15

356 31 11
                                    

Salsa yang sedang istirahat makan siang  terdistract dengan status bunga dan berakhir melihatnya, hatinya tercubit dan melanglangbuana ke dialognya bersama Lian semalam yang berakhir di jam kelima.

Pembicaraan soal keinginan Lian yang sebenarnya sekedar menjadi camat atu lurah agar pagi hari ia akan hanya disibukkan dengan bersiul melatih burung peliharaannya dengan salsa yang menggunakan daster menyuguhkannya singkong goreng dan kopi hitam.

Tentang salsa yang ingin tinggal di kota dengan slow living  membawa serta ayahnya di rumah masa depan nanti untuk ia urus bersama suami masa depanya. tentang bagaimana akan mengurus keuangan rumah tangga dari sisi masing masing, dan banyak topik yang mengundang canda dan tawa.

Rupanya hal itu tidak hanya Lian lakukan pada salsa, tetapi juga pada wanita lain pikir salsa. Salsa termangu jarinya tak sengaja menyentuh gelas berisi teh panas.

"Aww ssh" Membuat jarinya ruam dan sedikit kebas.

Salsa berjanji pada dirinya sendiri untuk mulai menjaga jarak pada Lian, demi menetralkan haitnya, ia tidak ingin semakin jatuh yang tentu akan lebih sakit dan sulit untuk melepasnya. ia sudah mengambil tangkapan layar untuk status bunga, ingin mengirimkannya pada Lian untuk menggodanya, namun ia urungkan, tak ingin memancing percakapan makin panjang dan berakhir chatingan.

Salsa atur handphonenya ke mode DND agar bisa memfilter komunikasi yang masuk dan mewaraskan perasaannya.

Hari kedua hingga keempat rapat dilakukan hingga malam, hari ini adalah hari ketiga salsa mengacuhkan Lian, tak satupun chat Lian yang ia balas, juga tak satupun telpon Lian yang ia angkat.

Masih ada satu hari lagi yang harus diselesaikan salsa, sedang untuk weekend ia menerima tawaran Diman yang mengajaknya untuk explore Bali.

Sudah tigahari pula Lian grasak grusuk kesal juga uring uringan. Entah sudah berapa chat yang ia kirimkan dan sudah berapakali ia menelpon salsa, namun tak ada satupun balasan.

"Kebiasaan banget silent treatment bikin orang ga waras" Batin Lian

Bunga berhasil merebut posisi salsa, membuat ia menggembar gemborkan kalau ia dan Lian sedang dalam masa PDKT. Hal itu terdengar sampai di telinga salsa karena Nabila yang berbagi segala hal dengannya tak mungkin tidak penasaran karena setahu Nabila Lian sedang dekat dengannya.

***

Salsa diajak oleh Diman untuk makan malam diluar hotel malam ini, namun rasanya tubuhnya sudah kehilangan banyak kekuatan, membuat salsa lebih memilih menghabiskan malam untuk berbaring dan merilekskan tubuhnya, Besok mereka bakal pergi bersama kan, jadi salsa menyampingkan rasa tak enaknya.

Begitu sampai kamar hotel salsa segera membersihkan tubuhnya dan melempar tubuhnya ke kasur empuk hotel. Belum sempat ia memejamkan mata kamarnya diketuk berulang kali membuat salsa terpaksa bangun.

Ia pasang pashminanya sembarang lalu bergegas membuka pintu kamar. Matanya membulat sempurna ketika melihat Lian yang ia tahu ada dijakarta kini berada tepat didepannya.

Tubuhnya membeku dengan mulut yang sedikit terbuka.

"Awas lalat masuk" Sambil menarik tangan salsa untuk masukbdan menutup pintu kamar hotel salsa.

Salsa memutar tubuh Lian menepuk kedua pipinya dan memastikan kaki pria ini napak ke lantai hotel. Tidak percaya, bingung dan bertanya tanya memenuhi ekspresi salsa.

Lian menggenggam wajah salsa gemas "Asli ini, bukan hantu"

Barulah salsa berusaha menyadarkan dirinya, ia cubit lengannya berulang kali menepuk nepuk pipinya sendiri memastikan ia tidak sedang berada dialam mimpi.

DIALOGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang