4

307 36 6
                                    


Lian memberikan sebotol yogurt untuk salsa lalu menenteng sisanya di tangan kirinya dengan tangan kanan memegang segelas kopi hitam panas. Salsa melihat Lian kerepotan karena kopi panasnya sehingga ia mengambil alih tentengan Lian.

"Sini aku pegangin" Lian hanya memandang salsa tanpa protes.

Setelahnya Lian mencari meja kosong untuk ia dan salsa tempati, Lian mengambil posisi pojok dengan sebuah meja bulat dan dua kursi saling berhadapan.

"Kamu pesan apa?"

"Kopi hitam" Jawaban Lian yang singkat membuat salsa menyimpulkan sendiri kalau Lian masih marah,salah satu sifat jelek salsa akhirnya unlocked di mata Lian, wanita ini suka membuat kesimpulan sendiri.

"Masih marah ya?" 

"Gak, kok lu mikir gitu?" 

"Ya habisnya jawabnya jutek gitu. Maaf deh, bukannya aku gak mau ketahuan kalau kamu sering nganter, tapi kan kamu tau sendiri kamu punya banyak penggemar, ya salah satunya anggis. Kalau dia tau aku sering dianter kamu, aku takut dia mikir macem macem." Dahi Lian mengernyit

"Kamu tau darimana Anggis suka ama gw?"

"Astagaaaa" Salsa terbelalak dan menutup mulutnya dengan kedua telapaknya. Sifat jelek salsa kedua unlocked di Mata Lian, wanita ini sering keceplosan.

"Mati aku, Lii kamu anggap aku gak ngomong apa apa ya. Anggap tadi hanya angin lalu. Swaaaaa" Salsa merepet diakhiri gerakan memutar telapak tangannya di depan wajah Lian seperti seorang penyihir yang sedang menghipnotis mangsanya.

"Diih apaan gitu?"

"Supaya kamu lupa." Jawab salsa polos

Lian hanya tertawa, sangat lepas melihat tingkah salsa. 

"Sal,."

"Heumm"

"Sal"

"Heumm" 

"Sal"

"Apaaaa" Kali ini dengan nada marah.

"Apa Lian, sambung dong. Kalau manggil itu diterusin jangan malah didiemin."

Lian hanya memandang wajah salsa membuat sang empu salting hingga menumpahkan yogurt yang sedang diminumnya dan membuat lelaki yang menjadi penyebabnya hanya tertawa riang. Lian memberikan tissue dan meminta tissue basah pada waitress lalu memberikannya pada salsa. Yogurt salsa yang kini tergelatak di meja tanpa penutup menjadi saksi kegesitan Lian mengurus salsa. Setelahnya Lian meminum sisa yogurt salsa agar bisa dibuang.

"Lii, itu kan bekas mulut aku."

"Ya trus kenapa? Kamu rabies? Atau punya penyakit menular lain?"

"Engga sih"

"Lauda, aman"

Mereka melanjutkan perjalanan untuk mencari makanan berat, Kali ini Lian bisa lebih santai karena mereka berada di keramaian. Salsa celingak celinguk dibuat suasana Braga yang begitu ramai, hingga mereka memutuskan untuk singgah di salah satu rumah makan untuk mengisi kampung tengah mereka.

"Mass, Gak mau beliin bunga untuk pacarnya mas." Anak kecil penjual mawar tangkai menghampiri meja mereka, setelah sebelumnya pengamen menyanyikan lagu risalah hati tepat di meja mereka.

Salsa melihat Lian, takut lelaki itu tak nyaman. "Saya beli sendiri aja dek, berapa satu tangkainya?"

"Kalau kakaknya beli sendiri harganya dua puluh lima ribu, kalau kakaknya dibeliin harganya lima belas ribu aja."

DIALOGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang