang tuanya?
“Oh.”
Yap! Itulah yang didapat empat sekawan dari Jaehyun. Masih dengan muka datar tanpa ekspresi apapun, pria gagah itu hanya menatap tanpa senyuman ke arah Queen.
Sementara istrinya, menjawab dengan jawaban yang—
“Huhh! Kamu ini, Jen! Mama kira itu bayi kamu sama Jaemin. ”
Dua nama yang disebut dalam ucapan itu seketika saling bertatapan dan tertawa ambigu. Lalu kini, Taeyong justru mendekati dan duduk di sebelah Jaemin. Ia mulai mengusak-usah pipi Queen yang lembut dan sedikit dingin.
“Umumumumu.. Ohh ini yang namanya Queen, ya? Cucunya ama ya? Oumm ucucucuu lucunyaaa, cantik ya, Jaem. ”
“I-iya, Ma. ”
“Ehh ini dingin banget loh pipinya, aduhh kasian banget butuh yang anget-anget kalo bayi belum ada sebulan mah. Aduhh kok kalian berani banget sih bawa bayi sekecil ini keluar malem-malem. ”
Lima lelaki di sana hanya bisa mendiamkan Taeyong yang sedang kelimpungan sendiri akibat paniknya.
Duh, ini sih di luar ekspektasi empat sekawan. Keempat-empatnya bingung dan saling menatap satu sama lain, tapi juga bersyukur tanda ada sedikit penerimaan dari orang tua Mark dan Jeno.
“Aduhh, Bibii!! Sini, Bi! Bawa bayi ini ke kamarnya Jeno, ya, Bi. Duhh, Bi, temenin Queen di sana sampe pipinya nggak dingin lagi pokoknya, ya, Bi. ”
Sosok bibi yang berperawakan lebih pendek dari nyonyanya dengan rambut yang dijedai itupun mengangguk siap dan segera merebut Queen dari tangan Jaemin.
“Siap, Nyonya. ”
“Huhh.. Gih, ah! Kalian berempat makan dulu. Itu, mama udah bikinin kalian masakan favorit Mark sama Jeno. Ihh sini-sini! ”
Tanpa babibu, Taeyong berjalan mendahului mereka ke ruang makan. Lalu membuka tudung saji berlapis emas yang ada di atas meja.
“Ya, sana makan dulu. Nanti papa pikir-pikir lagi soal adopsi. Mark sama Jeno nanti papa tunggu di ruang kerja papa. ”
𓃠𓃠𓃠
Dan akhirnya, mereka berempat sudah kenyang akibat Taeyong memenuhi piring mereka dengan nasi yang tidak dikira-kira porsinya. Uh, begah.
Namun, terlepas dari itu, Jaemin sekarang membatin. Ternyata tidak seburuk itu reaksi orang tua Jeno. Ya, mungkin butuh beberapa waktu saja bagi papa Jeno.
“Enak nggak masakan bubu? ”
“ENAK, BUBU! ENAK BANGETT. ”
Semua orang di sana lantas menengok kepada Haechan. Anak itu, sedari tadi makan dengan cepat, tidak banyak bicara dan setelah makan, rupa-rupanya energinya telah kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Together With Baby
FanfictionImajinasikan kisah Jeno, Jaemin, Mark, dan Haechan dalam benakmu di sini! Dengan alur cerita yang dimulai dari sebuah ketidaksengajaan. Lalu datang hari-hari berikutnya yang tak kalah melelahkan dan menyenangkan. *** "Eh, Jaem- HEH LO BAWA ANAK SIA...