12

259 29 1
                                    

Salsa biarkan tubuhnya basah ia nikmati turunnya hujan, setidaknya dengan hujan ia tidak harus malu karena derai air matanya. Ia duduk di trotoar jalan, menatap lurus membiarkan kendaraan lalulalang di depannya ditemani lampu jalan yang terangnya pun kelihatan ragu.

Lamunannya buyar akibat cipratan genangan yang mengenai tubuhnya, kecepatan tinggi mobil yang lewat didepannya mencipta basah selain hujan, Ia hanya bisa menarik nafas dan menghembuskannya dalam sekali hitungan. Ingin rasanya ia berteriak, mengeluarkan segala sesak.

"Sal" Panggil seorang yang suaranya sangat ia kenali, salsa berbalik mencari yakin.

Manusia yang paling ingin ia hindari, ingin ia jauhkan dari hidupnya agar tidak memelihara sakit.

"Aku chat kamu, gak dibalas."

"Mau apa?"

"Mau nanya kamu dimana."

"O" Salsa masih berdiri ditempatnya membuat mereka sangat berjarak.

Lian lepas helm yang ia pakai, lalu ia pasangkan ke kepala salsa, Helm Lian yang ukurannya besar membuatnya sangat longgar di kepala salsa yang kecil. Ia tutup kaca helm yang memang lebih gelap dari helm yang biasa ia pakaikan untuk salsa.

"Menangis aja, kacanya gelap kok. Jadi, gak perlu hujan lagi untuk sembunyi." Setelahnya terdengar isakan dari salsa.

Lian menarik tangan salsa kearah motornya, memakai helm yang biasa dipakai salsa, lalu menaiki motornya.

"Ayok."

Salsa dengan tidak terpaksa naik dan membiarkan Lian mengantarnya. Salsa meremas dua sisi jacket Lian membiarkan tangisnya terdengar oleh Lian. jika menghitung jarak kos salsa dan kantor seharusnya mereka sudah sampai, namun sengaja Lian mencari jalan terjauh tak apa jika harus memutar, ia biarkan salsa melepas emosinya terlebih dulu.

Salsa yang sadar mereka tak juga sampai akhirnya mengangkat kepalanya yang sejak tadi menempel di belakang Lian.

"Kk kkok jadi jauh Li?" kali ini kepalanya agak miring ke kiri agar suaranya terdengar Lian.

"Udah?" Salsa mengangguk sebagai jawaban mengerti arah pertanyaan Lian.

Lian membawa salsa ke pasar malam yang kosong akibat sudah terlalu malam ditambah hujan. Duduk menghadap ke bianglala dibawah payung pedagang jagung bakar. setelah memesan jagung bakar dan teh hangat ia kembali kesisi salsa.

"Biar ga kedinginan" ia sampirkan jacketnya ke bahu salsa.

Lama mereka terdiam, menikmati waktu masing masing yang tak salsa sadari sejak tadi Lian hanya memandangi wajahnya yang sudab polos karena makeupnya sudah terhapus hujan, bibir kebiruan dan mata sembab.

"Belum mau cerita?"

"Bukan belum tapi ga."

"Kenapa?"

"Gak mau, nanti aku makin susah lepas dari kamu Li." Jawab salsa dalam hati, sedang sebenarnya ia hanya diam.

"Nangis karena bu Aryuni ya?" Salsa masih diam tak mau menjawab

"Yaudah gapapa kalau belum mau cerita, jangan di pendam nanti sesak sendiri." Salsa megangguk sebagai jawaban.

"Li"

"Hemm"

Belum sempat salsa melanjutkan omongannya mas jagung bakar datang untuk mengantarkan pesanan Lian.

"Makasih ya mas"

"Neng, ini ada minyak kayu putih biar agak hangat."

Bukannya menerimanya salsa malah menangis membuat mas jagung bakar kikuk bingung harus merespon bagaimana.

DIALOGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang